Chanyeol terbangun dengan tubuh gemetaran, peluh yang membasahi keningnya serta jantungnya yang begitu berdebar-debar sehingga dia merasakan begitu sesak.
"Hah...hahh...hah! Sial!" ucapnya dengan nafas terengah-engah. Kepalanya seperti dihantam oleh batu, membuat dirinya meremas rambutnya yang tebal. Dia meneguk obat penenang yang selama ini telah dirinya gunakan untuk menghilangkan kecemasan ini.
Lagi-lagi mimpi buruk menimpanya dia tidak bisa menghentikan mimpi - mimpi yang selalu menghantuinya selama bertahan-tahun. Chanyeol tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi selain meminum obat penenang, dia sadar jika telah kecanduan obat ini tetapi buat apa lagi? Semua sudah terlanjur.
Paginya Chanyeol pergi bekerja dengan kondisi yang bisa dibilang tidak fit, dia memang tidak bisa tertidur setelah mengalami mimpi buruk yang selalu menganggunya itu lebih tepatnya Chanyeol selalu ketakutan sehingga membuat dirinya terjaga sampai pagi.
"Dok... Anda tampak pucat, apakah anda sakit?" ucap salah satu petugas.
"Tidak aku hanya kelelahan, jangan mengkhawatirkan ku, kalian bekerjalah dengan baik"
Chanyeol berkutat dengan laporan-laporan para pasiennya yang telah sembuh dari penyakit mentalnya, sebenarnya mereka bukan sembuh tetapi lebih bisa mengatasi penyakitnya ini. Mereka semua memiliki semangat yang baik untuk sembuh dan butuh waktu singkat mereka melakukan terapi karena kemauan pada dalam diri dan optimis untuk sembuh dari penyakit mentalnya.
Chanyeol merenungi nasibnya, dia juga ingin merasakan hidup tenang, bahagia tetapi drinya sendiri bingung karena tidak memiliki kemauan keras untuk menghilangkan semua kecemasannya ini. Dia selalu menyalahkan keadaan dia menganggap semua adalah kutukan yang telah menghancurkannya seperti ini.
Ketika teman-temannya mendapatkan segala yang mereka inginkan, Chanyeol merasa 35 tahun dia hidup pencaiapannya selama ini tidak berguna semua terasa sia-sia baginya karena tidak mendapatkan kebahagiaan yang dia inginkan apalagi dalam hal pasangan.
"Dok...dok? Apakah anda mendengarkan saya?" tanya pasiennya.
"Ah maafkan saya, jadi sampai dimana tadi?" Chanyeol kembali mendengarkan apa yang pasienya itu ceritakan.
..
.
Chanyeol merasa hari ini, hari terburuknya dia tidak bisa melayani pasien dengan baik, dia kesulitan berkonsentrasi bahkan dadanya terasa sangat sakit seperti terbakar. Dia tidak mau seperti ini, Chanyeol harus melayani pasien dengan baik. Kembali Chanyeol meminum obat penenangnya sudah berkali-kali Jongdae mengatakan dia tidak boleh kecanduan obat anti-depressan.Jongdae merupakan salah satu temannya yang mengetahui penyakitnya ini, bisa dibilang Jongdae dokter pribadinya karena Jongdae juga lulusan dokter spesialis kejiwaan seperti Chanyeol. Sebenarnya Jongdae berusaha membantu menyembuhkan penyakit ini tetapi karena Chanyeol semakin banyak pasien dan kesibukan, dia tidak melanjutkan terapinya itu dan Chanyeol berusaha mengobati penyakit sendiri ketika kliniknya mengalami peningkatan pesat.
"Dok...Dokter..." salah satu petugasnya mendapati Chanyeol yang terkapar tak berdaya di ruang istirahatnya, dia melihat Chanyeol yang memegangi dadanya terlihat sangat kesakitan.
"Dok... Apa perlu saya panggilkan ambulance?"
"Tidak perlu ini hanya nyeri dada biasa"
"Tapi dok..."
"Tenanglah, apakah masih ada pasien?"
"Tidak dok, semua pasien yang dijadwalkan sudah melakukan terapi"
"Bisakah aku pulang lebih cepat?"
"Jika anda tidak kuat, saya sarankan pulang terlebih dahulu"
YOU ARE READING
Into You
RomanceKyungsoo mengidap penyakit OCD (Obsessive Compulsive Disorder) dia tidak menyadari penyakitnya itu sampai kepada dia berkonsultasi dengan seorang psikiater bernama Park Chanyeol. Mampukah dirinya berjuang melawan penyakitnya ini? Original prompts by...