Seorang gadis berparas cantik sedang melihat sebuah gedung yang berada di depannya. Dengan senyum lebar yang tercetak di wajahnya, membuat banyak sepasang mata di sekitarnya terpesona dengan dirinya.
Dia adalah Nadien Fernandez. Hampir tiga tahun dirinya berada di kampus ini. Tetapi rasa kagumnya tidak pernah hilang. Bagaikan sebuah mimpi. Sebab, ia dapat berada di sini bukan karena dana dari kedua orangtuanya, melainkan hasil dari kerja kerasnya sendiri, yaitu sebuah prestasi.
Langkah kakinya begitu sangat ringan. Beasiswa yang Nadien dapatkan sangatlah membuat hatinya bahagia. Harvard University, sebuah kampus yang sangat didambakannya sejak masa SMA.
Nadien sempat bingung, mengapa ruangan kelasnya gelap gulita? Padahal di sekitarnya cerah semua dan ini juga baru menunjukan pukul 15.00. Karena takut, ia mencoba menghubungi kekasihnya-Gaga Sadewa.
“Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif. Cobalah--”
“Kemana sih, Gaga?” gerutunya.
Karena kekasihnya tidak dapat dihubungi, Nadien mencari kontak seseorang di dalam ponselnya, kemudian menghubungi orang tersebut.
Satu kali terhubung. Dua kali terhubung. Tiga kali terhubung, dan... “Nomor yang anda tuju, sedang sibuk. Cobalah--”
“Mereka kemana, sih?!” kesalnya.
Karena kedua orang yang selama ini menjadi tamengnya tidak dapat dihubungi, dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan, dibukanya knop pintu tersebut. Benar-benar gelap. Jika ada seseorang yang mencoba membunuhnya bagaimana coba? Nadien menggelengkan kepalanya pelan. Tidak mungkin. CCTV ada dimana-mana, tidak mungkin jika penjahat bisa masuk dalam gedung ini.
Nadien berjalan sambil meraba-raba dinding yang berada di sebelah pintu guna mencari saklar lampu.
Ini dia, batin Nadien saat menemukan tombol power on lampu.
“Happy birthday, Nadien. Happy birthday, Nadien. Happy birthday. Happy birthday. Happy birthday, Nadien.”
Suara beberapa orang yang berada di dalam ruangan itu, membuat Nadien speechless. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya. Kedua orang yang dihubunginya beberapa menit yang lalu sedang berdiri paling depan tepat di depannya dengan sebuah roti.
“Happy birthday, darling. Diumur yang ke-20 tahun ini, semoga apapun yang kamu mau bakal tercapai,” ucap Gaga, kemudian mengecup kening Nadien dengan lembut.
“Make a wish, baby,” ujar Vero disertai dengan senyuman manisnya.
Vero Megatma. Seorang cowok yang menjadi sahabat Nadien sejak duduk di bangku SMA dan sekaligus pelindung bagi Nadien. Jika dilihat, Vero memang seseorang yang tidak dapat serius alias suka bercanda. Tetapi, jika sudah dekat dengannya, siapapun itu, pasti akan mengatakan bahwa seorang Vero yang mempunyai wajah ganteng dan menjadi penggemar banyak kaum hawa—kecuali Nadien, adalah seorang laki-laki yang perhatian dan tidak tega terhadap perempuan.
Walaupun begitu, Nadien tidak dapat menyukai Vero lebih dari seorang sahabat. Banyak yang mengira sebelum berita Gaga dengan dirinya resmi berpacaran, Vero adalah kekasihnya. Karena sikap Vero yang kadang-kadang terlihat jelas kepada Nadien, membuat orang-orang di sekitar mereka sangat yakin bahwa mereka memiliki hubungan khusus.
Dengan mata yang masih berkaca-kaca, Nadien memejamkan matanya beberapa detik untuk membuat permohonan, kemudian meniup lilin yang jumlahnya lebih dari sepuluh biji.
“Gue mau, besok ulang tahun gue tahun ke tahun berikutnya, kita rayain cukup pake tiga lilin. Tiga itu seolah kayak kita bertiga. Satu buat gue, satu lagi buat Vero, satunya lagi buat pacar gue tercinta, Gaga,” jelas Nadien.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Feeling
RomanceHARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!!! ----------------------------------------- Bagaimana perasaan kalian, jika sudah merencanakan pernikahan, tetapi pasanganmu menghilang begitu saja seminggu sebelum hari h? Sakit? Pasti. Itulah yang di rasakan oleh...