bab 2

10 1 0
                                    

Kkrriiinnggg.... kriinggg.... alarm Hekta yang terdengar nyaring berhasil membangunkannya. Hekta terkejut dan segera bangun dari tempat tidurnya. Kini Hekta masih dalam posisi duduk di atas ranjang. Sesekali ia mengusap usap matanya.

"Jam berapa ini." Kata hekta dengan mematikan alarm nya. "Oh astaga sekarang sudah jam 9 pagi." Dengan cepat ia bangkit dari tidurnya dan bergegas ke kamar mandi.

"Astaga ya tuhan aku lupa membelikan kado untuk pacarnya Leandra." Ucap Hekta dengan menepuk jidatnya. Tak ingin berlama lama Hekta menyelesaikan mandinya dan bergegas untuk membelikan kado untuk Rani.

Hekta sengaja berjalan kaki menuju toko tas yang memang jaraknya tak jauh dari rumahnya. Itung itung buat olahraga.

Sesampainya di toko Hekta langsung tertarik pada tas berwarna merah mengkilap tergantung rapi di atas. Hekta mengambil tas itu namun ia tak cukup tinggi, sehingga beberapa kali ia berjinjit berusaha untuk mengambil tas itu. Akhirnya tas itu berada dalam genggamannya dan Hekta segera menuju kasir.

***

Malam itu suasana sangat cerah. Terdengar suara mobil dari arah pagar depan rumahnya. Hekta masih sibuk dengan merias dirinya. Tok.. tok.. tok.. suara ketukan pintu terdengar sampai kamar Hekta.

"Ada apa ya?" "Eh tante, Louis mau ngajak Hekta ke acara ulang tahunnya temen Louis, boleh nggak te?" "Ohh iya kebetulan Hekta masih ada di kamarnya, kamu duduk aja dulu biar kupanggil Hekta."

Louis hanya menuruti apa perkataan tante syifa, mamanya Hekta. Tak berapa lama kemudian muncul seorang gadis dengan gaun yang telah di belikan oleh Leandra kemarin. Terlihat sangat pas di badan Hekta dengan warna biru terangnya yang menambah cantiknya Hekta malam ini.

Louis di buat melongo ketika melihat Hekta. Ia hanya menatap Hekta sambil melihat kebawah lalu ke atas begitulah seterusnya.

"Woii.. diem mulu kesambet lu ntar." Kata Hekta yang mengagetkannya. "Eh.. apa? Udah dandannya? Lama banget lo kek siput. Dandan ala apaan sih?" Kata Louis dengan bibir mengerucut.

"Iya iya maaf ayo kita cap cuss ntar nggak kebagian makanan lagi, hehe.." "makan mulu idup lo." "Biarin wekk." Ejek Hekta.

Mereka berangkat dengan menaiki mobil Louis dengan kecepatan sedang.

"Rumah Rani memang lumayan jauh dari rumah lo ta, tapi ntar lewat kuburan lo berani nggak?" Tanya Louis. "Hah Kuburan? Emang nggak ada jalan lain?" Jawab Hekta yang sedikit kaget mendengar ucapan Louis.

"Iya kuburan, tempatnya di tengah tengah sawah. Denger denger daerah sana angker ta banyak hantunya." Kata Louis sambil bergidij ngeri. Sebenarnya tak masalah jika mereka melewati kuburan itu. Louis hanya berusaha membuat Hekta takut. Bukan Louis namanya kalo nggak ngerjain Hekta.

"Santai aja ta gua cuma bercanda kok." Louis terkekeh pelan. "Loouuiisss.....!" Teriak Hekta dengan nada kesal. "Santai napa ta bedak lo luntur mau?" Louis masih saja menggoda Hekta.

Hekta hanya diam tidak menanggapi Louis yang sejak dari tadi menggodanya.
Yang ada di pikiran Hekta hanya pesta ulang tahun Rani. Tak bisa di bayangkan oleh Hekta jika dia harus menahan lukanya sampai acaranya selesai.

Tak lama kemudian mereka sampai di depan rumah Rini. Sekilas tampak membuat Hekta tercengang, karena mereka berada di gedung yang sangat mewah. Rini merupakan murid satu sekolah dengannya dan Leandra. Rani duduk di kelas 12 ips. Kelasnya tak jauh dari kelas Hekta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

hektaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang