Chapter 3

478 51 8
                                        

Taehyung memutar tubuhnya berkali-kali di depan cermin, merasa belum puas dengan penampilannya yang sudah layaknya direktur Perusahaan besar. Kemeja putih tulang dibalut dengan tuxedo hitam yang semua kancingnya tak dikaitkan, celana katun sedikit longgar, dan sepatu hitam yang saban hari selalu dipakainya untuk bekerja, belum menjadikan dirinya puas akan penampilannya tersebut. Masih ada yang kurang, namun ia belum menemukan kekurangannya. Hingga ia pun berpikir keras sembari mengamati pantulan dirinya di cermin untuk menemukan celah kekurangan dari penampilannya.

Bukan tanpa alasan Taehyung yang biasanya selalu memakai pakaian casual, kini memakai setelan tuxedo rapi yang semakin memancarkan aura karismatik dari dalam dirinya. Pagi ini, ia sudah memiliki janji temu dengan Hyorin untuk menghadiri pesta salah satu teman gadis itu.

Secara kebetulan hari ini ia mendapat libur dari pekerjaannya. Maka dengan senang hati ia pun menyanggupi permintaan Hyorin untuk ditemani ke pesta, walau ia sendiri tak begitu mengenal sang empunya pesta itu sendiri.

~ pip ~

Kepala Taehyung dengan cepat menoleh pada ponselnya yang diletakkan di atas meja. Tampak layar ponselnya menunjukkan adanya pesan baru. Dengan cepat Taehyung pun menyambar ponsel merk Samsung tersebut, dan membaca pesan yang ada.

{ Aku berubah pikiran. Nanti siang aku berniat mencicipi Orange Juice buatanmu, sekalian makan siang romantis dengan Hoseok. Jadi, jangan harap di hari liburmu ini kau bisa bersantai! Kau tetap harus melayani makan siangku, Tae! Aku tunggu nanti siang. :D } ~> From : Min Yoongi

Suasana hati Taehyung yang sejak semalam memburuk karena penolakan secara tidak langsung dari Yoongi, makin memburuk. Berita buruknya, Yoongi menginginkan dirinya untuk melayani pasangan penuh romansa cinta yang selalu terkesan memuakkan di depan matanya tersebut. Begitu tak puas Yoongi menyakiti dan menghancurkan perasaannya, hingga Yoongi masih saja menyiksanya sedemikian rupa. Bukan hanya perasaannya saja yang sakit, namun batinnya juga. Apakah kesakitan yang ia rasakan sekarang ini akan berlaku seumur hidup?

Taehyung mendengus kesal, melampiaskan kekesalan dan kemarahannya pada ponselnya yang sudah ia lempar ke atas ranjang dengan kasar. Matanya kembali menatap nyalang pada pantulan dirinya di cermin. Perasaannya sangat kacau. Hingga ia pun mengabaikan pesan tersebut dan lebih memilih berkubang dalam kekalutan hatinya.

***

"Kenapa dia tak membalas pesanku?"

Pertanyaan tersebut meluncur secara mulus dari bibir ranum Yoongi yang pagi ini tengah memanaskan mesin mobilnya sebelum ia bawa untuk sampai ke tempat kerja. Kakinya bergerak tanpa sadar, mengikuti kegelisahan hatinya yang menunggu balasan pesan dari Taehyung sejak satu jam yang lalu.

Tak seperti biasanya Taehyung mengabaikan pesannya. Biasanya tanpa harus menunggu sampai lima menit, pesan yang ia kirimkan pada pria tersebut sudah mendapatkan balasan. Namun sekarang, setelah ia menunggu balasan sekitar satu jam lamanya, ponselnya tak juga mendapatkan pesan masuk--terkecuali pesan dari para kekasihnya yang mengucapkan selamat pagi.

"Apa dia belum bangun, ya?"

***

Didasari oleh rasa khawatir dan juga cemas karena pesannya tak berbalas, Yoongi memutuskan untuk mendatangi rumah Taehyung. Setelah pekerjaannya dirasa selesai, Yoongi memutuskan untuk segera pulang, mandi, berganti pakaian, dan bergegas pergi ke rumah Taehyung. Bahkan Yoongi lupa jika perutnya sejak siang belum diisi sebutir nasi pun--kecuali air putih yang disediakan pihak Hotel. Semua dikarenakan kekhawatirannya pada Taehyung, hingga ia pun melupakan sesuatu yang dirasa penting untuk kesehatannya sendiri.

[END] ORANGE JUICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang