After Story : _NAME_

179 18 23
                                    

[⚠️ WARNING ⚠️]
CERITA INI MENGANDUNG BEBERAPA KEKERASAN BERUPA KATA-KATA KASAR, NUDITY, DAN UNSUR-UNSUR DEWASA LAINNYA. SEHINGGA KONTEN DALAM CERITA INI TERUNTUK PEMBACA USIA +18 TAHUN KEATAS. JIKA MEMAKSA UNTUK MEMBACA AKIBATNYA TANGGUNG SENDIRI

*****

((tiit))

((tiit))

“Kak..”

((tiit))

((tiit))

“Bertahanlah, kaaaak!!”

Hari itu, menjadi hari terburuk sepanjang hidupku. Berada di rumah sakit malam hari bukanlah pertanda baik. Kosong. Pikiranku hanya dipenuhi oleh ketakutanku terhadap nyawa.. Kakakku sendiri.

**

Sendirian. Duduk di depan ruang UGD semakin membuatku gelisah. Berkali-kali kumengusap keringat di dahi. Berkali-kali pula mataku terus melihat jam dinding. Panik. Tentu saja. Tanganku terus bergemetar. Tubuhku benar-benar tidak bisa diam. Sebelum aku benar-benar mendapatkan kepastian nyawa kakakku akan selamat.

30.. tidak hampir satu jam tak ada satupun perawat maupun dokter keluar dari ruang tersebut. Ingin rasanya ku mendobrak pintu tersebut. Memaksa masuk hanya sekedar menengok kondisinya. Yang bisa kulakukan saat ini hanya menunggu. Menunggu. Dan menunggu.

Satu setengah jam kemudian. Pintu itu terbuka. Tampak satu dokter muncul dari balik pintu. Tidak segan-segan aku beranjak dari kursi besi langsung menghampiri dokter.

“Bagaimana kondisi kakak saya?!” tanyaku panik.

Dokter itu tersenyum, supaya tidak membuatku semakin panik,“Untuk sementara dia baik-baik saja. Mungkin karena terlalu banyak bekerja, sehingga membuat tubuhnya kelelahan. Tapi.. setelah ini pun..” jawaban beserta raut wajah dokter tersebut tidak memberikanku rasa lega sama sekali.

Aku sedikit menarik nafas berat dan menghembuskan perlahan. Sebelum dokter pergi meninggalkanku, ia memberitahuku jika kakak tidak bisa pulang hari ini juga. Karena kondisinya masih melemah sehingga dokter menyarankanku untuk membiarkan kami menginap di kamar rumah sakit hingga kondisinya pulih total.

Tanpa berpikir panjang, aku menuju tempat registrasi untuk mengisi formulir menginap. Untuk masalah pembayaran, ku kesampingkan terlebih dahulu.

Maaf sebelumnya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Tsukasa Myoujin. Ini adalah kisahku ketika masih berumur 15 tahun. Aku hidup tinggal bersama kakakku seorang. Ya, kami merupakan anak yatim piatu. Lalu siapa yang merawat kami? Kenapa tidak masuk panti asuhan? Akan kuceritakan semuanya dari sini.

**

Keesokan harinya, aku turut menginap di dalam kamar kakak. Tidur di atas sofa bukanlah hal yang buruk. Aku terbangun karena jam weker yang terus berdering. Cukup berisik memang. Mataku melihat jam tersebut, 10:00 pagi. Kenapa tidak sekolah? Bolos?

Tidak. Tiga hari yang lalu, kami berdua memutuskan untuk berhenti sekolah sejenak. Karena pengasuh pengganti, bibi dari ibu kami bilang akan mengasuh kami di kotanya. Maka dari itu kami berdua memutuskan untuk ikut bibi. Namun jadwal yang sudah dijanjikan sedikit mundur dan memaksa kami untuk bertahan hidup lebih lama lagi.

Keuangan kami menipis, hingga tanpa sepengetahuanku, kakakku melakukan pekerjaan sambilan diam-diam. Entah pekerjaan apa itu, dia sama sekali tidak memberitahukannya. Ah.. aku lupa memperkenalkan kakakku. Namanya Tsubame Myoujin. Seumuran denganku. Ya, kami berdua kembar. Kedua wajah kami sangatlah identik. Kebanyakan orang ketika melihat kami berdua akan sulit membedakanku dengan kakak. Bahkan keluarga kami sendiri.

Cerita Cinta PolisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang