3

133 14 5
                                    

[Hari-H Pensi]

Pagi ini Vian terbangun karena mendengar ponselnya berdering. Bukan, ini bukan dering alarm. Melainkan dering telepon masuk. 'Jisung X IPA 1' Vian membaca nama yang muncul di layar ponselnya dan menyentuh bagian yang berwarna hijau untuk mengangkatnya.

"Pagi Kak. Udah siap-siap belum? Kita pagi ini berangkat bareng aja ya. Sekalian tadi anak peralatan minta tolong beliin tali." Ucap seseorang dari seberang sana.

"Berangkat bareng? Gue belum siap-siap tapi. Hampir aja ketiduran, untung lo nelfon." Jawab Vian yang kesadarannya belum berkumpul sepenuhnya.

"Yaudah gak apa-apa kalo belum siap-siap. Sejam lagi gue jemput. Kakak siap-siap aja sekarang."

"Oke, Ji."

Sebelum bergerak ke kamar mandi Vian melihat room chat di ponselnya. Tidak ada pesan masuk dari kekasihnya setelah pertengkaran tadi malam.

•••

Setelah Jeno pulang tadi Vian langsung bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah selesai Ia langsung merebahkan tubuhnya yang sangat kelelahan itu ke tempat tidurnya . Masih terngiang jelas di telinganya bentakan Jeno kala itu. Benar, Vian sangat terkejut melihat kekasihnya. Sudah setahun lebih mereka berpacaran baru kali ini Jeno membentak Vian. Vian sangat kecewa dengan Jeno, walaupun tidak bisa dipungkiri kalau Vian juga mengerti alasan Jeno bisa seperti itu. Itu memang kelemahan Jeno. Ketika Jeno sedang panik Jeno akan meluapkannya dengan amarah, padahal Jeno hanya khawatir. Namun perlahan bulir bening mengalir dari pelupuk mata gadis itu. Vian berusaha tidak menangis karena kalau Ia menangis sudah pasti matanya akan sembab esok pagi dan Ia pasti akan dicecar banyak pertanyaan oleh temannya jika datang ke pensi dengan mata yang sembab. Tapi semakin Vian menahan semakin Ia merasa sesak di dadanya. Vian menelungkupkan wajahnya ke dalam bantal dan menangis. Sesekali terdengar isakan dalam tangisnya. Tangisnya pecah malam itu hingga Ia ketiduran.

 Tangisnya pecah malam itu hingga Ia ketiduran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"JENO BODOH!" Di perjalanan Jeno mengumpat pada dirinya sendiri sambil memukul setir mobilnya. Matanya perlahan memerah, dan nafasnya memburu. Dia menyesali apa yang sudah Ia perbuat pada gadisnya. Jeno sendiri tidak mengerti mengapa Ia begitu sensitif kali ini. Sesekali Jeno meremat rambutnya dan mengerang keras di mobilnya. Dia hanya merutuki kebodohannya sudah membentak Vian, padahal ini tidak sepenuhnya salah Vian, dan juga tidak sepenuhnya salah Jisung. Malah Jeno harusnya berterimakasih ke Jisung yang tidak membiarkan kekasihnya menunggu jemputan sendirian dan memilih untuk mengantarnya pulang dengan selamat. Jeno merasa dirinya kacau sekali malam ini. Dengan emosi yang semakin menjadi-jadi membuat Jeno menancapkan gas mobilnya lebih dalam, tidak peduli Ia kebut-kebutan malam itu. Padahal kalau saja Vian tahu Jeno mengebut saat berkendara, bisa membuat Vian tidak mau berbicara dengan Jeno hingga tujuh hari lamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pentas Seni - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang