2: Sleep over (BounPrem)

768 49 3
                                    

Prem menggigit bibir bagian bawahnya ketika Ia merasa begitu lelah tapi matanya tetap tidak mau terpejam.

Ia menghela napas, entah untuk yang ke berapa kalinya. Ia sungguh ingin tidur. Tapi rasa kantuknya benar-benar menguap entah kemana.

"Uh- apa aku harus menghubungi p'Boun?" Ia menggumam pelan sambil mengambil telepon genggam yang Ia letakkan diatas nakas disamping tempat tidurnya.

Beberapa saat menunggu dering telepon, akhirnya sang lawan bicara mengangkat telepon dari pemuda itu.

"Phi!" Prem berteriak dengan semangat ketika mendengar suara serak dari pemuda yang menjadi lawan bicaranya.

"Hm?" Pemuda itu membalas sekenanya.

"Prem tidak bisa tidur!" Prem mengadu, yang dibalas kekehan gemas oleh lawan bicaranya.

"Kenapa tidak bisa tidur huh? Setahu ku besok siang kita ada jadwal workshop bersama, Pao. Kau harus tidur sekarang!" Boun berucap yang dibalas rengekan pelan.

"Kalau aku bisa tidur, aku pasti akan tidur, Phi. " Jawaban Prem dibalas helaan napas oleh Boun. "Jadi? Aku harus apa supaya kau bisa tidur hm?"

Tawa Prem kemudian mengalun dengan merdu ditelinga Boun, membuat pemuda itu harus bersusah payah menahan pekikan gemas dari bibirnya. Sungguh. Boun sangat menyukai lawan mainnya itu. Ia begitu menggemaskan, ceria, dan sangat menyenangkan untuk diajak bicara.

Awalnya Ia juga tidak menyangka bahwa pemuda itu akan semenggemaskan ini, karena dulu saat mereka bertemu untuk pertama kalinya, pemuda itu terlihat begitu pendiam, pemalu, dan jarang sekali mengeluarkan suaranya untuk bercengkrama dengan yang lainnya. Tapi lihatlah sekarang, pemuda itu, Prem, begitu menempel sekali padanya. Benar-benar menggemaskan.

"Datang kemari seperti biasanya, Phi!" Boun tersenyum kecil mendengarnya, lalu mendengus. "Apa aku perlu pindah ke condo mu sekalian huh? Aku rasa dalam seminggu ini aku sudah menginap hampir 5 kali di kondo mu,"

Prem kembali tertawa kecil, "Ayo lakukan. Fans kita akan menggila setelahnya,"

"Jangan kan fans yang menggila. Kau saja sudah membuatku menggila," balas Boun tanpa sadar.

"Huh?" Prem terbelalak mendengar balasan Boun. "Maksud Phi?"

Boun tersentak ketika menyadari ucapannya barusan. Sial. Ia tanpa sengaja menyuarakan pikirannya.

Duh. Mau cari alasan apa coba?

Boun terbatuk pelan berusaha mengalihkan perhatian Prem. "Ehm. Lupakan." Boun menggigit bibir bagian bawahnya. "Ngomong-ngomong, buka pintu mu. Aku sudah berdiri dari tadi di depan kondo mu,"

"Huh??? Kenapa tidak bilang Phi! Astaga!" Prem yang terkejut akan kedatangan Boun langsung buru-buru merapikan bungkus snack yang berserakan dilantainya. Sungguh, Ia adalah orang yang jorok, hanya waktu-waktu tertentu saja Ia akan membersihkan kamarnya, khususnya saat Boun berkunjung ke condonya. Ia baru akan membereskan semua kekacauan yang Ia lakukan.

"Prem?" Boun memanggil dari sebrang sambungan. "Uh sebentar Phi!" Ia sedikit terkejut ketika sadar sambungan telepon masih terhubung.

Setelah merasa kamarnya benar-benar bersih. Ia kemudian menyemprotkan pengharum ruangan, agar kamarnya itu tercium lebih segar.

Kemudian, Ia pun berlari kearah pintu, dan membukakan pintu untuk seniornya yang telah menunggu diluar sedari tadi.

Boun tersenyum melihat penampilan dari Prem yang terlihat sedikit acak-acakan. Ia yakin. Pemuda ini baru saja membereskan kamarnya yang seperti kapal pecah itu. Ia pun mengelus kepala pemuda yang lebih muda darinya, "Kau harusnya tidak perlu repot-repot membereskan kondo mu seperti itu Prem,"

Can't take my eyes of you ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang