2] Daisya.A.N.

23 3 0
                                    

Jangan benci masalalu, karena tanpa masalalu kita juga tak akan sedewasa ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan benci masalalu, karena tanpa masalalu kita juga tak akan sedewasa ini.

☘☘☘

Jam 06:00 aku sudah berada di sekolahan, berdesak-desakkan dengan murid lainnya di depan mading untuk mencari kelasku.

XI.IPA.IV

Namaku berada di urutan kesembilan di daftar nama kelas tersebut, hal itupun membuatku bernafas lega. Pendaftaran ulang jurusan yang aku pilih adalah IPA, kenapa tidak IPS? Jawabannya bukan karena anak-anak yang berada di jurusan itu cenderung tidak serius. Bukan. Aku tetap memilih IPA karena aku yakin aku bisa di jurusan itu sedangkan IPS aku kurang yakin.

Setelah keluar dari kerumunan dengan tenaga yang tidak kecil, aku segera berjalan menuju tangga.

"DISYAAA!!"

Aku berbalik dan tersenyum menyambut. Sosok cewek yang memanggilku segera memelukku. Jihan namanya. "Gilaa sih kita gak sekelas! Diiy.. Ya ampun gue males sekelas ama sih tiga gesrek itu lagi." katanya merajuk sambil mengerucutkan bibirnya.

Aku terkekeh namun ikut sedih juga. Jihan orang yang paling dekat denganku sewaktu kelas sepuluh, disaat semuanya membuat kelompok menjadi beberapa bagian untuk bergosip lah atau yang lainnya hanya aku dan Jihan yang tidak di ajak. Katanya kita tidak menyerukan.

"Kelas lo emang kelas berapa?"

"Ipa dua," jawabnya lesu, lalu matanya kembali membulat melihat wajahku. "Eh lo liburan makan apa aja sih? Ampe bulet gini pipinyaaa" kedua tangannya mencubit kedua pipiku yang bulat.

Aku mendelik dan sedikit mengaduh karena cubitannya yang seperti emak-emak. "Apasih? Gue makan ya kayak biasa aja,"

"Hm iyadeh, kantin yuk Diy!" ajaknya menarik tanganku tetapi aku tak menggerakan kakiku. "Ih bentar gue naro tas dulu, males tau bawa tas ke kantin."

Jihan berdecak. "Ah lama, perut gue dah laper banget Disyaa. Lo... Gak kasian apa ama gue yang kelaperan pagi-pagi gini?"

Aku mendengus. "Ngga." jawabku dan langsung berlari menaiki tangga, belum sampai aku benar-benar jauh aku berteriak. "Tunggu aja di kantin tar gue kesana kok!"

Jihan yang melihat itu menghentakkan kakinya. "Duh kasiannya gue.." keluhnya.

Aku berjalan cepat menuju kelas. Sesampainya di kelas aku hanya melihat tas-tas yang beberapa sudah tersampir di bangkunya. Ternyata yang dateng belum sebanyak yang aku kira dan dari semuanya yang sudah ada memilih tempat yang terbelakang. Aku tersenyum karena bangku di deretan kedua belum banyak yang terisi sehingga aku bisa menempatkannya di sana.

Selesai aku menaruh tas aku segera melesat pergi menuju kantin yang berada di lantai dasar. Aku sebenarnya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa nanti kepada orang yang belum aku kenal. Semoga saja banyak murid yang dari kelasku berada di kelas yang sama denganku lagi.

MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang