Like a Romance Novel

6.2K 162 18
                                    

Saat Masuk SMA, buku pertama yang kupinjam pertama kali dari perpustakaan sekolah adalah novel cinta berlatar belakang tentang olahraga basket. Aku mudah terpengaruh oleh isi buku. Meskipun sudah habis kubaca, aku tetap merasakan atmosfer novel tersebut dan tetap hanyut dalam suasana buku itu. Aku pun mencoba mengunjungi lapangan klub basket di SMAku ini. Itu sebabnya, saat aku melihat sosok pemuda yang mirip dengan tokoh novel itu, mendrible bola dengan gagah dan "SHUT...!" bola tersebut tepat masuk pada ring. Dalam sekejap, hatiku diambil olehnya. Aku langsung nekad bergabung dengan klub basket putri meskipun teman baikku melarang. Alasannya, ya, karena aku kan gak bisa olahraga. 


Namaku Kanna, kelas 1 SMA. Mulai hari ini aku bisa latihan sendiri. Sudah 2 bulan aku bergabung dengan klub ini. Dibandingkan para anggota klub yang lainnya, mereka sudah mulai latihan sejak SMP. Bisa dibilang aku terlambat bergabung. Laki-laki itu, laki-laki yang telah merebut hatiku ini, namanya Davin, dibesarkan di keluarga pembasket yang terkenal. Ayahnya merupakan pemain basket handal kala itu dan sekarang menjadi pelatih nasional yang mendidik anak-anak baru untuk ikut bertanding di kejuaraan dunia. Sosoknya yang gagah itu membuat para senior meributkannya. Tapi Davin beda dengan tokoh novel itu. Dia agak dingin. Tapi walaupun begitu, biar marah, dia tetap keren. Jaraknya denganku terpaut jauh, aku cukup puas dengan melihatnya saja.

Sudah sekitar 2 bulan aku mengikuti kegiatan klub basket ini, tapi rasanya mungkin aku belum terbiasa. Sejak kemarin, begitu bangun tidur, badanku langsung sakit semua. Pinggang seperti mau patah. Aku memang tidak terbiasa olahraga. Tapi aku tetap mencari buku di perpustakaan, terutama buku tentang basket. Baiklah, menurut buku ini, latihan fisik akan membuat kemampuan bermain basket lebih cepat berkembang. Besok aku akan mulai marathon setiap pagi sebelum masuk kelas. 

Saat sedang asyiknya berlari, aku sama sekali tidak menyadari adanya Davin di lapangan tersebut. Dia sedang bermain basket dengan teman-temannya. Ya, aku hanya bisa melihatnya dari jauh dan tidak berani menegurnya. Tiap hari pun, aku merasa selalu melihat Davin yang juga latihan pagi. Entah mengapa aku sangat senang. Aku merasa dia selalu menemaniku. Tidak mengapa kan jika aku sedikit berharap dengannya.

Aku... sejak dulu suka baca buku sendirian. Selain itu, aku tidak punya minat pada hal lain. Tapi akhir-akhir ini, kegembiraan baru mengguncang hatiku.

"Oke, target pertamaku lari keliling lapangan 5 kali setiap hari. Lalu pelan-pelan dibuat lebih jauh lagi. Sepertinya aku mulai terbiasa marathon pagi. "Hosh, hosh" ah capeknya latihan lari setiap pagi.

"Mulai hari ini, kamu bisa mulai latihan sendiri jika ada tempat latihan kosong. Mengerti?" tanya senior, ketua klub basket putri.

"Iya" jawabku tegas dibarengi dengan junior-junior yang lain.

Basket Davin menyampaikan perasaannya yang mendalam. Dilihat sampai kapan pun sosoknya tetap gagah. Mencekat seluruh indera pernapasanku. Membuat dadaku bergemuruh.

Baiklah sekarang giliranku. Aku harus lebih baik dari kemarin. Tanpa sengaja Davin melirik. Aku juga... semoga harapan ini bisa tercapai. Aku ingin memasukkannya seperti Davin.

*****

Ini cerita lamaku saat masih unyu. Hahaha. 

Aku berharap kalian bisa suka.  

Mohon kritik dan sarannya. 

Terima Kasih.

Love,

Astrelavoille

My Dream like a Story of Romance NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang