3. Pertemuan

7 1 0
                                    

***
Kulihat dengan sayu
Sekarang bunga itu layu
Ku raih kelopaknya satu-satu
Hingga aku terbangun
Dan termangu
-Xien-

***
Sarah pov

Kudengar suara cowok yang tidak asing ditelingaku. Tapi mataku seakan tidak bisa diajak kompromi, berat rasanya untuk membuka kedipan mata. Karena mata ini terasa manja dengan mimpi yang kulihat. Mimpi indah... Dengan lagu pengantar tidur 'tuk mengusir mimpi buruk.
...

"Wuah... Ini masih di Jakarta kan", kata Sarah.
Sarah hanya ternganga tak berharap lalat menghinggapi mulutnya yang terbuka lebar.

"Aww", tiba-tiba saja Sarah mencubit pipinya yang tidak bersalah.

"Tapi kenapa sepi? Jakarta yang aku kenal kan nggak kayak gini nyawanya pun juga bisa dihitung pake jari", kata Sarah.

Sarah hanya kebingungan mencari kebenaran. Bahkan dia sempat berpikir bahwa ia sudah tidak di bumi lagi...

"Jangan-jangan... Ahhh nggak mungkinlah, toh aku cuman pingsan nggak mungkin gagar otak kan? Apalagi amnesia, nggak, nggak boleh, Sarah masih waras", kata Sarah menyadarkan dirinya.

Sarah hanya kebingungan mencari jalan, tidak seperti Jakarta yang ia kenal. Kota yang satu ini benar-benar jauh dari hiruk pikuk keramaian yang sangat melekat dengan Jakarta. Tak ada suara bising kendaraan bermotor, ataupun orang-orang dengan kesibukan yang padat. Seakan ia berada di dalam dunia sihir. Jalannya pun bukan lagi aspal, melainkan keramik yang tersusun cantik dengan berbagai ornamen. Di sepanjang sisi jalan, terdapat banyak pohon rindang yang berwarna-warni berpadu dengan putihnya dandelion. Dahan yang hangat, sangat cocok dengan kepribadian Sarah. Udaranya seakan sejuk seperti di pegunungan, namun tidak sampai menusuk tulang.

Kruyukk.....

"Aduh, perutku bunyi, harus cari makanan dulu nih, ada orang sih mau tanya tapi kok kaya zombie ya", ucap Sarah.

"Ah, jangan-jangan ini cuman prank ya, pasti ini prank, kan hari ini pertama sekolah, temen-temen pasti ngasih aku kejutan kan, hayooo ngakuu," kata Sarah sambil melihat sekelilingnya.

"Positive thingking aja Sarah, mungkin pranknya nungguin kamu nangis, kaya si Petir", kata Sarah menenangkan dirinya.

Tetapi, tiba-tiba pertahanan Sarah mulai melemah.

"Huhu, mama, Sarah takut sendirian. Maaa, Sarah janji nggak akan nggerutu lagi kalau tiap pagi mama jawabnya cuman gitu. Mama nggak papa ngangkat warung makan jadi adek angkat Sarah, kok. Sarah nggak keberatan. Mama... Aku bakalan ngalah deh kalau mama mau nonton sinetron. Mama, Sarah juga bakal ngenalin oppa korea yang mama suka. Buat temen-temen yang nonton ini, jangan bully aku. Sarah orangnya emang cengeng kok, aku ngaku deh, ini juga nurunnya dari mama. Ini Sarah udah nangis, udahan ya pranknya. Huhuhuu..." kata Sarah sambil mengusap air matanya layaknya anak kecil.

Tanpa Sarah sadari, dari tadi ia diperhatikan oleh seseorang dari samping kanan sudut matanya. Entahlah, tapi yang jelas itu bukan temannya ataupun cowok psikopat dikelasnya. Ketika Sarah masih menangis dengan lebat tanpa sengaja ia menengok ke kanan dan mata mereka saling bertumbukan.

"Haaa", Sarah pun kaget bukan kepalang. Ia bisa melihat seseorang  yang sebaliknya juga bisa melihat Sarah. Tetapi, tiba-tiba pandangan Sarah menjadi sedikit kabur...

***
Jika benar ini mimpi
Ku harap ku bisa berlama-lama di sini
Menyelami segala titik
Hingga kita saling mengerti
Jika kenyataannya hanya halusinasi.
-Xien-

***

"Hmmm, kalau dari dekat ternyata tambah cantik ya? Apalagi meremnya cewek banget. Inget, kalau bangun kamu harus langsung jadi pacarku oke", kata Qeano.

Hatchiii...

"Aduh, AC di UKS gegedean nih, mesti ganti yang ukuran S", kata Qeano.

"Eh, cantik, calon pacarmu mau ke toilet dulu ya, ntar gue bakal ke sini lagi ok, dan pastiin kamu nanti jawab kuisnya 'yes' right" kata Qeano.

Qeano pun meninggalkan Sarah yang masih terbaring di atas kasur UKS. Entahlah mungkin ia terkulai lemas. Ataukah ia sang pengimpi yang beruntung mendapatkannya beberapa episode.

***
Pandangan Sarah mulai kabur, padahal Sarah tidak minus atau mengalami masalah mata lainnya. Ia melihat seseorang yang berjalan ke arahnya. Hingga menghapus jarak antar keduanya. Tiba-tiba, tubuh Sarah mendadak berkeringat dingin dan menggigil. Kaki yang menopang tubuhnya seakan mati rasa.

"Ku mohon, bertahanlah...", ucap Sarah dalam hati, memohon pada tubuhnya untuk bisa di ajak berkompromi. Tapi malangnya ia hanya bisa terkulai lemas, di atas kawanan dandelion. Yang seakan sudah disiapkan oleh seseorang untuk memahami kondisi Sarah, yang layu nan lemah.

***
"Eh, kamu tahu cewek yang pingsan di kelas tadi?", kata salah satu seorang siswi.

"Oh, Iya yang cantik itu kan, aku iri banget deh, tadi digendong sama cowok yang gantengnya kebangetan, emang ya bibit unggul itu tak terkalahkan", jawab temannya.

"Eh, btw kita nggak njengukin dia di UKS? Kita tanya sama Rachel dulu aja, kan di ketua kelasnya, lagian guwe juga nggak kenal sama tuh anak"

"Kuylaaa",

Mereka pun menemui Rachel untuk mengusulkan pendapatnya.

"Hmmm, boleh deh, nanti kita sekelas pas istirahat kedua ke UKS, buat beri support sama Sarah", jawab Rachel bijak.

***
Langit-langit berwarna putih mulai terlihat. Walaupun pandangannya yang masih sedikit kabur.
"Hmmm, pasti di UKS", batin Sarah yang langsung tahu melalui bau UKS yang khas.

"Umm, cow, enggak masutku Qe, Qeano ke mana ya?", tanya Sarah dalam hati.

"Di sini", jawab Qeano dari balik tirai yang seakan mampu membaca isi pikiran Sarah.
Sarah tersentak kaget melihat seluruh teman sekelasnya datang menjenguk.

"Sarah, kamu udah mendingan belum?", tanya Rachel memastikan.

"Umm, ka..", belum selesai Sarah menjawab, Rachel memperkenalkan dirinya juga teman sekelas.

"Rachel memang peka terhadap rangsang yaa", kata Qeano, yang disambut gelak tawa sekelas.

Hahaha
"Bolehkah aku sebahagia ini??" kata Sarah dalam hati.

*Author pov*
Halohaa, buat yang mau tahu wajahnya tokoh cerita ini boleh komen di bawah, nanti next episode bakal aku upload😄, jangan lupa vote ya😄xoxo😘😘😘

The First Dandelion's Snow In JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang