Chapt 22

5K 474 187
                                    

Ruangan serba putih itu terasa sunyi, hanya sekekali suara ketukan sepatu berasal dari suster yang sedang mengecek semua pasien di pagi hari ini. Beberapa juga sibuk bercengkrama karena pagi itu rumah sakit masih sangat sepi. Tak membuat Pria itu gentar, ia seakan tak ingin menyudahi acara 'Menatap malaikat tertidur sebelum berubah menjadi iblis kembali '

Ia tak pernah menurunkan senyumnya melihat pria mungil itu tertidur pulas di tempatnya seakan ia sedang berada dikamarnya. Namun suara gaduh dari luar menyentakan pemuda itu, mau tak mau ia terganggu dan membuatnya terbangun. Ia terduduk di ranjang yang ia yakini semalam ia tak tidur disini.

Di detik berikutnya ia melihat kearah kanan yang terdapat seseorang terus menatapnya intens sembari mengeluarkan senyuman manisnya itu. Tadinya ia bingung kenapa bisa berada di ranjang tapi tanpa bertanya ia tahu betul jawabannya.

"Kau yang menggendongku?"

Johnny yang diberi pertanyaan seperti itu hanya tersenyum "Menurutmu ada orang lain selain aku?"

Ten mengerjabkan diri membiasakan cahaya masuk kedalam matanya "Aku harap ada" Jawabnya acuh

Ten turun dari ranjang memakai mantel tebalnya karena semalam jika ia tidak lupa cuaca diluar sedang tidak bagus. Ia berniat pergi namun sebuah tangan menahannya. Menuntunya untuk kembali duduk, dengan tenaga yang belum sepenuhnya terkumpul ia menurut saja.

"Kau mau langsung pergi?"

"Aku tidak ada alasan berlama lama disini" ucapnya datar

"Bisakah aku menjadikannya alasan?"

"Aku tidak tertarik, jadi biarkan aku pergi"

"Aku sedang sakit, kau tetap tak perduli?"

Ten menatap mata Johnny tajam "Aku pernah lebih sakit dari ini tapi aku tidak merengek, aku yakin kau bisa menjaga dirimu sendiri dengan baik" Seakan tahu apa yang dimaksud Ten. Johnny terdiam mencerna kata kata Ten baru saja, lelaki cantik itu sedang menyindirnya karena masalahnya di bar semalam.

"Tapi faktanya aku sama sekali tidak baik, aku tidak bisa menjaga diriku sendiri" Jawab Johnny sembari meraih tangan Ten untuk ia genggam.

Ten dengan cepat melepaskan genggaman Johnny di  tangannya dengan sedikit kasar "Jika begitu jangan mengambil resiko untuk menjaga orang lain jika menjaga dirimu sendiri saja tidak becus"

Johnny terenyak mendengar ucapan tajam Ten yang ditujukan kepadanya. Setelah mengatakan itu Ten berjalan melewati Johnny begitu saja sambil mengenakan mantelnya yang ia taruh di sofa semalam. Ia melangkah menuju pintu, sebelum ia benar benar pergi dari sana ia mengatakan sesuatu yang membuat Johnny membeku ditempatnya.

"Jangan banyak bertingkah dan membuat masalah, apa tak cukup dengan menyakiti 3 orang? Apa kau tidak puas lalu menyakiti orang yang bahkan tidak mengenalmu? Berhentilah dan jalani kehidupanmu seperti biasa"

Setelah itu ia benar benar pergi meninggalkan kamar itu tidak perduli bahwa Johnny tengah diam memikirkan bagaimana kehidupannya kedepan yang tak akan sama lagi seperti dulu.


********

Ditengah keramaian malam yang dingin itu terasa sangat penuh karena beberapa orang memilih untuk berjalan kaki walaupun cuaca malam itu sedang tidak bersahabat. Bahkan tak menyurutkan lelaki itu untuk terus berjalan tanpa henti sembari sesekali berhenti saat mendapati penjual di pinggir jalan itu, tak menyadari uga ada seseorang yang mengeluh sejak tadi karena kaki nya terasa sangat sakit.

"Win ayo kita pulang, apa kau tidak lelah oh?"

Merasa namanya dipanggil ia lalu menengok ke arah kekasihnya yang sudah sangat kelelahan apalagi ia meminta kekasihnya itu untuk membawa semua barang bawaannya serta belanjaannya. Ia berhenti sejenak lalu tersenyum tidak enak hati kenapa Yuta.

Precious Love ( Luwoo| Yuwin| Johnten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang