Kamiya Naito

3 0 0
                                    




神谷 ナイト

Nagoya, 31/08/1970 - 27/08/1985



Sedari dulu Naito tidak suka dipandang seperti itu, seakan apa yang dilakukannya sama sekali tidak berguna dimata siapapun. Seberapa pun usahanya toh yang dilakukannya hanya menuruti perintah Kepala keluarga Kamiya, berperan sebagai boneka diatas panggung yang perannya mulai habis, siap disingkirkan dimakan asa.

Tubuhnya sudah lelah dan sangat disadarinya, tapi keras kepalanya jauh lebih kuat dibandingkan luka yang kini dirasakan. Keparatnya, Naito merasa seperti orang sakit yang butuh banyak pertolongan bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri saja tidak sanggup. Lalu saat ini ingin sekali tertawa jika mampu melihat dalam pantulan kaca bagaimana kondisinya sekarang, dibantu berjalan oleh seorang gadis benar-benar membuat harga dirinya jatuh. Fungsi gunanya untuk melindungi Shinju sampai permainan berkhir malah berbanding terbalik. Bukan Naito yang membopong, menggendong, membawa gadis itu pergi menyelesaikan permainan, malah dirinya yang terlihat seperti sosok merana.

"Kau menghacurkan harga diriku, Shinju." Mendorong, melangkah mundur, kakinya tertekuk sebelah bersama tangan yang masih menekan sisi kepalanya agar darah tidak lagi kembali mengalir keluar. langkahnya gontai, satu tarikan napas benar-benar begitu sulit. Satu langkah seakan menghabiskan beberapa pasokan udara yang tersisa, menelan saliva menatap langit yang masih menampakan kelam. Menunggu sang dara mengambil apa yang diinginkanya.

Tubuhnya hampir tidak bisa merasakan sakit lagi begitu ada sebuah gergaji mengenai lengan kirinya. Tidak ada lagi yang dapat dirasaka Naito selain darah yang mengalir deras melalu lengannya. Senyumnya tercetak miring, menatap kondisi tubuhnya, salah satu tubuhnya menghilang. Rahangnya mengeras begitu mengetahu Shinju terluka disebabkan benda yang sama. Reflek menarik Shinju ke dalam pelukannya, membiarkan lagi tubuhnya menjadi sasaran timah panas.

"UKH! UKH!"

Tarikan napas terasa begitu berat, Naito sudah tidak bisa merasakan lagi kakinya. Keningnya dibiarkan bersentuhan dengan sang dara, senyumnya mengukir diwajah pucat pasi yang masih berusaha mencari pasokan udara. "Jangan percaya siapapun." Kembali terbatuk, bergetar, jemarinya mengusap wajah yang dulu terhiasi oleh senyum. "Aku benar-benar terlihat jelek ya." Dan dalam keterpurukanya benar-benar masih bisa bercanda. Mentap sang dara, ada ketidak relaan membiarkan gadis Orihara berjuang sendiri, mengusap pipi yang terdapat noda darah, memberikan kecupan kecil perpisahan.

"Jangan percaya siapapun."

Berbisik.

"Oyasumi, Shinju."

Hoi, Tadashi, kali ini kau akan membunuhku untuk kedua kalinya, kan?

Last Time (Game Over)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang