0.3

35 13 2
                                    

Tarisa POV

Bel istirahat sudah berbunyi dari sepuluh menit yang lalu, tapi nari tidak kunjung datang ke kantin.
Nari nggak tau apa ya? Yang namanya nunggu tu nggak enak.
Batinku. Kesal dengam penungguan yang sia-sia, aku berinisiatif bertanya kepada mang ujang.

"Mang ujang!"
Teriakku keras, suasana kantin yang tadinya ramai dengan kesibukan masing-masing tiba tiba menjadi sepi melebihi hatiku yang tak dihuni. Aku menggaruk leher yang tak gatal sambil tersenyum canggung,
ish! Rasanya aneh ditatap para mahluk kantin, merinding!. Bantinku

"Iya, neng risa mau pesen apa?"
Tanya mang ujang tiba-tiba sudah berada di depan ku, membuat suasana kantin kembali normal.

"anu.. risa ga ada niat pesen apa-apa mang, ehehe"

"Ah neng risa Php,"

"Eh? Kapan coba risa nge-php in mang ujang"

"Itu tadi.. kirain manggil mau pesen, sampek saya udah keluarin jurus cepat menghampiri pembeli, eh taunya gitu"

"Gitu gimana?" Tanya ku lagi, sedikit menahan tawa faktor humor receh.

"Ya gitu, ga jadi beli"

_oOo-

Binari POV

"Aduh pakkk.. kan udah jam istirahat, harus berapa kali lagi saya lari-lali nggak jelas gini?!"

Protes ku kepada guru gendut yang saat ini enak enakan berteduh dibawah pohon rindang, sedangkan aku harus berkeliling lapangan sambil berteriak "pak heru tampan nan dermawan" HAH! Hukuman macam apa ini!.

"Makanya kalau tidak mau dihukum jangan buat masalah!"
Seru pak heru, seperti sudah tau isi fikiran yang penuh gerutuan ini. Oh tidak! Apakah aku dan pak heru memiliki ikatan batin?!

"Ngapain kamu berhenti? Ayo lanjut lari!"
Teriak pak heru, membuyarkan fikiran nyeleneh yang sempat melintas di otak ku

"Kamu itu sehari saja tidak buat masalah tidak bisa ya? Tubuh kamu alergi lingkungan damai?"
Lanjut pak heru, berbicara panjang lebar.

"Yang buat masalah itu siapa? Orang saya cuman makan"
Ucapku sembari duduk dengan posisi seperti orang yang sedang meditasi, mencoba mencari ide agar lepas dari hukuman.

"Berani duduk kamu!"

"Saya capek pak, emang bapak nggak laper? Mending bapak kekantin deh"
Jawabku mencoba mengalihkan perhatian pak heru dengan mengganti topik.

"Tidak, saya kenyang udah makan ocehan kamu!"
Ucap pak heru yang membuatku ingin tertawa,

"Ah pak guru bisa aja, yakin nih udah kenyang, di kantin ada menu baru loh pak"
Godaku lagi, dengan alis naik turun

"Dasar, memang ya, berurusan dengan kamu itu menguras tenaga. Saya jadi harus isi lagi"

Yess, sorak ku dalam hati.

"Yasudah, sekarang kamu boleh kembali ke kelas"
Ucap pak heru lalu beranjak pergi.

"Wuhuuu!! AKHIRNYA TUBUH INI KEMBALI BEBASSS" teriakku keras mengangkat kedua tangan tinggi tinggi.

Saat hendak pergi ke perpustakaan untuk berniat tidur, suara teriakan tarisa berhasil membuat ku harus mengurungkan niat mulia tersebut.

"Nariii!"
Aku menoleh ke belakang, melihat tarisa berlari menghampiriku dengan dua botol air mineral yang ia bawa.

"Wuihh.. pengertian banget deh, makasih loh hehehe" tanpa bertanya,ku ambil botol yang tarisa bawa saat jarak kami cukup dekat.

"Ish! Jangan yang ini.. nih ambil aja yang ini" rebutnya kemudian bemberikan botol bermerek sama.

"Emang apa bedanya yang ini, sama yang itu?" Tanyaku, membuka tutup tutup botol yang masih tersegel kemudian meneguknya hingga tersisa separuh.

"yang ini di kasih sama kak rasel" jawab tarisa girang, dengan mata yang tak henti hentinya menatap girang kearah botol dengan tatapan memuja.

"Hah? Siapa?"
Tanyaku merasa asing dengan nama tersebut sembari menarik tangan tarisa bermaksud mencari tempat berteduh yang nyaman untuk mengobrol

"Ah masa nggak tau sih, dia ketua osis loh na!"

"Gatau"

"Aish ini anak, kak rasel populer banget ih, masa gatau"

"Beneran nggak tau tar.."

"Bodo ah, eh tau nggak?! Tadi aku tabrakan sama kak rasel, sampek lututku lecet nih nih liat" tunjuk tarisa dengan semangat empat lima

"Duhhh.. dia tu baik banget tau, minta maaf sambil ngasih minum" sambungnya berkata dengan kegirangan sembari mata terpejam.

"Gatau ah,ga kenal! Lagian cuman gitu aja seneng banget. Nih ya tar, aku kasih tau. Yang namanya nabrak itu emang harus minta maaf"
Ucapku, kemudian mengambil botol pemberian kakak kelas yang tadi diceritakan oleh tarisa.
Ku teguk sedikit, sebab botol air yang tadi telah habis isinya ku minum.

"Nanti lecetnya diobatin, aku anter ke UKS" ucapku saat melihat tarisa hanya diam menunduk.

"Heh, kamu kenapa?" Ucapku lagi, kali ini dengan sedikit menggoyangkan bahu.

"Air nya kamu minum" jawabnya dengan suara lirih dan wajah yang masih saja terus menunduk.

"Udah ah.. gitu banget sih muka nya, nanti aku ganti, aku beliin air mineral yang banyakk" ucapku mencoba menebus kesalahan.

"Tapi itu kan dikasih sama kak rasel"
Gumam nya pelan, hampir tak terdengar, bahkan air mata sudah menetes membuat rasa bersalahku bertambah.

"Ish, yaudah aku janji deh, nanti aku suruh di rasel atau siapalah itu buat ngasih kamu air minum lagi"
Janjiku, mencoba untuk menghiburnya namun tetap tak berhasil, tarisa tetap menangis diam-diam semakin dalam menunduk bermaksud agar tidak terlihat olehku.

"Eh tar mau kamu tau nggak, kenapa aku bisa sampek di hukum"
Ucapku mencoba mengganti topik, namun dengan polosnya tarisa menggeleng dan bertanya, melupakan kesalahan yang tadi kuperbuat.
Huhhh.. tiba-tiba aku jadi kasihan dengan sahabatku ini, bagaimana jika saat aku tidak ada dia dengan mudahnya dimanfaatkan orang lain. Sepertinya aku harus mulai mengajarinya cara bertahan hidup

"Kenapa?"
"Ini gara-gara cowo yang kemaren"
"Siapa?" Tanya tarisa lagi, kali ini dengan sepenuhnya fokus pada topik.
"Nggak tau namanya, yang pasti kemaren pas aku ngepel di koridor ada cowo lewat seenak jidat, terus nihya pas aku omelin dia tu nggak peduli gitu, ih kesel tau nggak!, dan pagi ini Pas di kantin tadi padahal tu sebenernya aman-aman aja, cuman karna aku dilaporin sama itu cowo rese, jadilah aku dihukum sama pak heru" jawabku panjang lebar dengan perasaan yang ber api-api

_oOo_

haTchii!!..

"Eh? Kenapa lo sel, demam? Pilek?"
Tanya damar saat tiba tiba rasel bersin dengan keras, membuat yang lain terkejut.

"Bersin" jawabnya singkat kemudian melanjutkan proses baca membacanya yang sempat terhenti.

"Yeu.. latihan ngelawak ni anak"
Melihat yang diajak bicara tidak merespon, damar kembali berbicara dengan pelan dengan mata yang kembali tertuju pada buku
"Biasanya kalo orang bersinnya keras tapi nggak demam atau pilek, itu tandanya lagi digosipin sama jodohnya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

about triagleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang