Gerimis turun waktu gue baru ajak menginjakkan kaki di rumah sahabat gue, Johnny. Cuaca peka, hati gue sedang gak baik-baik saja. Harusnya liburan semester gak perlu sesuram ini, harusnya gue juga ga perlu jauh-jauh dateng ke sini karena rasa sepi.
"Lho, Diva?" Johnny membuka pintu.
"Can I have your time, buddy?" Gue menunduk, rasanya bahu gue berat banget.
"Sure, ayo masuk dulu di luar dingin." Johnny mempersilakan gue masuk.
Warm and cozy, just like him. Desain minimalis dengan dominasi warna cokelat dan perabotan dari kayu. Gak ngerti, rasanya kaya rumah sendiri. Maybe, I belong here.
"Duduk dulu, gue bikinin minum buat lo." Johnny menunjuk sofa di sampingnya.
"Johnny, mau boba satu."
"Ngarang lo, mana ada." Johnny teriak dari dapur, gue senyum tipis, seneng banget gue bikin Johnny emosi.
Gak lama kemudian Johnny datang dengan dua cangkir kopi dan camilan kue kering kesukaan kita berdua. Pas kecil, gue sama Johnny sering nyuri kue bikinan mama Johnny.
"Ngajak gelut, orang lagi sedih dikasih kopi." Gue dasarnya suka kopi kaya Johnny tapi lagi patah hati gini mana bisa minum kopi.
"Fait avec amour." Tiba-tiba dia menatap mata gue, menyodorkan secangkir kopi ke gue.
"Ngomong apa lo?"
"Artinya, made with love."
Gue ngebatin, ini orang gatau keadaan apa gimana. Akhirnya gue ambil cangkir dari tangannya, gue minum sedikit. Asem, gue malah dibikinin americano.
"Maksud lo apa udah tahu gue galau gara-gara Doyoung, gue dateng ke sini tuh minta dihibur. Bercandain gue ya lo, apaan made with love tapi rasanya pahit banget." Gue protes, Johnny cuman cekikikan doang.
"Love is bitter right? Kaya lagunya siapa? Ardhito?" Dia tertawa.
"Ardhito Pramono, masa depan gue." Gue sebel, jauh-jauh dateng ke Bogor cuman buat diketawain sama bocah beruang macam Johnny.
"Terus Doyoung dikemanain?"
"Selingan." Jawab gue singkat. Bodo amat sama Doyoung sekarang.
"Oh pantes, Doyoung juga nganggep lo selingan, masa lo ditinggal nikah sama cewek yang ga jelas itu."
"Johnny, ga lucu."
"Maaf, bercanda, udah jangan ngambek ntar makin jelek." Johnny memegang lengan gue, menggeser badan dia lebih deket ke gue.
"Makanya gue jangan dibercandain mulu." Gue nyender di sofa, masih menyilangkan tangan gue karena sebel.
"Yaudah gue seriusin deh."
"Kaya apa?"
"Kaya, nikah sama gue yuk?" Johnny megang tangan gue. Jujur aja gue bingung, kadang Johnny bisa unpredictable.
"Lo nikah kaya ngajak gue main pas kecil dulu. Bercanda deh lo." Gue ngelepasin tangan gue dari dia.
"Diva, listen to me. Kita sama-sama tahu betapa saling terikatnya kita satu sama lain. Gue tahu gue cuman sahabat lo, tapi nyokap bokap lo pasti seneng punya menantu kaya gue, begitu juga papa sama mama gue."
"Nyokap gue seneng karena lo banyak makan, jadi kalo masak ga mubazir." Gue senyum.
"Mama gue suka soalnya Diva pinter masak, masakannya enak banget."
YOU ARE READING
Trouvallie - Johnny!AU
Fanfiction"Apa yang dicari sebenarnya ga jauh-jauh amat, coba lihat gue." - Johnny.