02. Mimpi itu lagi

14 1 1
                                    

“ARRGGHH!!!!!”

seorang anak perempuan terlihat melampiaskan kemarahannya pada sebuah meja kaca dan berbagai barang yang ada dirumah itu. Semua benda yang ada menjadi pecah.

Kamarnya berantakan, ia duduk terpojok di kamar itu. Dan mengacak-acak rambutnya frustasi.

Gadis itu depresi, dan ia benar-benar sudah tidak tahan.

“Jika kau ingin pergi, maka pergilah, anak sialan, tak bisa diandalkan, hanya bisa
merepotkan orang tua! Bahkan kau tidak menghormati kami! Saya muak melihat wajah mu itu!”

“kamu pikir anak orang lain ada yang sepertimu? Huh?!”

“Dasar pengotor, anak tak tau malu, saya menyesal melahirkanmu!”

“mimpi kamu terlalu besar, sadar lah, posisimu itu rendahan sekali!”

“Saya membenci anak sepertimu!”

Berbagai cacian dan kalimat tak pantas dari seorang ibu yang anak itu terima sudah kian membuat gadis itu stress. Di kamar yang gelap itu, ia memohon-mohon sambil merintih-rintih kesakitan diatas kasur.

“Tolong! Siapapun bawa aku pergi! Tuhan,aku lelah, aku ingin pulang! Aku sudah
tidak kuat lagi! Kumohon!”

Itulah ucapan dari suara hati gadis tersebut.
Ia benar-benar tidak kuat lagi. Dan satu nama yang bisa ia sebut setelah Tuhan
adalah

SYAFA....

Ia menangis tanpa suara diatas kasur itu, sudah banyak air mata yang ia keluarkan, sudah banyak perjuangannya yang tidak dihargai hanya untuk membuat kedua orang tua itu bangga.

Tidak ada yang peduli padanya. Hanya dia dirumah itu, tidak ada yang peduli lagi.

Bagaimana ia merasakan pedihnya menjadi anak yang selalu diabaikan.

“Syafa, bawa aku pergi dari sini...”

Lagi-lagi suara hati itu merintih menahan kepedihan. Sambil terisak di kamar yang kedap suara itu.

Anak ini sudah tidak mampu berteriak lagi. Dia hanya bisa menangis dalam hatinya dan hatinya selalu berbicara.

Ia bahkan tau, bagaimanapun, kepedihan itu harus dia rasakan sendiri.

Gadis ini benar-benar sudah tidak tahan.

Dia menghubungi seseorang lewat Hp nya. Ups, jangan lupa, ini adalah sekitar tahun 2021, dan masih dengan teknologi biasa.

Entah siapa yang ia hubungi, yang pasti itu suara laki-laki. Gadis itu terisak, mendengar suara laki-laki yang sama sekali tidak mencintainya itu.

Laki-laki itu terdengar santai namun ada sedikit rasa kesal dalam nada bicaranya.

“Yaelah... kenapa sih?!”

Anak laki-laki itu terdengar risih, kesal, marah, dan seperti sangat membenci gadis ini.

Yang sedang menangis, terisak menjadi lebih kuat.

Sampai akhirnya suara anak laki-laki di telfon itu kian melembut setelah mendengar isak tangis sang gadis yang sama sekali tidak ia cintai itu.

“Lu kok nangis?”

Terdengar panik.

“Woe.. lo gak apa-apa kan? Halo?”

Anak laki-laki ini terdengar menjadi cemas, seakan-akan sudah merasa bersalah karena marah-marah tadi.

Gadis itu mematikan sambungan telepon, dia hanya tidak kuat harus berbicara dengan anak laki-laki yang ia cintai, namun tidak mencintainya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REVENGE ETERNITY | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang