“Tidak melulu bahwa menunda itu menolak”
Seseorang sedang duduk memandang langit kota Jakarta yang luas tapi sesak, indah tapi tak sehat.
Kenangan yang cukup buruk bagi seorang Bulan mungkin memengaruhi alasan ia tak merasa tak seharusnya ada di sana. Karena Jakarta yang ramai ini justru di rasa terlalu sepi untuk ia tinggali.
“Sudah ku tebak, pasti kamu di sini, Lan.” Langit datang dan segera duduk di samping Bulan.
“Kok, bisa?”
“Bisa apa?”
“Menebak.”
“Oh, itu. Aku melihatmu tadi naik ke atas. Kan, melewati kelasku”
Bulan hanya mengangguk.Langit yang tak biasa tinggal dalam diam mencoba mencari jawab dengan tanya, “Kenapa di sini?” Bulan menoleh sebentar, “Mencari udara segar”
“Bohong, kan?” timpalnya.
“Kok bohong?”
“Kan, di sini tidak segar," kata Langit, “Lihat, warnanya saja tidak ada segar-segarnya di pandang mata.” Bulan mengamini.
“Memang tidak segar, tapi menarik”
“Menarik?” Tanya Bulan.
“Ada kamu”
“Aku, menarik?”
“Iya” Langit mengangguk.“Apa si sebetulnya yang menarik dari aku?”
“Serius kamu bertanya itu, Lan?”
“kenapa?”
“Semuanya”
“Semuanya?”
“Iya. Apa pun yang kamu lakukan menarik di mataku, Lan.”
“Aku melakukan hal yang sama seperti yang orang lain lakukan”
“Bukan apa yang dilakukannya. Tapi karena kamu, kamu yang melakukannya, Lan”
“Kenapa, aku?”
“Karena bukan orang lain”
“Aku tidak seramah orang-orang, tidak sebaik dan tidak begitu peduli pada sekitar”
“Betul”
“Lalu kenapa kamu mau berteman denganku?”
“Aku tidak ingin berteman denganmu”
“Lalu?”
“Aku ingin menemanimu, selalu”
“Untuk apa?”
“Aku pernah bilang, kan. Aku akan menyinarimu, Lan. Jadi, jangan merasa sendiri lagi”Langit memegang erat pundak Bulan untuk meyakinkan, matanya menatap lekat. Menguatkan kalau apa yang ia takutkan sebenarnya tak pernah ada. Sementara Bulan tak bergeming. Langit mafhum, mungkin Bulan terkejut dengan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu.
Langit lalu menyenderkan kepala Bulan tepat di bahunya. Sembari kini menghadap ke depan.
“Jadikan bahuku tempat bersandar, kalo kamu merasa terlalu lelah untuk terus berjalan, istirahatlah. Di sini.” Tunjuknya pada bahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Hilang
Short StorySebuah perjalanan menerima cinta yang baru. Hal-hal yang sebelumnya tak ada kalau saja bukan karena seseorang itu datang. Bulan Berlian, seseorang yang menyukai kebebasan dan dengan segala ketakutan akan terjebak dalam hubungan yang memenjarakan.