Part 3

1.5K 93 7
                                    

Nah, banyak yang penasaran dong sama visualisasi-nya Ben. So, here he is.

Liam Hemsworth.

Berhubung ini bukan fanfiction, jadi gak akan ada couple-couple seperti di dalam fanfiction. Saya memilih visualisasi yang mirip dengan karakter dalam cerita saya.

So, ada yang tau Liam?

Well, well~

Aktor tetap dalam Hunger Games, memerankan Gale, pacar si cantik Katniss Everdeen. Yang belum nonton Mockingjay... segeralah tonton buat menyaksikan sendiri betapa hot-nya Liam khukhukhu~

So, i present you Part 3.

Happy Reading!!^^

*

Sudah seminggu sejak Alex kabur dari rumah. Seminggu pula dia tinggal di rumah Ben. Rumah putih dipinggir laut.

Alex menatap rumah dibelakangnya. Kakinya bermain dalam air. Sudah seminggu ini dermaga kecil milik Ben menjadi favoritnya. Setiap hari tempat ini yang akan didatanginya, mengingat si pemilik dermaga sendiri tidak melarang Alex melakukannya.

Sudah seminggu pula sejak insiden ciuman itu.

Alex menengadah ke langit, menatap burung camar yang terbang berkelompok. Langit biru terbentang indah dengan awan-awan putih.

Dia masih mengingat apa yang dilakukan Ben. Menciumnya dengan tiba-tiba.

Disentuhnya bibirnya sendiri.

Dia masih ingat rasanya, rasanya disentuh oleh bibir Ben.

Tapi seminggu ini seakan tidak ada yang terjadi.

Pernah, Alex memergoki Ben sedang melamun didalam kamarnya. Alex mengintip dari celah pintu yang terbuka. Ben menghadap komputer yang sedang menyala. Tanpa melakukan apapun, tangannya hanya mengambang diatas keyboard dan matanya entah menerawang kemana. Lalu, Ben akan mengacak rambutnya

Alex menunduk lemah, mendesah pelan.

"Bahkan seminggu ini dia seakan tidak mengenalku," gumamnya pelan.

Seminggu ini seakan tidak ada yang terjadi antara mereka berdua. Ben mengacuhkannya. Benar-benar mengacuhkannya, seakan tidak ada yang terjadi antara mereka, seakan tidak ada Alex di rumah itu.

Ben, tentu saja, masih membiarkannya tinggal dirumah itu, memberinya makan tiga kali sehari. Tapi, pria itu selalu menganggapnya seperti angin lalu.

Saat dia berusaha mengangkat sebuah topik, maka Ben hanya akan menjawab seadanya. Hm atau Tidak.

Alex menyentuh dadanya. Dia tidak akan menyerah untuk bisa mengobrol dengan Ben, tentu. Tapi, reaksi yang diberikan Ben, entah mengapa membuat dadanya terasa sesak. Diacuhkan seperti itu, ini pertama kalinya bagi Alex.

Selama ini semua orang disekelilingnya berusaha mendapatkan perhatiannya.

Guru-gurunya yang tidak pernah menghukum atau menegurnya karena Ayahnya adalah Donatur Utama sekolahnya, teman-temannya yang selalu berusaha mendekatinya dan memberikan senyum palsu. Belum lagi para kolega ayahnya yang selalu bersikap memuakkan.

Selama ini dia selalu dikelilingi dengan kepalsuan seperti itu.

Itulah dunianya... kepalsuan.

Tapi, Ben... pria itu mengacuhkannya, walau dia sudah tahu identitas Alex.

Alex tersenyum. Dia tidak tahu apakah ini sesak yang menyakitkan atau sesak yang menyenangkan. Rasanya seperti mengalami hal baru. Rasanya seperti saat kau pertama kali mendaki gunung, perasaanmu bercampur aduk.

Fall In Love With That Blonde (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang