A Disaster

2.4K 107 7
                                    

"Wah, kayaknya mau hujan nih!" ujar senior klub basketku.

"Kalian jangan duduk saja. Sana latihan!" teriak ketua klub basket putri dengan tegas.

"Kami kan mengawasi." Kata salah seorang cewek yang sedikit centil.

"Mengawasi apa? Dari tadi kalian ngobrol terus." Kata ketua klub dengan nada tinggi.

"Lagian orang yang sedang bermain basket memang keren untuk dipandang sih. Kalau latihan sendiri malah malas." Kata cewek centil tadi.

"Iya capek lagi!" ujar senior yang lain menimpali.

"Hei Vin! Bagaimana caranya supaya jago menshut bola?" Cewek centil itu mendekati Davin sambil merangkul lengannya. Ketua klub hanya mendengus saja melihat kelakuan cewek itu.

"Kalau berlatih dengan serius, dengan sendirinya kemampuan akan meningkat." Ujar Davin dingin.

"Oh begitu! Davin memang hebat sih." Cewek centil itu tersenyum manis berharap bisa mendapatkan hati Davin.

"Davin memang hebat dan jago basket, tapi dia dikelilingi oleh para senior yang tidak berguna." Pikir ketua klub kesal.

Sesaat Davin melirik Kanna. Dia tersenyum. Senior memujinya. Dia sudah banyak kemajuan.

=====888=====

"Ah... hujan deras beneran. Aku tidak bawa payung." Ujarku sebal.

"Mau ikut?" Tanya Davin yang sudah membagi payungnya denganku. "Kamu tidak punya payung kan?"

"Iya. Tapi, rumahmu dimana?" tanyaku

"Di Jalan Anyelir."

"Rumahku di Jalan Anggrek, arahnya berlawanan." Kataku tak enak.

"Ya sudah, tidak masalah." Dia berkata begitu. Lalu Davin benar-benar mengantarku pulang, 40 menit lamanya kami berjalan berdua. 


"Apa-apaan tuh?" ujar salah seorang senior basket yang kesal melihat kita berpayung berdua. Aku mengabaikannya dan berjalan mengikuti Davin. Aku gugup dan tidak berani bicara apa-apa. Cuma bisa memandang tangan Davin yang memegang payung.

"Itu Kanna, anak kelas 10."

=====888=====

"Mulai hari ini, kamu berlatih menembak ya." Tegur Davin. Saat ini kami sudah di lapangan basket.

"I..Iya!" wah, dia menegurku.

"Tidak apa-apa kalau gagal di percobaan pertama. Yang penting tetaplah pada ancang-ancang yang sama sebelum memulai."

"Baik."

"Jangan tahan napasmu, bernapaslah dengan perlahan dan lepaskan kekuatanmu secara wajar."

"Aduh...!" teriakku kesakitan. Waduh tanganku sepertinya kram saat akan melempar bola tadi. Sepertinya salahku saat melakukan posisi tersebut.

"Kanna! Ah... caramu salah saat melempar tadi, jadinya tanganmu tak sengaja keseleo. Duduklah dan tunggu sebentar." Katanya khawatir.

"Ya.." Pembasket pemula memang gampang terluka. Di buku juga tertulis begitu.

"Kanna, palingkan wajahmu." Katanya yang kemudian menarik tanganku.

"Ya?" Eh?! Dekat sekali. Hiiii! Entah mengapa badanku mundur dengan sendirinya.

"Jangan bergerak!" ujarnya.

"Aku bisa sendiri kok." Jawabku berkilah. Aku tak tahan dekat dengannya. Jantungku serasa mau melompat sambil menari salsa.

"Sudahlah. Kalau keseleo seperti ini jika tidak segera diobati bisa membengkak lho? Kamu gak papa kan?" tanyanya dengan khawatir. Apa aku boleh berharap ya kalau dia bisa mempunyai perasaan yang sama denganku?

"Iya.." Meskipun tanganku sakit, dadaku terasa hangat sekali menikmati sentuhannya di tanganku.

=====888=====

"Hei, bisa bicara sebentar?" panggil senior sebelum memulai latihan. "Kenapa tanganmu terluka?" katanya lagi.

"Tanganku kram saat menembak, waktu latihan sendiri." Jawabku sambil menunduk.

"Sudah kuduga. Di klub ini, dilarang latihan sendiri. Kau tahu kenapa? Klub basket putra akan tanding sebentar lagi untuk merebut kejuaraan nasional. Kita klub putri tidak boleh ikutan menganggu konsentrasi mereka."

"Maaf, aku tidak tahu."

"Melanggar aturan ini, berarti harus dikeluarkan dari klub!"

"Eh?! Tapi..."

"Tapi apa? Kalau kamu bersama orang lain, orang itu juga mendapat sanksi yang sama."

"Apa?!"

"Ada orang lain yang bersamamu?"

"Tidak... aku sendirian kok!" Aku tidak mungkin memberitahu senior jika Davin yang membantu mengajariku latihan. Dia akan kena marah oleh ketua klubnya atau bahkan pelatih akan memberi hukuman keras padanya mengingat dia salah satu pemain handal di sini malah sibuk mengajariku. Tidak. Tidak boleh.

"Aku akan sampaikan pada ketua klub kalau kamu tidak perlu lagi latihan bersama kami." Katanya menyeringai.

=====888=====

Cerita ini memang gak panjang. Jadi bisa dibilang cerpen panjang la.

Seperti biasa, tolong tinggalkan kritik dan sarannya.

Love,

Astrelavoille

My Dream like a Story of Romance NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang