___________________________
Chanyeol terperanjat dari posisinya terbaring saat dia melihat notifikasi di ponselnya yang memberitahukan bahwa paketnya sudah sampai dan sedang dalam perjalanan ke rumahnya. Dia langsung melompat dari kasur empuknya dan berlari kearah balkon kamarnya yang menghadap ke bagian depan rumah. Dia menunggu mobil box yang membawa paketnya datang ke rumahnya. Terkesan berlebihan dan norak memang tapi kalian tidak paham perjuangan Chanyeol hingga ia bisa mendapatkan paket itu. Ia pantas girang untuk paket yang berbulan bulan dia perjuangkan dan dia tunggu.
Mobil box itu belum sampai. Chanyeol mendesah kecewa. Masih di jalan memang tapi dia ingin sesegera mungkin. Akhirnya dia memutuskan untuk duduk di balkon selagi menunggu mobilnya tiba. Dalam sekejap dia kembali asyik memainkan ponselnya. Hingga suara deru mesin diesel menginterupsi kegiatannya. Chanyeol nyaris melemparkan ponselnya saat terlompat dari duduknya. Dia harus segera menerimanya sebelum ibunya yang menghampiri dan mulai bertanya macam macam. Ini rahasia kau tahu.
Dengan kaki panjangnya, Chanyeol melesat turun dari lantai dua dan berlari ke pintu menyusul ibunya yang tengah melenggang kearah yang sama.
"Biar aku saja, ma." ucapnya setengah berteriak. Dia sudah sampai di depan pintu dan ibunya berhenti melangkah. Menatap heran putra tunggalnya yang bertingkah aneh sore ini. Tumben tumbenan dia mau mengurusi hal seperti ini biasanya dia malas. Begitulah isi pikiran Yoo Won -ibu Chanyeol."Baiklah kalau begitu," ucap ibunya sambil kembali berbalik dan berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Chanyeol menghela nafas lega lalu membuka pintu depan. Di teras sudah berdiri kurir paket tersebut. Dia membawa papan dada berisi surat jalan yang harus Chanyeol tanda tangani. Kurir itu tersenyum.
"Paket anda, tuan. Silahkan tanda tangan dulu sebelah sini." ucap kurir itu sambil menunjukan kolom kosong dalam kertas itu. Di depan gerbang sendiri sebuah mobil box cukup besar parkir disana. Dua orang tengah menurunkan satu kotak kardus besar dari dalam mobil. Chanyeol tersenyum lebar melihatnya, dia menerima pulpen yang di sodorkan padanya dan menandatangani setiap kolom yang di tunjuk oleh sang kurir.
"Bisa tolong kalian pindahkan paket itu ke kamar saya?" ucap Chanyeol. Paket itu harus sampai di kamarnya tanpa di ketahui orang rumah. Kurir itu mengangguk mengiyakan lalu dia mengisyaratkan rekan-rekannya untuk mengangkut kotak itu ke dalam rumah. Segera dua orang yang tadi kembali mengangkat kotaknya dan berjalan memasuki rumah. Chanyeol menuntun mereka ke jalan menuju kamarnya. Dia pun sempat melirik kearah dapur. Memastikan ibunya masih sibuk dengan masakannya. Dan akhirnya paket itu sukses sampai di kamarnya tanpa kendala.
"Terima kasih banyak. Ini tip untuk kalian." Chanyeol membungkuk hormat dan menyerahkan uang untuk membayar uang tambahan. Kedua orang itu berterima lasih lalu meninggalkan Chanyeol di kamarnya.
Chanyeol berbalik dan menatap kotak paketnya dengan seringaian aneh. Dia mengambil gunting di meja komputernya. "Saatnya unboxing." ucapnya pelan. Chanyeol menggunting segel kotak itu lalu membuka kotaknya. Dia menyingkirkan bola bola sterofoam yang melindungi barang di dalamnya, hingga tampaklah sebuah punggung yang putih mulus terbalut plastik. Alisnya mengernyit mendapati punggung itu lebih lebar dari ekspektasinya. Bergegas dia membuka plastiknya tanpa mempedulikan sterofoam yang berjatuhan dan membuat kamarnya semakin berantakan. Dia memegang samping tubuh itu lalu mengangkatnya. Tepat sekali.
Sex doll. Berkelamin pria. What?!!
"Ah sialan ini tidak benar!" umpatnya kesal. Dia melepaskan boneka itu dan membiarkannya terjerembab keluar kardus. Chanyeol mengambil ponsel dari saku celananya dan langsung menghubungi tempat dia memesan sex doll itu. "Halo?! Aku ingin menyampaikan keluhanku. Bagaimana bisa paketku yang kuterima tidak sesuai dengan yang kupesan." Dia langsung mencecar pegawai layanan kostumernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sexdoll (END)
FanfictionBarang rahasia milik Chanyeol tertukar. Dia memesan sebuah sexdoll wanita untuknya bersenang senang. Tapi yang ia dapat justru di luar ekspektasinya.