🌷BAGIAN 4

331 42 12
                                    

"Apa misinya?" tanya Hyunjin pagi itu ketika baru saja mendudukkan diri di toko bunga Jisung.

"Mengorek informasi dari Yongguk. Mantan pembunuh bayaran," balas namja itu santai sambil menatapi bunga Spider Lily kesayangannya. "Katanya dia memiliki beberapa informasi penting tentang beberapa calon korban kita."

Hyunjin terdiam. Meneguk kopi pahitnya hingga tandas terlebih dahulu sebelum akhirnya menatap Jisung. "Kau memiliki fotonya? Kau akan mencari informasinya dari internet, 'kan?" tanyanya lagi.

Jisung mengangguk. "Nama bisa dipalsukan, jadi mencari informasi dari sebuah nama akan sulit. Aku tak memiliki fotonya, tapi kata Chan-hyung. Aku bisa mengambil foto kakek tua itu karna dia tahu tempat tinggal orang tersebut."

"Dimana?"

"Panti Jompo di daerah Busan," balas namja itu santai.

Hyunjin terdiam. Tak tahu harus mereaksi seperti apa lagi karna dia tahu tempat itu, dia tahu nama itu, dan dia tahu apa tujuan Chan melakukan hal ini pada Jisung. Namja itu tersenyum miring ketika menatap layar ponselnya yang kini tertera sebuah panggilan bernamakan 'Bitch Ryujin-san'

Namja itu memperlihatkan layar ponselnya pada Jisung sebelum akhirnya melangkah pergi untuk mengangkat telfon wanita itu. Dia memilih untuk memasuki mobil dan izin pergi dari toko bunga Jisung setelah itu baru bersuara ketika dirinya sudah menyalakan mesin mobil.

"Yha! Kau tahu tujuan Chan, 'kan? Kenapa kau biarkan Jisung menerima misi seperti itu?!"

"Bukan kah kau dulu juga berusaha agar namja itu sadar?"

"Kau yang menghentikanku brengsek! Kau yang bilang bahwa semua akan sia-sia! Jisung takkan mau mengakui hal itu!" Balas Hyunjin frustasi, "Kau sendiri yang bilang! 'Biarkan dia bahagia sekalipun itu di dalam ilusinya'. Kau lupa hah!"

Di sebrang sana. Ryujin menghembuskan napas pelan mendengar teriakkan penuh amarah dari Hyunjin. Mereka sedekat nadi dulu, saling berbagai sakit dan tawa bersama.

Tapi hari itu, semenjak hari itu.

Perkelahian mereka hari itu membuat semuanya berubah.

"Kau tahu mengapa kubilang itu sia-sia?" tanya gadis itu mencoba melembutkan ucapannya. Ikut emosi dalam keadaan seperti ini hanya akan menghancurkan suasana. "Sebab dia Jisung dalam pengaruh LSD, dia Jisung dalam keadaan tergilanya, dia Jisung dalam ilusi yang baru saja dia ciptakan. Dia baru menciptakannya, dia baru menikma--"

"DAN SEKARANG DIA TINGGAL DISANA! DIA TINGGAL DI DALAM SANA SIALAN! APA ITU HAL BAGUS HAH?!" kesal namja itu akhirnya menghentikan laju mobilnya ke tempat yang lebih sepi. Dia takkan bisa berkendara dalam keadaan seperti ini.

Ryujin selalu memperburuk emosinya. Gadis itu selalu berhasil mengacaukannya. Dia sungguh benci ini.

"Aku memang salah Hyunjin-ah. Aku tahu ini kesalahanku membiarkan Jisung dalam keadaan selama ini dan memaksamu bungkam. Tapi kupikir waktu selama ini sudah cukup untuk mengobati luka hati Chaeryeong, setidaknya dia sudah cukup siap untuk bertemu dengan Jisung lagi."

Hyunjin mendengkus malas. "Lalu bagaimana dengan Jisung?"

"Aku akan mengurusnya," balas gadis itu mantap. "Demi menebus kesalahanku. Aku akan selalu berada di sisi Jisung apapun yang terjadi."

Hyunjin berdecak kesal. "Terserah kau saja. Tapi," ucap namja itu merubah nada suaranya menjadi lebih tegas dan dingin. "Jika kau berjanji seperti ini dan aku mendapatkan kabar bahwa Jisung mati. Kupastikan lehermu hancur di tanganku sendiri."

"Kau bisa pegang janjiku," ucapnya lalu memutuskan panggilannya pada Hyunjin.

"Aku takkan membuat Jisung berakhir seperti Minho. Hyunjin-ah," gumam gadis pelan.

FALL [Han - Chae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang