UF :: 3

76 4 0
                                    

"Ro, gue sama Gaga mau ke kantin. Laper." Nadien mengusap perutnya. "Lo mau ikut, nggak?"

Vero melepaskan lolipopnya yang tinggal sedikit dari kurungan mulutnya. "Gue masih kenyang. Lo berdua aja."

Vero lebih memilih memisahkan diri dan berjalan mengelilingi sekitar kampusnya. Informasi yang ia dapatkan hari lalu masih saja terngiang di telinganya.

"Ini boss." Frendly memberikan sebuah map cokelat. "Prastika Kusuma Wulandari. Dia berasal dari Indonesia. Salah satu murid yang sangat cerdas dan mendapatkan beasiswa di kampus ini. Selain itu, dia merupakan putri semata wayang dari keluarga sederhana."

Vero membaca satu per satu biodata serta asal usul mengenai Tika. Hingga satu hal yang membuatkan terpaku pada pandangannya. Sebuah tujuan di balik semua ini.

"Yang paling menarik, gadis ini mempunyai tujuan untuk menyusul dan menemui mantan kekasihnya yang berada di kampus ini. Gaga Sadewa. Kekasih dari Nona Nadien ialah mantan kekasihnya."

Jika memang tujuannya adalah Gaga, mengapa gadis itu mendekatkan dirinya dengan Vero? Vero memejamkan matanya untuk memikirkan semua itu. Tanpa sengaja, ia merasakan ganjalan kecil di bawah sepatunya.

Ternyata batu. Ia menendang batu kecil tersebut dengan kekuatan pelan. Kedua bola matanya mengikuti laju batu tersebut hingga berhenti akibat terhalang oleh sebuah sepatu hitam. Ia mendongakkan kepalanya lurus. Sebuah seringai muncul begitu saja di wajahnya.

"Haruskah gue mulai sekarang?" gumam Vero.

***

"Permisi, Nona Tika?"

Gadis yang di panggil menoleh begitu saja. Matanya menyipit akibat senyumannya. Bagaimana mungkin seorang Vero dapat dengan mudah menghampirinya?

Kemana perginya jalang yang mengganggu perkenalan gue dengan Vero di hari lalu?, batin Tika.

"Hai, Mr. Vero?" sapa Tika balik dengan senyuman yang masih terpampang di wajahnya.

"Ada waktu sebentar?"

Tika menganggukan kepalanya pelan, kemudian berpamitan dengan kedua temannya untuk berbincang dengan Vero.

Vero berjalan dengan memasukan kedua tangannya di saku celananya, Tika pun mulai menyejajarkan jalannya dengan lelaki tersebut.

"Asli Indonesia?" tanya Vero membuka pembicaraan.

"Yap, dan lo?"

"Me too." Vero menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya ke samping agar dapat berpandangan dengan Tika. "Mm... gini. Gue nggak suka basa-basi. Kenapa lo kemarin tiba-tiba langsung nemuin gue di kelas gue? Bukannya lo sendiri bilang kalo lo mahasiswa baru di kampus ini?"

Tika tertawa renyah. Apakah lelaki ini berpura-pura bodoh di depannya?

"Berita yang tersebar di kampus ini bukannya lo yang jadi tranding topik? Nggak menutup kemungkinan buat gue bisa nemuin lo dengan mudahnya, bukan?"

"Terus, kenapa waktu pertama kita ketemu, lo langsung bisa tau kalo cewek yang tiba-tiba dateng ke kelas waktu itu adalah pacarnya Gaga?" Vero memincingkan matanya.

Dapat Vero lihat bahwa Tika tersenyum lagi. Tetapi kali ini berbeda. Gadis itu tersenyum masam.

"Gue sebenernya mantannya Gaga. Lebih tepatnya mantan kekasihnya tiga tahun yang lalu."

Woah! Sebuah kejutan bagi Vero. Bagaimana mungkin gadis di hadapannya dengan mudahnya membuka kartunya sendiri?

"Selain gue di sini buat melanjutkan pendidikan, gue juga bisa ketemu Gaga. Awalnya, gue pikir Gaga masih single. Tapi setelah gue denger gosip terhangat tentang kalian bertiga, gue milih mundur." Tika menghembuskan napasnya pelan. "Dan setelah itu, ntah kenapa gue penasaran aja sama lo. Makanya gue langsung nyari lo waktu itu. Eh, nggak taunya lo emang bener-bener tampan."

Unexpected FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang