"Tania...., bangun! Lihat jam! Kamu pikir kamu akan berhasil dengan tidak disiplin waktu hah?" Jeritan itu selalu membuat mata Tania terbelalak dan segera turun dari kasur nya.
Tampak wanita yang berumur berkisar 45 tahun itu mendelik ke arah Tania dan berdiri di depan pintu kamar nya.
Tania masih tergopoh-gopoh karena masih belum menormalkan kondisi nya dari bangun tidur,di tambah ia terkejut saat tahu ibu nya sudah berdiri seram di depan pintu kamar nya."Sampai kapan kamu mau begini Tania?"
Bentak ibunya Tania dengan wajah yang menyeramkan bagi Tania.
Tania tak memperdulikan perkataan ibunya,ia berlari ke kamar mandi dan langsung mengambil wudhu nya."Kamu mau sholat subuh?Kamu lihat jam,udah ga ada lagi waktu subuh!"Bentak sang ibu yang sudah kesal dengan sikap Tania.
Tak peduli apa yang di katakan ibunya,ia terus melaksanakan sholat subuh yang sebenarnya sudah tak pantas di bilang sholat subuh. Gadis itu segera memakai mukena biru muda nya dan melaksanakan sholat sebagai mana biasanya. Sementara ibunya tetap melanjutkan omelan nya sembari memasak untuk sarapan dan bekal buat Tania dan Raisya, adik perempuan Tania.
Telinga Tania tampak memerah yang mendengar omelan ibunya hampir setiap hari. Terkadang Tania melawan ibunya,karena sudah tak tahan memendam kesal dengan wanita itu."Astaga,baju ku"Tania menepuk kening nya,ia melipat mukena nya dan kemudian mengambil baju putih abu-abu nya yang belum di setrika nya tadi malam.
Raisya hanya terdiam melihat kakaknya yang sibuk dan tergesa-gesa saat ini,ia hanya menggeleng kan kepala nya pelan. Tania dan Raisya memang sangat berbeda,mulai dari fisik sampai kepribadian mereka. Ibunya lebih sering memihak adiknya ketimbang Tania.
Tak peduli sebaik apa Tania saat ini atau seburuk apa,ada saja kesalahan dari Tania yang ibunya temukan di setiap hari. Beda dengan Raisya,bahkan di saat Raisya sedang merajuk kepada ibunya,ibunya yang mendatangi nya dan mengajak nya bicara. Hari-hari Tania sangat memuak kan bagi Tania sendiri.
Kadang,Tania sempat berfikir untuk mengakhiri hidup nya,tapi ia berfikir ini tak ada gunanya. Ia bahkan akan memiliki masalah besar untuk kehidupan selanjutnya setelah mengakhiri hidupnya di dunia. Ia terus mengingat Tuhan-nya saat ingin berbuat tindakan keji itu.Waktu menunjukkan pukul 06.40,Raisya sudah pergi ke sekolah dengan langganan ojek dekat rumah nya.
Sementara Tania,ia masih menyusun roster nya. Ibunya lagi-lagi menggeleng kan kepala nya,dan berdecak kesal melihat putri sulung nya yang ia tak yakin kesuksesan akan berpihak kepadanya."Tania,buruan! Jalanan bakal ramai,kamu itu ya ga bisa jadi contoh yang baik buat adik kamu" Ibunya terus membentak dan memarahinya,seakan anak tiri bahkan ini lebih menyakitkan saat anak kandung di perlakukan seperti ini.
"Sabar bu..., Tania lagi nyusun roster,bentar lagi" Tania meminta pengertian dari ibunya yang tak kunjung henti memarahinya.
"Besok,kalau kamu telat bangun lagi,kamu pergi naik ojek aja sana,gausah bawa motor sendiri" Ancam ibu nya Tania. Tania masih serius dengan buku yang di hadapan nya,ia takut akan salah memasuk kan buku pelajaran. Tania berlari keluar setelah siap menyusun roster,ia bergegas memakai sepatu dan tak lupa mencium tangan ibunya."Bu,Tania pergi. Assalamu'alaikum" Tania segera melaju dengan motor maticnya yang berwarna putih itu.
Benar saja,jalanan sedikit macet.
Tapi Tania bukan orang yang ugal-ugalan di jalanan demi datang ke sekolah tepat waktu. Ia lebih sayang nyawanya ketimbang pendidikan nya.
Jelas saja,ia masih bisa melanjutkan pendidikan nya dengan nyawa yang masih ada. Tapi saat nyawa nya melayang,ia sama sekali tak bisa melakukan apapun."Akhirnya!" Tania menghela napas nya saat tiba di sekolah nya. Ia memarkirkan motornya kemudian masuk ke kelas XI IPA 1 itu. Kelas yang katanya,anak-anak pintar lah yang berada di dalam kelas itu. Tapi kenyataannya,tidak seperti itu.
Ya,bukan semua mereka yang duduk di kelas ini adalah anak pintar. Sebagian dari mereka duduk di kelas ini karena keberuntungan, seperti Tania. Ia berhasil duduk di kelas ini karena keberuntungan,bukan kepintaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coretan Pena Tania
Teen FictionGadis itu tampak menangis saat pergi dari rumahnya. Ia terus menyeka air mata yang mengalir deras. Hujan yang turun pada malam itu menyamarkan tangisan Tania. Bahkan langit ikut menangis bersama Tania malam itu. Tak peduli berapa deras hujan yang tu...