"aku…" Naruto mulai bicara lagi, "aku hanya ingin menyerah,"
"menyerah?" tanya Sakura heran.
"aku… berhenti mengejarmu Sakura-chan," Naruto tertawa lagi. Dada Sakura sesak mendengar tawanya yang aneh, "aku bosan mengganggumu, Sakura," tambahnya lagi. Kali ini Sakura merasa aliran darahnya terhenti. Bukan itu yang ingin didengarnya sekarang.
Sakura seperti akan kehilangan sesuatu. Sesuatu yang besar dalam hidupnya.
"kudukung kau dengan Sasuke," ujar Naruto pelan. "sahabat harus saling mendukung kan?"
"Na.. Naruto?" suara Sakura mulai bergetar.
Tapi Naruto mengacuhkannya. Ia melambaikan tangannya pada beberapa orang di ujung sana yang terlihat samar, "Hinata!" panggil Naruto. Sedetik kemudian, Naruto berlari meninggalkan Sakura yang masih tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Pandangan mata Sakura menjadi kosong, seolah rohnya baru terlepas dari tubuhnya. Ia perlahan berbalik. Matanya terasa panas. Ada air yang menyeruak keluar dari sudut matanya. Sakura menunduk. Air matanya dengan cepat jatuh membasahi tanah.
Shizune berlari ke arah Sakura dengan tergesa-gesa, "Sakura-chan," panggilnya. "kau tahu, Sasuke sudah sa.." kata-kata Shizune terhenti saat ia menyadari Sakura tengah menangis. "kau kenapa, Sakura-chan?"
Sakura menggelengkan kepalanya lalu mengangkat wajahnya. Air matanya terus mengalir sementara suara tangisannya tak terdengar, "terjadi,"
"ketakutanku terjadi," kata Sakura lagi. Shizune memandangnya dengan heran. Ia berpikir sebentar lalu mengangguk paham. Diraihnya bahu Sakura yang bergetar. Ia menepuk-nepuk punggung Sakura agar gadis itu tenang, "terjadi…"
Sementara itu, Sai memperhatikan Sakura yang menangis. Sebenarnya tadi ia pergi karena ia melihat Sakura. Sai mungkin sudah memprediksinya dari awal.
"apa yang kau lamunkan, Sakura?" tanya Sasuke pelan. Sakura tetap diam sambil memandang ke luar. "Sakura," panggilnya sekali lagi.
"Ah!" Sakura sadar dari lamunannya.
"kau ada masalah?" tanya Sasuke. Ia memandangi mata emerald Sakura yang kosong. Sakura hanya tersenyum mendengarnya, "Si Bodoh itu, kenapa kalian menjengukku tidak bersama-sama?"
Sakura kaget. Ia tak tahu harus menjawab apa.
"tadi pagi dia kemari, tertawa cengengesan seperti biasanya," jelas Sasuke. "tapi dia bersama Hinata,"
'Deg' kali ini wajah Sakura pucat. Dadanya sesak.
"kenapa kalian tak datang bersama? Pasti terjadi sesuatu," tebak Sasuke.
Sakura tersenyum kecil dan meraih keranjang buah di sampingnya. "tidak ada apa-apa, Sasuke-kun," jawabnya. "kukupaskan apel ya,"
Sasuke mengangguk pelan. "berada di rumah sakit memang membosankan," keluhnya.
Sementara itu tanpa diketahui Sasuke dan Sakura, Naruto memperhatikan keduanya dari celah pintu. Naruto berdiri mematung, menghela napasnya sebentar, lalu memutuskan berbalik pergi meninggalkan tempat itu.
Ia melihat Sai bersandar di tembok, "hai…Sai," sapa Naruto ragu.
Sai hanya memandanginya dengan tatapan aneh, "aku masih tak percaya, orang yang pernah berkata pada Sakura agar tak berbohong pada dirinya sendiri, justru sekarang membuat kebohongan besar," sindir Sai.
Naruto tercekat mendengarnya. Ia menunduk sebentar lalu berjalan melewati Sai, "ada perasaan yang kau takkan mengerti, Sai," ucap Naruto. Ia menghentikan langkahnya di depan Sai tanpa menoleh, "aku melakukannya karena mencintainya, dan kau takkan mengerti itu," Naruto berjalan lagi.