Sore itu terlihat suamiku tengah asyik membaca koran di ruang tengah. Perlahan aku duduk mendekatinya."Mas, aku ikut reunian SMA-ku, ya?" tanyaku pelan. Mas Han menurunkan kacamata sesenti, kemudian lekat memandangku.
"Aku boleh ikut, nggak?" Mas Han malah balik bertanya.
"Sayangnya panitia melarang kami membawa pasangan atau keluarga, Mas. Alasannya supaya kami fokus ke rangkaian acara, tanpa perlu sibuk memperkenalkan dan mengurusi keluarga masing-masing. Dan kami semua sudah terlanjur menyepakatinya, Mas." Aku menekuri lantai sambil meremas jemariku, sedikit gugup.
Mas Han berdehem pelan, seperti tengah memikirkan sesuatu. Mungkinkah Mas Han sedikit merasa khawatir dengan kisah-kisah cinta lama bersemi kembali setelah reuni? Tak sedikit yang kudengar berujung perselingkuhan dan perceraian. Seketika perasaan gamang menyergap menanti jawaban dari Mas Han.
Setelah terdian agak lama, Mas Han menurunkan koran yang sedari tadi dibacanya lalu meletakkannya di meja. Dia menggeser posisi duduk mendekatiku.
"Kamu yakin mau pergi sendiri, Dek?" tanyanya sambil melingkarkan lengannya di bahuku.
Aku mengangguk dan menatapnya penuh harap. Mas Han diam sebentar, sejenak senyumnya pun mulai mengembang.
"Baiklah, kamu boleh ikut reunian."
"Beneran, Mas?"
"Tapi kamu harus pandai-pandai membawa diri, ya, Dek. Ingat, kamu sekarang bukanlah Mawar yang pernah mereka kenal dulu. Kamu telah bersuami, dan sekarang ini sudah menjadi Nyonya Handoko, oke?"
Aku tersenyum mengiyakan, lalu memberikan kecupan sayang di pipinya. Sebagai tanda terimakasih, karena telah mengizinkanku untuk berjumpa kembali dengan teman-teman sekelasku di SMA dulu.
Esoknya, sebelum berangkat untuk menghadiri acara reuni. Aku mematut diri di depan cermin, menyapukan bedak tipis-tipis, tanpa Make Up, tanpa lisptik. Kembali merapikan jilbab, seraya berputar ke kiri dan ke kanan. Sebagai seorang perempuan sudah sewajarnya untuk selalu tampil sempurna. Asalkan tidak berlebihan atau terlihat mencolok di pandang mata.
"Bagaimana, Dek. Udah siap?" Mas Han mengedipkan sebelah mata lalu bersuit-suit kecil menggodaku. Aku tersipu malu. Rupanya sedari tadi ada sepasang mata penuh cinta yang memperhatikan setiap gerak-gerikku.
"Udah, Mas. Yuk, kita berangkat, entar telat, loh," rajukku manja, segera menggandeng lengannya menuju garasi mobil.
Dalam perjalanan Mas Han lebih banyak diam. Sementara aku sibuk mereka-reka bagaimana pertemuan kami nanti dengan sesama teman lama. Seperti apakah sosok mereka sekarang? Meski ada beberapa teman yang rajin selfie di facebook atau Istagram, tapi tetap saja tidak merasa puas jika tidak bertemu langsung dengan mereka. Kudengar kabar beberapa temanku sudah sukses di bisnisnya masing-masing. Ada beberapa juga yang sudah diangkat menjadi PNS. Sementara Johan, ketua panitia acara reuni kali ini, juga sudah melebarkan jaringan bisnis kulinernya di seluruh Indonesia. 'Hebat!' Pikirku, tersenyum sendiri.
Mengingat nama itu, entah kenapa hatiku kembali berdesir aneh.Sosoknya yang rupawan kembali terbayang. Wajahnya yang bagai pinang dibelah dua dengan Amir Khan aktor Bollywood yang sedang tenar saat itu. Membuat para gadis tergila-gila dan berlomba ingin mendekatinya. Hampir semua gadis 'papan atas' di sekolahku pernah dekat dengannya. Mungkin hanya beberapa gadis lugu sepertiku yang tidak berani dekat dengan sosoknya yang Jumawa. Entah kenapa jantungku selalu berdebar tak menentu bila tak sengaja bertatapan dengan mata elangnya.
Perasaan gugup dan salah tingkah di hadapannya, membuatku seolah jadi menjaga jarak dengan Johan. Tersebab aku tak ingin terlihat bodoh di depannya. Sehingga terpaksa selalu menghindar, dan tak ingin bersenda gurau layaknya teman sekelas. Walau bagaimanapun aku selalu menduduki peringkat pertama di kelas. Sedangkan Johan, selalu diperingkat kedua setelahku. Mungkin sikap jaga image inilah yang membentengiku untuk tidak terlihat lemah di depannya. Dan 'Perang Dingin' antara aku dan Johan terus berlanjut hingga tamat SMA. Selepas itu kami melanjutkan pendidikan di Universitas yang berbeda kota.
Bersambung
Jan lupa bantu vote dan komentarnya, ya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Mantan Palyboy
RomanceMawar tak habis pikir, mengapa Johan tetap nekat melamarnya. Meski dengan tegas dia menolak karena sudah memiliki seorang suami. Namun, Johan seakan tak peduli. Lelaki tampan Playboy klas kakap itu, merasa tak bahagia dengan pernikahannya. Meski dia...