Sakura memejamkan matanya. Sesuatu yang hangat menyentuh kakinya. Sesuatu yang hangat...dan berbulu!
Sakura cepat-cepat bangun. Ia bangkit dan berjingkat melihat seekor serigala kecil tidur di kakinya. Ah, serigala yang kemarin. Sakura menyipitkan matanya dan berbaring lagi di rerumputan.
Sakura mengingat kejadian kemarin sore, saat ia melihat wajah Naruto -yang lagi-lagi- mencemaskannya. Rasanya Sakura kesal sekali karena setiap ia berjalan di jalanan Konoha, ia selalu melihat Naruto. Makanya seharian ini Sakura memutuskan untuk pergi ke bukit dan bersantai sejenak.
Ia memandangi langit cerah. Banyak bintang bertaburan di langit. Rasanya saat kecil dulu, ia juga pernah melihat bintang sebanyak ini. Dan disana juga ada Naruto. 'Ah!' Sakura mengumpat dalam hati. Naruto lagi.
Sakura mengangkat tangan kanannya yang dibalut perban. Ia memandangi jari-jarinya di bawah langit malam. Gara-gara kemarin tangannya terluka, Naruto jadi menghampirinya dan menyentuh tangannya. Rasanya sudah lama sekali.
Sakura memejamkan matanya. Ia memegangi tangan kanannya dan meletakkan kedua tangannya di atas dadanya. Jantungnya masih berdetak...tak karuan.
"Sai, apa-apaan sih kau ini?" tanya Naruto kesal. Ia jengkel karena malam-malam begini Sai menyeretnya pergi ke bukit. "kau ini kenapa sih?" Naruto mengibaskan tangannya.
Sai menghentikan langkahnya. "ikut saja," perintah Sai dengan muka angker.
Mau tak mau Naruto menurutinya. Naruto sedikit curiga pada Sai. Entah kenapa, sejak dia ada masalah dengan Sakura, Sai jadi ikut-ikutan bersikap aneh.
Sai menghentikan langkahnya di bawah salah satu pohon yang cukup besar. "lihat itu," perintah Sai sambil menunjuk seseorang di ujung bukit. Naruto menanjamkan pandangannya. Tak terlalu terlihat jelas. "Sa..Sakura..." gumam Naruto pelan.
Naruto tertunduk. Banyak hal yang berkecamuk dipikirannya. Naruto mengambil napas panjang lalu mundur selangkah. Ia memutuskan untuk berbalik meninggalkan bukit. Sai langsung mencegatnya. "mau apa kau, Sai?" tanya Naruto dingin.
"apa-apaan kau ini?" tanya Sai balik.
"aku tidak punya waktu untuk ini, Sai," balas Naruto datar.
"apa matamu buta sampai kau tak melihat Sakura disana bersedih karena memikir.." Sai terjerembab karena Naruto mendorongnya.
"berhentilah bersikap sok tahu, Bodoh," Naruto mulai geram. "disini aku yang terluka, jadi berhentilah menjadi pahlawan yang mau menyelamatkan Sakura. Kau tak tahu betapa susahnya aku terus melindunginya, terus mencintainya sekalipun dia terus menunggu orang lain, kau tak tahu itu!" kata Naruto. "cih," Naruto terlihat marah besar.
Sai tertawa kecil. Ia melirik Naruto dengan pandangan miris. "melindunginya?" tanya Sai heran. Sai tersenyum, "melindunginya katamu?" teriaknya sekali lagi.
"kau bilang bahwa dia adalah orang yang sangat ingin kau lindungi. Tapi nyatanya justru kaulah yang terlihat seperti satu-satunya orang yang ingin membunuhnya pelan-pelan!" teriak Sai tak mau kalah.
Naruto terpaku. Ia membatu. Dan terdiam.
Sai mengatur napasnya. Baru sekali ini emosinya meluap. Ia memasang wajah 'tanpa ekspresi'-nya lagi. Sai melangkah maju, mendekati Naruto yang masih terdiam, dan mencengkram kerah jaket Naruto dengan kencang, "kalau kau melindunginya dengan cara konyol seperti ini, jangan pernah menyesal kalau aku atau Sasuke merebut Sakura darimu, Bodoh," ancam Sai.
Sai mendorong Naruto hingga shinobi berambut kuning itu terjerembab dan jatuh terduduk. "jangan terlalu membanggakan perasaan cintamu itu kalau kau sendiri tak bisa membaca perasaan Sakura yang sekarang." Sai pergi menuruni bukit dan meninggalkan Naruto yang masih terbengong.