Satu

58 4 2
                                    

"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."

(QS. Al-Fatihah 1: Ayat 2)

⭐⭐⭐

Sang rembulan yang kian menghilang, dan digantikan dengan kedatangan sinar matahari yang begitu indah di pagi hari. Seperti biasa, setelah melaksanakan shalat subuh, Annisa selalu membantu ibunya memasak di dapur, Annisa memang anak yang rajin dan berbakti kepada orangtuanya.

Allah Ta'ala berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al Isra': Ayat 23).

Setelah Annisa merapihkan tempat tidurnya, ia segera bergegas menuruni anak tangga satu persatu untuk menuju dapur dan menemui ibunya di sana.

"Assalamu'alaikum, bu." Salam Annisa, sambil memeluk erat ibunya dari belakang.

"Wa'alaikumussalam, duh sayangnya ibu yang paling cantik." Sambil mengecup kening Annisa.

"Ah ibu ini, pagi-pagi udah bikin Annisa jadi pengen terbang aja deh." Annisa tersipu malu.

"Yaudah yuk! Langsung bantu ibu masak." Ucap Putri ibunda Annisa.

Annisa pun segera mengambil dua siung bawang putih lalu dipotong-potong hingga tipis, setelah memotong bawang putih, dilanjutkan dengan memotong bawang merah dan cabai, karena ayah dan ibunya tidak suka pedas, Annisa hanya memotong cabai secukupnya saja, padahal Annisa adalah tipe orang yang suka pedas, tetapi Annisa mengalah dan tidak mencampurkan terlalu banyak cabai kedalam masakannya.

Setelah beberapa menit memasak, Annisa dan ibunya langsung mempersiapkan sarapan di atas meja, dan mereka pun duduk bersama. Sang ayah yang sedari tadi menunggu sambil meminum kopi, sudah tidak sabar ingin menyantap sarapannya itu.

Annisa langsung mengambil satu piring, dan mengambil nasi untuk ayahnya terlebih dahulu. Annisa juga mengambilkan nasi untuk ibunda tercinta, lalu ia langsung mengambil nasi untuk dirinya sendiri.

Sarapan pagi pun selesai, Annisa dan sang ayah lalu bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, Annisa tak lupa untuk bersalaman dan mengecup kening ibunda, sang istri pun bersalaman dengan Faisal suaminya, dan dibalas kecupan hangat yang mendarat di kening sang istri.

"Annisa berangkat dulu ya bu."

"Iya nak, hati-hati di jalan."

"Baik bu, assalamu'alaikum," Salam Annisa.

"Wa'alaikumussalam." Putri pun menjawab salam Annisa dengan senyuman.

Annisa pun beranjak pergi dari rumahnya, sang ibu masih berdiri di depan pintu dan melambaikan tangannya ke arah mobil.

"Cepat nis, nanti kita kesiangan." Teriak Faisal dari dalam mobil.

"Iya yah." Ucap Annisa sambil membuka pintu mobil.

Satu Hati Dua CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang