IY 1

2K 303 101
                                    

"Kyungsoo...Kyungsoo!" Pintu kamar mandi terketuk dengan keras, membuat Kyungsoo menyadarkan diri dari lamunannya.

"Ah iya eomma ada apa?" tanya Kyungsoo yang sedang membilas tubuhnya.

"Kau sudah di kamar mandi hampir satu jam!" teriak eommanya .

Kyungsoo bergegas menggunakan bathrobe nya, dan keluar dari dalam kamar mandi.

"Kyungsoo... Kenapa kau seperti ini? Eomma tidak suka kalau kau berlama-lama di kamar mandi"

"Hehehe tadi Kyungsoo hampir saja ketiduran" bohongnya.

"Dulu kau juga seperti ini ketiduran dikamar mandi, kenapa kebiasaan anehmu tidak hilang?" tanya eommanya.

"Aku tidak tau, ah! sudah jam delapan aku harus segera ke kampus" Kyungsoo berusaha mengalihkan topik agar eommanya tidak lagi memarahinya.

"Baiklah belajar yang rajin jangan sampai nilai mu turun, eomma hanya memberi tahu bahwa eomma akan melakukan perjalanan bisnis sampai seminggu"

"Iya eomma hati-hati"

Kyungsoo kembali mendesah kecewa setelah ibunya pergi meninggalkan kamarnya, dengan segera Kyungsoo memakai bajunya. Kyungsoo merupakan salah satu mahasiswi Seoul University, dia mengambil jurusan Manajemen Bisnis sesuai keinginan orang tuanya, banyak yang berkata jika dirinya membayar agar bisa masuk jurusan tersebut, padahal itu semua murni dari hasil jerih payahnya sendiri.

Menjadi anak tunggal merupakan suatu penderitaan bagi Kyungsoo, teman-temannya selalu mengatakan hidupnya sempurna karena apapun akan dituruti oleh kedua orangtua nya, sebaliknya Kyungsoo merasa dia tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya yang selalu menomor satu kan bisnis dibandingkan keluarga.

Dilahirkan dari keluarga yang bisa dibilang kaya raya, bukan menjamin hidup Kyungsoo bahagia. Memang benar orang tuanya memiliki bisnis yang cukup besar di Korea, Ayahnya merupakan salah satu pemegang saham department store yang terkenal di Korea sedangkan ibunya memiliki butik yang populer di kawasan elit, Cheongdam.

Kesibukan kedua orang tuanya membuat Kyungsoo jarang bertemu dengan mereka, jika bertemu saja itu merupakan suatu keberuntungan namun tetap saja perdebatan selalu menghiasi.

Kyungsoo sadar sedari kecil dia dididik untuk disiplin dan perfeksionis, bahkan dia harus tetap dalam keadaan bersih dimanapun dan kapanpun. Pikiran - pikiran itu terdoktrin sampai saat ini dia harus tampil sempurna di depan banyak orang karena orang tuanya yang cukup mempunyai nama di Korea, sehingga dirinya tidak boleh mempermalukan kedua orangtuanya..

.

.
"Nona sepertinya hari ini macet, bagaimana jika menggunakan motor saja?" tanya supir keluarga Kyungsoo yang biasa mengantarkannya, supirnya bernama Junmyeon, yang umurnya tidak berjarak begitu jauh dengannya.

"Kenapa tidak menggunakan mobil?" tanya Kyungsoo ketus.

"Tidak bisa nona, lihatlah di maps semua jalan menunjukkan warna merah dan tiga puluh menit lagi anda akan masuk ke kelas bukan?" Junmyeon menyodorkan ponselnya yang sudah terbuka aplikasi maps.

Kyungsoo mengecek jam tangannya, benar apa yang dikatakan Junmyeon bahwa sebentar lagi mata kuliah pemasaran akan dimulai.

"Kajja, tapi kau jangan modus!"

"Tidak mungkin nona, ini helmnya" Junmyeon memberikan helm kepada Kyungsoo.

"Kenapa kotor sekali?" Kyungsoo mulai gelisah jika ada barang yang menurutnya kotor.

Into YouWhere stories live. Discover now