Part 2

62 9 1
                                    

"Dalam kebersamaan itu pasti ada rasa saling peduli"

"Kakak, ayo turun kita makan malam!" suara Ranita dari meja makan terdengar dari kamar Ashila.

"Iya, bun. Sebentar," balas Ashila membereskan alat tulis di mejanya.

Ashila baru saja mengerjakan PR matematika yang diberikan oleh Pak Rendi gurunya. Tentunya Alvaro juga memiliki PR yang sama dengannya karena sekelas tapi ia sudah menyelesaikannya sedari tadi. Ashila membuka pintu lalu keluar dari kamarnya, sementara itu Alvaro juga baru saja keluar dari kamarnya. Keduanya bertemu.

"Mau ngapain lo?" tanya Ashila begitu melihat Alvaro.

"Ya mau makanlah masak mau tidur, emang gue kerbau kayak lo?!" tutur Alvaro sambil mengejek, dan segera turun ke bawah.

"Enak aja ngatain gue kerbau, gue tuh enggak lagi tidur woyy!" ketus Ashila menanggapi.

"Terserah lo!" singkat Akvaro tak peduli dan segera duduk di kursi meja makan tanpa mendengarkan Ashila yang masih menerocos memarahinya.

"Malam, om, tante!" sapa Alvaro setelah duduk di kursi meja makan.

"Ah, aku enggak pernah disapa sama Kak Al," rajuk Nabil-adik Ashila.

"Oh iya Kak Al lupa, selamat malam Nabil!" sapa Alvaro menanggapi Nabil dan semua orang di sana tertawa kecuali Ashila yang duduk dengan bibir manyunnya.

Ashila melihat Alvaro yang pura-pura ramah di depan orang tuanya padahal Alvaro itu sekarang adalah orang yang menyebalkan baginya. Ia menyendok makanannya dengan wajah yang tidak senang. Alvaro melihatnya dan memeletkan lidahnya pada Ashila. Ashila menajamkan tatapannya pada Alvaro seolah memberi isyarat "Awas ya lo!".

Setelah selesai makan malam, Ashila kembali menuju ke kamarnya. Lengannya disenggol oleh lengan Alvaro dengan sengaja kemudian berlari. Ashila sontak langsung marah dan mengejar Alvaro.

Ashila ke atas dan mengambil sapu lantai untuk memukul Alvaro, tapi sayang Alvaro sudah berhasil lolos masuk ke kamarnya. Ashila geram dengan tingkah Alvaro yang dulu ia takuti, sekarang ia bahkan sudah berani untuk memukulnya seperti saat di dalam perpustakaan waktu itu.

Ashila tidak memperdulikan Alvaro lagi karena sudah lelah. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya dan menyiapkan jadwal sekolah. Kemudian ia menarik selimutnya dan mematikan lampunya lalu segera tidur.

"Ih, ih, ih, ih, ih......., huaaaawww, huawww" suara itu tiba-tiba muncul di telinga Ashila dan membuatnya merinding.

Ia menyalakan lampunya kembali dan lagi-lagi membawa sapu sebagai senjatanya. Suara itu muncul kembali dan ia mengikuti arah suara itu berasal. Ia berjalan perlahan-lahan dan mendengar suara itu berasal dari luar pintu. Ia memberanikan diri untuk membuka pintu, namun suara itu perlahan juga mulai menghilang.

Ia membuka pintu lalu memukul-mukulkan sapunya segala arah namun tidak ada seorang pun di sana. Ia takut lalu kembali masuk ke dalam kamarnya. Sebelum ia masuk, ia melihat pintu kamar Alvaro terbuka lalu ia menengoknya.

"Hei, lo ngapain di kamar gue?" suara Alvaro yang datang ditambah lengannya menyentuh bahu Ashila membuatnya terkejut bukan main. Sempat menjerit tapi langsung ditahan dengan tangannya. Kakinya sedikit bergetar.

"Hah, enggak. Gue cuma denger....," kalimat Ashila terpotong saat suara yang didengar Ashila muncul kembali.

"Eh, ponsel gue ketinggalan di sini rupanya," Alvaro mengambil ponselnya yang tertinggal di laci dekat pintu kamar Ashila.

"Jadi, suara itu dari ponsel lo? Huh," Ashila kembali mengatur napasnya yang tadi ketakutan dan menatap Alvaro geram karena telah membuatnya ketakutan.

AlvaroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang