Wonhee segera masuk ke dalam rumah dengan terburu-buru, ia melempar tas dan mantel serta sepatunya jauh-jauh dan menghilang di balik toilet.
"hoeeekkk....ohokk ohok Hoeeekkkk..." suara yang sepertinya tak tertolong itu berasal dari toilet Wonhee yang cukup gelap. ia bahkan tidak sempat menghidupkan lampu toilet.
Setelah acara makan malam yang menyebalkan itu Wonhee pulang dalam keadaan muntah-muntah karena kebanyakan makan. Seharusnya ia tidak ikut tadi.
"seharusnya aku tidak pergi... ohok hok..." gumamnya yang memukul dadanya untuk meredakan sakit
Setelah membersihkan diri ia pun membersihkan rumahnya. Ia membuka kulkas yang isinya masih penuh. Itu adalah lauk yang dikirim ibu tirinya kemarin. Ia juga mengecek ponselnya yang berisi pesan masuk tentang laporan keuangannya, ayahnya kembali mengirim uang dalam seminggu terakhir.
"seolah aku dibayar..." gumamnya.
trink trinkkkk trink trinkkk
sebuah panggilan masuk dari seseorang cukup mengejutkan Wonhee, setelah melihat nama yang tertera di ponselnya, ia segera mengangkat panggilan telponnya.
"ada apa..." ketusnya
[Wonhee? kau sudah tidur?]
"mhm..." gumamnya mendadak malu, tentu saja karna yang menelponnya adalah Yohan
[aku didepan rumahmu...] mendengar itu dengan lekas ia membuka kaca jendelanya
"untuk apa kau..."
[tidak perlu keluar... aku juga tidak lama...] potong Yohan, setelah sibuk melihat sekitar akhirnya Wonhee dapat melihat lelaki itu melambai meski tampak kecil dari atas.
Wonhee tinggal disebuah kamar yang disewanya dilantai 5 sebuah rumah susun.
"ada apa... biasanya pun kau langsung masuk..." kata Wonhee yang tidak terdengar ketus lagi
[aku tau kau pasti masih sakit, jadi aku tidak ingin mengganggumu...] mendengar itu membuat Wonhee tersenyum kecil ia ingat bahwa Yohan mengkhawatirkan jadwal datang bulannya.
"kau mengkhawatirkanku atau kau tidak ingin menjadi korban kekesalanku...?"
[hehe itu juga...] kekeh Yohan,
[ya sudah kalau begitu aku pulang... sampai besok...]
"kau menelponku hanya untuk ini...?" tanya Wonhee heran
[mhm... mendengar suaramu baik-baik saja... sudah cukup...]
degh
[sudah ya... aku pulang... aku sudah ketinggalan bus...]
telpon dimatikan seiring menjauhnya lambaian tangan Yohan. Lelaki itu masih mengenakan kemeja apakah ia tidak langsung pulang tadi. Atau dia mengikuti Wonhee sampai kerumah?
Ia ingat terakhir kali ia memutuskan untuk tidak peduli pada Yohan. Tapi selalu tidak berhasil
FLASHBACK ON
"Kim Yohan! Kim Yohan! Kim Yohan!..."
Riuh sorakan penonton memenuhi ruangan itu, hari itu adalah Turnamen Tingkat Sekolah Taekwondo yang diadakan di sekolah mereka dan juga turnamen terakhir yang diikuti Yohan saat ini.
Meski menjadi atlet terbaik dan menjanjikan Yohan memutuskan untuk mengakhiri karir Taekwondonya. Alasan utama tentu saja karena orang tuanya ingin ia mewarisi perusahaannya dan menjadi pebisnis.
Namun alasan keduanya adalah...
"YEEESSSS!!!!" teriak penonton ketika Wasit memutuskan Kim Yohan sebagai pemenang setelah menerjang lawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend
RandomKetika kata Sahabat menjadi batas bagi Wonhee untuk mengungkapkan perasaannya pada Yohan.