Chapter 6

6.2K 1K 216
                                    

Sekarang ini, Aku sedang duduk di ruang makan bersama dengan seluruh keluarga Todoroki. Fuyumi, Natsuo, dan Toya sudah pulang dari sekolah mereka.

Lagi-lagi suasana terasa begitu canggung. Kini Aku tahu mengapa, mungkin itu semua karena kehadiran paman Enji di antara kami.

Paman Enji menatapku dengan sorot mata tajam, membuatku bergidik ngeri dan memasang senyum dipaksakan.

"(Nama)-san, lain kali jangan ikut campur urusanku dengan Shouto. Mengerti?"

"Ha ... Ha'i ..." Jawabku lirih.

Aku melirik ke arah Rei yang duduk di samping kananku. Sekarang Aku tidak duduk bersebelahan dengan Shouto lagi.

Aku menatap wajah Rei yang terdapat sedikit luka lebam pada pipinya. Seketika iris mataku membulat. Rei  yang menyadari lirikan mataku segera menoleh, "Kenapa tidak makan, (Nama)-san?" Ucapnya sambil tersenyum sendu.

Aku mengangguk. Lebih baik Aku tidak bertanya akibat luka lebamnya itu di depan paman Enji. Mengapa? Mungkin ini pendapat yang bodoh, tetapi Aku berpikir bahwa paman Enji lah yang melakukannya.

Kemudian Aku memakan makananku dengan cepat sampai akhirnya isi piringku habis tak bersisa.

Aku meletakkan alat makanku di meja, "gochisousama."

Aku melirik ke semua anggota keluarga Todoroki. Mereka semua belum selesai makan, itu membuatku harus menunggu mereka selesai makan sebelum beranjak pergi.

***

Butuh waktu beberapa menit sebelum akhirnya mereka selesai menghabiskan makanan mereka. Aku segera pamit beranjak dari kursi makanku, tapi tiba-tiba saja Shouto juga ikut berdiri dan memegangi tanganku.

"Eh? Shouto-kun? Kenapa?"

"A ... Aku ...."

"Shouto ingin bermain denganmu. tolong temani dia, (Nama)-san." Potong Rei sebelum Shouto selesai berucap.

Aku menatap Shouto yang terlihat menundukkan kepalanya, "benarkah itu, Shouto-kun?"

Shouto mengangguk. Aku mengelus puncak kepalanya, setelah itu Aku pun pamit sambil menarik tangan Shouto keluar dari ruang makan.

Setelah pergi menjauh dari ruang makan, Aku melepaskan genggaman tanganku dan berjongkok di hadapan Shouto.

"Shouto, masalah tadi pagi ... Kau benar-benar tidak apa, kan?" Tanyaku.

Shouto menunduk dan memainkan jemari tangannya. Dia kemudian mendongak dan menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja kok, Onee-san," ucapnya sambil tersenyum.

Aku yakin bahwa ada yang dia sembunyikan. Namun, sepertinya dia juga tidak ingin membicarakan masalah tadi pagi.

"Ngomong-ngomong ... Shouto-kun, kapan hari ulang tahunmu?"

"Etto ... 11 Januari."

"Benarkah?"

11 Januari? Bukankah itu seminggu lagi? Baguslah, Aku jadi punya waktu untuk memikirkan hadiah apa yang harus Aku berikan nantinya. Jika saja Shouto perempuan, Aku pasti sudah memberikan dirinya sebuah perhiasan menggunakan Quirk milikku. Sekalian Aku mau menguji kemampuan Quirk itu.

"Berapa umurmu sekarang, Shouto-kun?"

"4 tahun."

Don't Leave Me (Todoroki X Reader) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang