Mengejarmu

225 22 15
                                    

*kriiiiiiiiiiing

Bunyi alarm yang ku letakkan dekat kepala berbunyi sangat keras. Aku menampar bagian atas alarm untuk berhenti berbunyi. Pukul 06:00. Seperti biasa waktunya kerja. Badanku sedikit bugar daripada kemarin. Berdiri dari futon lalu merapikannya.

Tidak sengaja aku menoleh ke arah ponselku di atas meja. Lampu notifikasi berkedip. Tentu saja aku hendak mengeceknya.

Eh?

Pesan dari Sakuya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan dari Sakuya. Apa-apaan ini. Tidak mungkin. Kenapa. Lalu saat itu detik-detik terakhirnya.

Jempolku seketika mengetik dengan cepat.

Tidak terbaca, Sakuya offline.

Sial, kenapa begini

Aku bergegas berganti pakaian, mengambil ponsel, mengenakan sepatu dan jaket. Keluar dari kosan dan pergi ke suatu tempat.

-----

*tingnung

*tingnung

*tingnung

“Iya? Berisik banget jam segini..” terdengar suara yang kukenal dari dalam.

*krek

“Siapa--”

“SAKUYA!!!”

“HUAAAH!!”

Sontak saja dia terkejut ketika aku langsung meneriakkan namanya. Kulihat dia juga baru bangun tidur, padahal ini sudah jam 07:00 pagi.

“Apa maksud dari pesanmu ini?”

“Heh?”

Nyawa Sakuya masih belum kembali. Matanya sayup ketika kutunjukkan layar ponselku padanya. Dia masih belum sadar sepenuhnya.

“Sabar pak, kalau bisa kita masuk aja dulu--” Sakuya berusaha menenangkanku.

Benar, kurasa aku harus menenangkan diriku terlebih dahulu. Sakuya mempersilahkanku masuk ke kosannya. Aku duduk di sofa hitam kesayangannya. Berantakan. Seluruh barang-barang tersebar di berbagai tempat, bekas makanan yang berserakan di meja, bahkan di sofa miliknya ini tergantung baju bekas pakai. Langsung kubuang saja ke lantai.

Anak ini.. Jorok

Sakuya datang, dia sepertinya membasuh wajahnya untuk mengembalikan nyawanya itu. Dia tersenyum ramah padaku. Itu tidak akan mempan pada tamu jika ruanganmu sejorok ini.

“Ah maaf ya pak, kamar saya masih kotor belum diberesin,” ucapnya cengengesan.

Aku hanya menghela nafas tak tahan dengan sifatnya.

“Tadi pak Keiichiro mau nunjukin apa--”

Sebelum dia selesai bertanya, sudah kusodorkan layar ponselku padanya. Gambar dari pesan yang kemarin ia kirim.

Cerita Cinta PolisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang