Boneka Hiu

348 28 34
                                    

Hujannya semakin deras, untung saja kami bergegas ke pos jaga. Meskipun aku sudah mewanti-wanti untuk tidak sebasah ini. Tapi aku lebih bersyukur jika wanita yang kuselamatkan baik-baik saja.

Aku langsung mempersilahkannya duduk di kursi pengunjung. Sembari melepas sepatu dan kaos kaki, dengan keadaan telanjang kaki berjalan menuju belakang kursi dudukku. Ya, saat ini dia duduk berhadapan, melihatku yang sedang sibuk membuka baju.

"Kyaa!"

"Heh?"

Kedua tangannya yang menutup mata membuatku terkejut. Ah pantas saja dia kaget karena diriku yang hendak membuka baju.

"Tidak apa-apa, ini hanya baju seragam. Di dalamnya aku masih pake baju kaos kok." ucapku untuk menenangkannya.

Ia mengintip dari celah kedua jarinya. Tentu saja dia sadar bahwa aku memakai dua baju ganda. Memang sangat panas sekali memakai baju ganda seperti ini apalagi sewaktu siang hari, tapi aku tidak bodoh. Ku gunakan semua ini untuk jaga-jaga saja.

"Gak papa kok mbak," ucapku kembali menenangkannya.

Ah aku baru ingat, kebetulan ada kue mochi yang baru kubeli tadi sore. Kalau tidak salah masih ada dalam tas. Ada.

"Oh iya saya ada mochi nih kalau mau, silahkan ambil." ucapku sembari membuka kotak mochi berisi 8 buah.

Tentu saja ia tak langsung mengambilnya. Kurasa perasaan sungkan dengan orang asing masih terasa diantara kami.

*kriiiiing

Ponselku berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponselku berbunyi. Tanpa basa basi lagi aku langsung mengangkatnya.

"Halo?"

"Pak, gimana?"

"Gimana gundulmu!! Gara-gara lu nih gue kudu dapet shift double!! Gara-gara lu juga gue kudu basah kuy--ha--haa--hasyuuu!!!"

Sial, sudah kena flu saja

"Maaf dong pak, badan saya juga gak enakan nih dari kemarin. Toh ini baru sekali kan pak Keiichiro gantiin shift saya. Nanti kalau saya sudah masuk saya traktir deh~"

"Bodo amat!!!"

*piiip

Aku menutup teleponnya, sudah cukup naik darah mendengar suara anak baru itu. Emosiku lagi-lagi tidak terkontrol. Setidaknya ketika marah begini tubuhku bisa jadi hangat kan. Ah tidak, aku tak boleh seperti ini.

Tanganku tak segan mengambil satu mochi dalam kotak. Aku lihat wanita ini juga belum mengambil satupun mochi yang kutawarkan. Mungkin saja dia sedang tidak lapar.

Satu gigit, dua gigit. Aku memakan lahap mochi-mochi ini hingga tak sadar tersisa satu buah.

Mampus buat wanita ini habis dong

Cerita Cinta PolisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang