Kuketuk pintunya "tok..tok.. Izin masuk" kataku sambal meliriknya.
Seperti biasa dia hanya duduk dipojokan dengan susu kotak coklat dan bermain rubik 3x3 yang sudah pudar warnanya dan sudah kendor bautnya saat aku memasuki kontrakannya untuk menggantarkan mie kuah bersama nasi yang dipesannya setiap 4 kali seminggu.
"Kau tau Kagen, aku tidak menyukai masakan warungmu. Kenapa kau selalu mengantarnya?" Katanya kepadaku saat aku meletakan mie di meja disudut ruangan itu
"Yaa, aku tau kau tidak menyukainya. Kalau setiap pertanyaan seperti itu dihitung seharga 500,- kurasa aku sudah bisa membeli celana jeans kesukaanku. Aku juga tidak suka datang kesini, tapi karna KAU SUDAH membayar uang makanmu selama 6 bulan diawal mau tidak mau aku harus mengantarnya" Kataku dengan suara keras.
"Yaa, kau benar. Tapi kenapa aku mau melakukan hal bodoh itu kepadamu?" Katanya dengan muka datar.
"Dengar, aku tak tau ada apa denganmu. Sudah hampir 3 minggu kau duduk disitu setiap kali aku datang kesini. Karna aku sudah menganggapmu sebagai temanku cepat ceritakan apa masalahmu" Kataku sambil berdiri didepannya.
"Hmm.. apa yaa aku juga tidak tau. By the way, aku tidak menganggapmu sebagai temanku"
"Haha, kau selalu mengatakan seperti itu. Baiklah aku akan datang besok" Kataku sambil berjalan menuju pintu
"Kau tau Kagen, aku buntu rasanya aku mau mati. Tidak ada yang bisa kulakukan, tidak ada yang menelepon atau mengirim surel kepadaku, tidak ada lagi yang membutuhkanku. Aku tidak bisa lagi membayar makanan dari warungmu yang jelek itu. Tolonglah bantu aku" Katanya dengan muka merengut hampir menangis.
Aku berbalik, dan mengatakan "Itu salahmu, mencari uang dari pekerjaan yang salah. Kau juga tau, sekarang para polisi sedang gembor-gembornya menutup tempat perjudian"
Dia hanya diam, sambil memutar-mutar rubiknya.
"Baiklah, nanti malam aku akan menemanimu mencari klien. Ada tempat perjudian, di dekat alun-alun kota. Aku mengetahui infonya dari pelangganku" Kataku lagi, sambil menutup pintu kamarnya.
***
Malampun tiba, kira-kira pukul 08.30 aku datang menjemputnya kekamarnya. Kudapati dia dengan keadaan sama dengan tadi pagi, duduk di pojokan dengan rubik, makanannya sudah habis. Tadinya kukira dia akan masuk koran, dengan tagline: "Seseorang ditemukan tewas disebuah kamar kontrakan, diduga mati karna tidak sanggup berjalan menuju meja untuk memakan makanannya." Kukira itu akan menjadi berita yang lucu.
"Kau tau Kagen, aku tidak akan lagi memakan masakanmu itu, hampir saja aku mati keracunan" Katanya padaku.
"Ayo berangkat, kau belum mandi juga?!" Kataku padanya sambil menyemprot parfum kesuluruh badannya dan menaburi bedak bayi.
Setidaknya itu bisa menutupi baunya badannya kan hahaha. Setelah berjalan kurang lebih 20 menit kamipun sampai ketempat judi itu. Jalan disana sepi padahal belum terlalu malam, jalan disana kecil hanya muat 1 mobil, tempat judi itu mempunyai pintu coklat tua keemasan dengan 1 orang penjaga bertubuh kekar yang sedang bersandar dipintu itu. Kami berjalan mendekati pria itu, dan dia menatap kami. Aku memberikan kode tangan kepada penjaga itu yang kupelajari dari pelangganku, kamipun masuk, temanku itu hanya berjalan mengikutiku sepertinya dia belum sadar.

YOU ARE READING
TROKAN
Ficción GeneralMencari kesukaan seseorang. Apakah Trokan? Siapakah Kagen? Apakah mereka? Teman? Sahabat? Musuh? Saudara? Kekasih? Tapi yang lebih membinggungkan siapakah nama DIA?