[✓] Forgive Me

Forgive Me : 셋

Tring!

Suara notifikasi sebuah handphone dari salah seorang gadis disini berbunyi. Jeongyeon mengambil ponselnya.

"Siapa? Manajermu?" ini Nayeon, sahabat dekat nya.

Mereka sedang menghabiskan waktu dihari sabtu yang panas ini di salah satu Cafe ternama di kota Seoul.

"Bukan." Jeongyeon menggeleng.

"Lalu?" jiwa kepo dalam diri Nayeon bangkit.

"Seseorang." jawab Jeongyeon masih sibuk dengan ponselnya.

Nayeon mendecak kesal, "Aku tau itu orang. Maksudku, siapa?"

"Kau tidak kenal."

Nayeon hanya merotasikan bola matanya. Ia memang tahu sifat asli Jeongyeon dibalik kamera, keras kepala.

Handphone Jeongyeon bergetar tiba-tiba.

"Yak! Apa yang kau lakukan? Ini ada panggilan masuk, kenapa kau malah melempar ponsel mu?" Nayeon mengambil alih Handphone Jeongyeon.

"Namjoon?" Nayeon membaca nama yang tertera disana lalu menatap gadis berambut pendek itu.

"Jangan diangkat!" Jeongyeon mengambil paksa ponsel miliknya.

"Eits! Biar aku saja yang angkat!" Nayeon menaik-turunkan kedua alisnya, bermaksud untuk menggoda sang sahabat.

Klik!

Jeongyeon mematikan panggilan tersebut.

"Mwo?! Kenapa kau malah memencet tombol merah?! Harus nya kau mengangkat panggilan itu. Dia kekasih mu kan?"

"Apa sih? Kekasih apanya huh? Dia temanku."

"Ah yang benar? Teman atau teman? Mengaku saja, Yoon Jeongyeon."

Ah, ayolah. Di dunia ini hanya Im Nayeon yang bisa membuat seorang Yoo Jeongyeon kesal seperti ini.

"Hey, Jeong. Kau yakin itu bukan pacarmu huh?"

"Apa maksudmu?"

Nayeon menghela nafas. "Kau tahu? Saat kau mendapat panggilan darinya, wajahmu ceria. Itu berarti kau sedang jatuh cinta, bodoh."

Pernyataan Nayeon membuat Jeongyeon kaget. Pasalnya ia baru mengenal lelaki bernama Namjoon itu beberapa hari yang lalu. Dan.. sekarang Nayeon bilang bahwa dia menyukainya? Oh tidak. Nayeon sudah gila.

Jeongyeon menggeleng, "Tidak."

"Dasar keras kepala! Kalau sampai benar awas saja! Sudah ya, aku pulang duluan." Nayeon melambaikan tangannya pamit pergi.

"Nayeon bodoh! Apa yang aku pikirkan sekarang?! Tidak mungkin, Jeong." ujar Jeongyeon bermonolog sendiri.

"Kau memikirkanku?"

"Huh?"

•••