Aku mendekat ke arah Shouto dan paman Enji yang sekarang terdiam layaknya sebuah patung. Aku melambai-lambaikan tanganku di depan wajah paman Enji, tapi tidak ada reaksi apapun dari dirinya.
Aku sampai kini tidak percaya bahwa Aku memiliki sebuah Quirk. Sekarang, bagaimana caranya agar mereka bisa kembali bergerak seperti semula?
Yang tadi itu begitu luar biasa. Seperti ada kekuatan yang keluar dari dalam tubuhku. Apakah Aku bisa menggunakan kekuatan itu lagi? Tentu, Aku harus bisa. Aku khawatir Shouto dan paman Enji akan seperti itu selamanya.
Aku mencoba melakukan hal sebelumnya. Sebuah energi seperti mengalir di dalam tubuhku dan seketika Shouto dan paman Enji kembali bergerak.
Ekspresi keterkejutan terlihat di wajah Shouto dan paman Enji. Mungkin karena mereka kaget diriku yang tiba-tiba sudah berada di depan mereka.
"Bagaimana ... Bagaimana kau bis—"
Belum selesai paman Enji menyelesaikan kalimatnya, Shouto memotong perkataannya dengan suara pelan.
"Apakah Onee-san ternyata memiliki Quirk? Apakah Onee-san berbohong?"
Aku refleks menggeleng cepat. Tidak mungkin Aku berbohong kepada Shouto, lagipula Aku kan baru mendapatkan kekuatan ini.
"Aku tidak bohong. Tiba-tiba saja kalin berhenti bergerak, itu membuatku agak khawatir. Untunglah Aku berhasil membuat kalian bergerak kembali."
"Jadi, maksudmu Quirkmu tiba-tiba saja muncul?" Ucap paman Enji dengan ekspresi menyelidik.
Aku mengangguk cepat. Lalu, paman Enji kembali melangkah sambil menarik Shouto. Dia lagi-lagi melangkah melewati diriku. Aku berniat menghentikannya lagi, tapi sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundakku pelan.
Aku menoleh dan terlihat Rei yang tersenyum sendu di belakangku. Aku membalikkannya badan dan menceritakan semua kejadian yang Aku alami dengan paman Enji.
Rei mengangguk-angguk pelan saat mendengar ceritaku. "Kalau begitu sekarang biar Aku saja yang mengurus Shouto. Kau pergi saja ke kamar, (Nama)-san," Ucap Rei yang terdengar seperti perintah.
"Tapi ...."
Aku ingin mengeluh, tapi tidak bisa. Percuma juga jika Aku berbicara dengan paman Enji, lagipula dia tidak akan mendengar. Sepertinya memang hanya Rei lah yang bisa melakukan sesuatu sekarang ini.
Aku menghela napas, lalu membungkukkan badanku. Aku pamit pergi, kemudian melangkah pergi ke kamarku.
Selama perjalanan ke kamar, Aku terus menerus berpikir dan bertanya di dalam batinku.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan keluarga ini?"
Aku terus berpikir, tapi tidak ada satupun jawaban yang bisa Aku dapatkan. Sampai akhirnya Aku sampai di kamarku.
Aku melangkah masuk, lalu membuka jendela kamarku. Kutatap langit berwarna biru. Langit yang sama seperti di duniaku. Sepertinya perbedaan dunia ini dengan duniaku hanyalah penduduknya yang memiliki Quirk.
Aku juga mengingat-ingat tentang berita yang telah Aku tonton bersama dengan Shouto. Di dunia ini, Aku tak percaya ada penjahat berkekuatan super layaknya film action di duniaku. Bahkan ada pahlawan super di dunia ini.
"Aku ingin tahu rasanya menjadi pahlawan ..." Gumamku pelan.
Aku juga teringat dengan perkataan Shouto bahwa ia ingin menjadi seorang pahlawan. Aku yakin suatu hari dia akan bisa mencapai impiannya itu.
Aku akan sangat menantikan saat-saat dia menjadi pahlawan pro nantinya. Aku yakin dia akan menjadi pahlawan yang hebat dan dipuji oleh banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me (Todoroki X Reader) [End]
Fiksi Penggemar"Masuk ke dunia BNHA dan menjadi pengasuh Todoroki Shouto?" (Bagian 1) Karakter milik : Kohei Horikoshi.