Bagian 2

9 0 0
                                    

Kami menuju ruang pendaftaran seleksi sesuai yang tertera di poster. Sesampainya di sana, ternyata panjang sekali antrian yang memenuhi meja panitia. Aku dan Meista segera ikut mengantri bersama yang lain.
    “ Sepertinya banyak yang antusias dengan lomba ini. Lihat panjang sekali antriannya.” bisik Meista padaku.
   “ Iya nih. Pantas saja dari tadi tidak maju- maju” kataku yang mulai sebal karena panjangnya antrian.
Setengah jam kemudian baru tiba giliran kami. Aku diberi kertas berisi kolom- kolom nama dan data penting. Aku mengisinya dengan dengan cermat. Aku menceklist kolom OSN Matematika. Lalu memeriksa nya kembali, memastikan tak ada yang salah tulis. Mengumpulkannya kembali ke meja pendaftaran.
~~~
Kami hanya diberi waktu 4 hari mempersiapkan untuk seleksi. Hanya dalam waktu sesingkat itu, aku harus melahap segala materi yang akan diperlombakan dalam OSN. Kami diperbolehkan meminjan buku – buku diperpustakaan, guna menambah referensi belajar kami. Sejauh ini, aku baru bisa memahami seperempat dari materi yang harus kupelajari. Padahal waktu tinggal 2 hari lagi. Aku memang tidak pernah ikut kursus ataupun bimbel seperti teman yang lain. Selama ini, aku belajar sendiri di rumah. Hanya bermodalkan internet dan buku- buku pelajaran.
    “ Eh, kok muka mu ditekuk begitu?” tanya ibuku yang baru masuk ke ruang tengah
    “ Ini bu. Nai kan ikut seleksi buat lomba OSN nanti. Tapi nai belum ngerti banget dengan materinya.” Keluhku
    “ Wah bagus dong kalau kamu ikut seleksi. Kan kamu jarang banget ikut kompetisi. Hmm… gini aja nanti ibu telpon teman ibu yang sekarang udah jadi guru matematika. Siapa tau dia bisa bantu kamu.”
   “ Wah ide bagus tuh.” Sahutku.
~~~
Dengan bantuan teman ibu, aku sedikit-banyak paham tentang materi yang akan di lombakan. Aku terus mencari referensi sumber belajar untuk menambah persiapan. Hari seleksi sudah hampir di depan mata. Besok, semua peserta akan dihadapkan dengan soal-soal yang memusingkan kepala. Aku sudah akan tidur ketika notifikasi dihp ku berbunyi. Aku membukanya. Pesan dari Meista.
“ Besok seleksinya jangan dibawa tegang ya. Santai aja (. Tunggu aku di gerbang sekolah ya. Good night.”
Aku mengirim balasan pada Meista.
          “ Siapa juga yang tegang? kamu kali :p. Good night too.”
  Lalu ku taruh hp di meja. Segera tidur , berharap besok semua kan berjalan dengan lancer.

~~~
Hari ini adalah hari seleksi. Aku sudah tiba sejak 15 menit yang lalu, langsung duduk di kursi sesuai dengan nomor yang tertera di kartu pesertaku. Para panitia baru membagikan kertas soal ketika semua peserta seleksi telah hadir. Satu persatu butir soal ku jawab dengan teliti. Ternyata tidak sesulit yang ku bayangkan. Hanya ada beberapa soal yang aku ragu menjawabnya. Tapi tak apa, setidaknya aku telah mengerahkan semua usahaku untuk seleksi ini.
Aku mengumpulkan lembar jawaban ketika waktu seleksi hampir habis. Aku keluar dari ruangan dan menghampiri Meista yang sudah menungguku di luar kelas.
“ Bagaimana soal IPA nya, sulit?” tanyaku ketika melihat mukanya yang sedikit tertekuk.
“ Lumayanlah. Kukira soalnya tak akan semengerikan itu. Kalau kamu?”
“ Nggak sulit banget sih. Tapi yah masih ada yang aku ragu jawabannya.”
Lalu Meista mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Aku ikut mengintip lewat siku tangannya.
“Apaan tuh?” tanyaku penasaran. Dia mengeluarkan satu kotak roti coklat yang masih hangat. Aku menelan ludah melihatnya.
“Ini kue coklat buatan mamaku. Kamu mau?” aku mengangguk. Mengambil sepotong , lalu menikmatinya berdua menghabiskan sisa hari.

OSN MatematikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang