Shorten a Distance

3.3K 119 11
                                    

Setiap hari minggu, aku mengadakan acara "Kumpul dan Membaca Buku" untuk anak-anak di perpustakaan umum.

"Chika"

"Kak Kanna. Hari ini mama ada janji, jadinya aku diantar kakak."

"Oh, begitu." Loh... itu bukannya Davin. "Ah... Davin" teriakku. "Hah... maaf, aku bersuara keras."

"Heh? Kak Kanna berteman dengan kakak?" tanya Chika heran.

"Chika. Kalau acara ini sudah selesai, aku akan menjemputmu." Ujar Davin.

"Nggak mau! Kakak harus ikut menggambar bersama Kak Kanna. Mama juga selalu menggambar." Rengek Chika

"Eh...?!"

"Ayo duduk kak..." teriak anak-anak yang lain.

Kenapa anak-anak lain ikut memaksanya sih. Loh, imagenya berbeda dengan di sekolah. Di sini dia tampak seperti kakak yang baik. Kalau begini, aku merasa punya kesempatan untuk sedikit lebih dekat dengan Davin. Ataukah aku hanya berkhayal saja?

=====888=====

Aku sudah terbiasa latihan lari pagi. Mulai hari ini, aku akan latihan sendiri. Aku akan melatih mendrible bola dan menshutnya.

"Selamat pagi..."

"Pagi... ah! Davin." Kagetku saat dia mulai menegurku. Karena ini yang pertama kali dia berbicara denganku terlebih dahulu. Selama ini aku hanya memandangnya. Baiklah. Fokus. Fokus. Baca lagi buku tentang basket untuk pemula.

"Hei kamu! Pembasket pemula tidak bisa belajar secara otodidak, nanti hasilnya jadi aneh." Davin kebingungan melihatku belajar basket sambil membaca buku.

"Iya... itu sebabnya aku baca buku panduan. Di sini banyak penjelasannya." Kataku berkilah.

Dia tidak mengerti juga, pikir Davin. "Ada tertulis di buku ini kan? Mintalah petunjuk orang lain tentang cara berlatih yang benar. Biar aku ajarin deh! Kurasa kamu akan lebih cepat maju dibandingkan belajar sendiri."

"Ta.. Tapi aku lamban, kamu bisa marah lho."

"Ya, kelihatan sih dari tampangmu. Tapi kamu... belajar sendirian karena ingin jadi mahir kan?"

"Iya. Kumohon ajari aku."

"Baik." Kata Davin sambil tersenyum manis. Deg. Sesaknya napasku.

=====888=====

Sejak itu, entah sejak kapan jarakku dengannya mulai dekat. Hampir setiap minggu dia menemani adiknya, Chika dalam acara "Kumpul dan Membaca Buku" bersama anak-anak lainnya.

"Hem... wajahmu mirip Chika. Lucu sekali kalau baca buku." Tiba-tiba Davin berkata seperti itu membuatku menoleh, merasa ditatap.

"Sejak dulu aku memang suka membaca buku. Di lantai dua ini, ada tempat dimana aku bisa sendirian. Di sana aku sering baca buku tanpa diganggu."

"Oh, kelihatan kok dari tampangmu. Aku bingung kenapa orang sepertimu ikut klub basket yang menguras energi."

"Kamu jangan tertawa ya?" kataku meringis.

"Ya." Jawabnya tersenyum manis.

"Aku pernah membaca novel tentang olahraga basket. Tokoh laki-laki di novel itu menshut bolanya dengan gagah." Sama seperti Davin. Sosoknya saat menshut bola basket tampak sangat gagah. "Aku hanya ingin tahu bagaimana perasaannya."

"Alasan yang sesuai dengan dugaan. Ah.. Ha.. ha.." Kata Davin sambil tertawa kecil.

"Kan sudah kubilang, jangan tertawakan aku!" kataku cemberut.

"Tidak, aku kan belum tertawa. Hanya tersenyum kok. Hahahaha... Aduh, kelepasan deh!" kali ini ia tertawa keras.

Aku hanya cemberut sambil mengembungkan pipiku tanda aku kesal dengan Davin, tapi dia makin tertawa keras. Sebal.

=====888=====

Jangan kalian pikir aku sudah dekat dengan Davin dia akan bermanis ria. Davin mengajariku basket dengan tangan besi. Sangat serius. Jika aku salah sedikit dia akan memarahiku tapi dengan solusi yang baik. Tak apa-apa, aku ingin mengejar ketertinggalanku dengan para senior. Aku sangat menikmati hari-hari di klub basket ini. Aku ingin segera jadi seperti Davin.

"Kamu pasti bisa." Perkataannya memberi motivasi untukku. Hari-hari yang membuatku dilanda dengan kebahagian. Hari-hari yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

=====888=====

Ceritanya akan semakin manis nih.

Seperti biasa, mohon kritik dan sarannya.

Love,

Astrelavoille

My Dream like a Story of Romance NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang