Genji Hikari

6 0 0
                                    

Genji Hikari (源氏 火狩)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genji Hikari (源氏 火狩)

14 Febuari 1970 – 27 Desember 1984

================

"Begini pun tidak apa, asal bisa bersama Inari-kun" menghabiskan waktu sampai nafas terakhir Hikari rela. Seperti dirinya rela membiarkan kakinya terluka lagi demi melindungi Inari-kun. Jika perlu, seandainya pada saat itu Hikari bisa melindungi Inari-kun mungkin pelan-pelan rona pucat itu tidak akan terlukis di wajah pemudanya, miliknya, hanya miliknya seorang. Kami-sama, bolehkah? Bolehkah sepenuhnya Inari-kun menjadi milik Hikari?

Tidak peduli berapa tetas darah mengoyak kulit dikakinya, seberapa besar nyeri luka yang dibuat Renjou-kun dan hampir membuatnya terjatuh. Asal pemuda Fushimi masih berdiri tegak, memajang senyum yang selalu membuat denyut nadinya berpacu cepat, jantungnya berdegup begitu kencang, walau Hikari tahu ada kebohongan tersirat disana. Hikari tidak mau kehilangan lagi, tidak ingin melepas apa yang dulu pernah Hikari lepas. Tidak, tidak mau lagi. Hikari lelah tersenyum, lelah berkata baik-baik saja dan pikiran dan jiwanya lelah untuk melakukan kebohongan-kebohongan kecil.

Jika Inari-kun pergi, biarlah Hikari menantang maut, menemani pemuda itu sampai detik akhirnya benda yang melingkar dileher memutuskan tali kehidupannya. Hikari tidak takut lagi, tidak takut kematian, Hikari hanya takut sosok yang bersamanya menghilang sedangkan ia sendiri masih bernafas.

"Hikari mau menemani Inari-kun disini." Biar pengumuman telah berkumandang dan waktu terus berjalan. Biar salju kini menutupi puncak kepala mereka. Hikari lelah untuk berlari menjauhi kematian, dan pada saat ini tidak mengapa bukan dirinya menjadi egois? "Hikari tetap akan disini, walau Inari-kun membenci Hikari." Walau dimasa depan nanti Inari-kun benar-benar membenci Hikari, tak mengapa, tidak mengapa walau rasanya begitu sakit.

Matanya memanas, jemarinya tidak melepas genggaman pada jemari milik Inari-kun, malah makin mengeratkan. Dingin, udara memang semakin dingin, tapi Hikari dapat merasakan tangan inari-kun yang tidak sehangat biasa. "Inari-kun, Inari-kun, Inari-kun," membawa jemari milik Inari-kun ke arah wajahnya sendiri, membiarkan jemarinya menangkup jemari milik, kepalanya tertunduk kecil, "tolong jangan menghilang sendiri." Kakinya melangkah mendekati, berpijak pada batu karang, sesekali mengernyit mengabaikan rasa sakit pada kedua kakinya.

Entah berapa detik lagi waktu yang tersisa.

Memeluk pemudanya, miliknya, biar pun hanya sesaat, jantung Hikari tetap tidak berhenti berdetak kencang, mungkin Inari-kun dapat mendengarnya. Erat, begitu erat setelah mengecup sisi kiri wajah Inari-kun, berbisik kecil "Hounto ni daisuki" sampai kapan pun Hikari tetap akan jatuh hati pada Fushimi Inari.

Tiga.

.

.

.

Kami-sama, maaf jika Hikari membenci musim dingin, dan maaf karena Hikari pernah sempat berniatan membenciMU. Tapi pada saat ini Hikari bahagia, bahagia karena sosok yang Hikari peluk dibawah hujan salju akan menghilang bersama dirinya. Untuk pertama kalinya Hikari tidak takut bagaimana rasanya mati. Baba, jiji. Maaf Hikari tidak pulang membawa oleh-oleh, maaf juga sudah membuat kalian cemas. Haha, chichi Hikari rindu kalian.

Dua

.

.

.

Hina-kun, Ryuu-kun, gomen , Hikari membuat kalian sedih dank arena keegoisannya satu persatu pergi. Entah kenapa pada saat ini Hikari jadi merindukan kedua sepupunya senyum Ryuu-kun yang mampu membuatnya tertawa, pudding pertama yang diberikan dan amarah yang sempat membuatnya sedih namun berganti senyum. Hina-kun yang selalu menepuk kepalanya, aroma mangga yang menempel setiap Hikari memeluk Hina-kun dan senyum Hina-kun yang akan selalu dirindukan. '

Satu.

.

.

.

.

Genji Hikari melepas pelukkannya, menangkup wajah pemuda yang kerap kali membuat jantungnya berdegup dengan kencang. Biarkan pada saat detik terakhir ini Hikari mengingat seperti apa wajah Inari-kun, "Maaf jika Hikari melanggar janji, Hikari tidak mau kehilangan Inari-kun." Walau tidak bisa selamannya, walau hanya sesaat saja itu bagi Hikari sudah cukup manis. Kakinya kembali berjinjit mengecup sejenak bibir Inari-kun dan itu yang pertama dan terakhir bagi Genji Hikari. Berbisik kecil "My life, you only, only you my heart." Ini adalah kejujuran. Hikari Genji tidak jago berbohong walau hal itu sekecil apapun.

Lelah, tidak peduli berapa banyak merah yang menetes dari luka dikakinya. Tinggal menunggu waktu, sampai jatung berhenti berdetak dan Hikari tidak akan melepas pelukkannya pada Inari-kun.

I believe when I fall in love with you it will be forever

You're the only one for me

Last Time (Game Over)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang