bab 1

22 2 0
                                    

Di dalam kamar, hekta termenung berdiam diri tak melakukan apapun. Dalam lubuk hatinya terbesit luka yang sangat dalam. Hekta masih tidak dapat menerima jika laki laki yang selama ini diam diam ia cintai menjadi bagian dari kehidupan orang lain. Berlinang air matanya ketika memandangi kotak yang berisi penuh dengan kata kata yang sengaja ia tulis untuk mengagumi laki laki yang ia cintai.Air mata jatuh mengalir deras di pipinya. Sengaja hekta membiarkan air matanya mengalir.

"Cintaku tak pernah terbalaskan olehmu, leandra. Aku tahu wanita yang kamu cintai bukan aku. Dan aku yakin di dalam hatimu ada hati yang sedang kau jaga dengan segenap jiwa dan ragamu".

"Cukup memandangi fotomu dari layar ponselku sudah bahagia. Apalagi memandangmu dari jarak dekat?"

Gumam hekta sambil sesenggukan oleh tangisnya.

kisah cinta hekta memang berujung dengan rasa sakit yang ia pendam sendiri. Rasa cintanya kepada leandra tak pernah sedikitpun berkurang malah semakin bertambah ketika leandra bercengkrama dengan hekta.
Kisah hekta berawal dari ketika ia berlatih tenis di sekolahnya sd dulu. Memang hekta terlihat masih kecil mengingat ia berurusan dengan cinta namun memang moment itulah yang mempertemukan hekta dengan leandra.

Ketika itu hekta di ajak oleh teman tenisnya untuk berlatih di sekolah sd nya dulu. Ajakan teman hekta di jawab dengan sangat antusias karena sudah lama juga hekta tidak bermain tenis.

Ketika hendak menuntun sepedanya tiba tiba dari belakang tampak laki laki bertubuh sepadan tingginya dengan hekta memanggilnya.

"Hekta. Besok ke sekolah kita sd yuk. Kita main tenis disana. Disana juga ada pak ilham dan leandra senior tenis yang pernah aku ceritakan dulu." Ajak louis

"Oke baiklah, jam berapa besok kita kesana?"

"Jam 9 aja toh kamunya juga belum bangun kan kalo pagi pagi hehehe..."

Hekta memandang louis dengan tatapan kesal dan bibirnya sedikit di moncongkan kedepan tanda tak suka dengan ucapan louis tadi.

"aku tunggu kamu di tkp. oke!"

"Baiklah." Sahut hekta yang tak ingin berdepat panjang lebar dengan louis.
Louis adalah teman Hekta sejak ia masih taman kanak kanak dan sampai ia duduk di bangku SMP.

Tanpa ada percakapan lagi mereka pulang kerumah masing masih dengan arah yang terpisah. Hekta dengan sepeda kesayangannya melayu dengan kecepatan yang biasa biasa saja.

Sengaja bagi hekta berangkat sekolah dengan menaiki sepedanya dan mengayuhnya sekuat tenaga.
Bisa di bilang memang jarak rumah hekta dengan sekolah cukup dekat mungkin jaraknya hanya 2 kilo dan butuh waktu 10 menit untuk sampai di sekolah.

Setelah sepulang sekolah hekta langsung meluncurkan tubuhkan di atas kasur tanpa ganti baju terlebih dahulu.
Tasnya di lemparkan di sembarang tempat. Dan langsung bersahabat dengan bantal dan guling kesayangannya. Tak lama kemudian hekta sudah berada di alam mimpi.

Malam itu hekta melewatkan makan malam dengan keluarganya. Ia tertidur lelap sejak pulang dari sekolah.

Pagi pagi hekta sudah terbangun dan bergegas untuk sarapan. Hekta melirik jam yang melingkar di tangannya. Astaga sudah jam 9. Secepatnya ia bergegas menuju sekolah sd nya dulu.

***

"Assalamuallaikum." Hekta datang setelah semua temannya sudah berkumpul. "Kemana aja kamu? Belum bangun ya?
Tanya louis penasaran."

hektaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang