Menyadari

7 0 0
                                    

Chapter 4 : Menyadari

Ibuku kembali dengan raut wajah yang muram, aku coba menanyakan apa yang dikatakan dokter, awalnya Ibu menolak untuk memberitahuku, setelah aku memaksanya akhirnya Ibu memberitahuku.

Ibu : "Dokter bilang umur kamu cuma tinggal 2 bulan lagi"

Ibu menangis, setelah aku mendengar penjelasan Ibu, aku langsung memeluk Ibu tuk menenangkannya, Aku mengatakan kalau ini sudah takdirku, tapi aku salah, Ibu malah menjadi semakin histeris, aku tak tahu harus apa lagi, aku pun ikut menangis karena tak kuat menahan air mataku lagi.

Aku tak menyangka akhirnya akan seperti ini, aku belum sempat melakukan semua hal yang kuinginkan, aku juga belum banyak menghabiskan waktu dengan orang yang kucintai.

Disaat aku sedang menyesali kehidupanku, kakak yang sudah mendengar soal perkataan dokter menangis histeris, dia tidak terima jika berakhir seperti ini, Ibu terus memelukku seakan tak ingin aku pergi. Ayah yang baru saja masuk ke kamar pun hanya diam termenung, aku meminta Ibu untuk menemani Ayah, Ibu menolak, tapi aku memaksa Ibu lagi, aku berkata kalau ingin mencoba untuk tidur, akhirnya Ibu pun melepaskan pelukannya dan menemani Ayah, Aku pun mencoba untuk tidur sembari berharap kalau semua ini mimpi, aku tak mau mati secepat ini, aku juga tak mau melihat semua orang orang terdekatku sedih disaat aku pergi nanti, aku pun tertidur sambil meneteskan air mata.

(Sudut Pandang Ken)

Orang itu adalah Chika, dia memintaku untuk menemaninya ke Toko Buku, berhubung hari itu aku tidak punya kesibukan akupun mengiyakannya.

Aku mengatakan kepada Chika untuk menunggu sebentar, aku langsung naik ke lantai 2 untuk mengambil handphone dan dompetku, sebelum turun ke lantai bawah, Ibu menarikku dan langsung menanyakan siapa cewek yang mencariku, aku tak menyangka Ibu bisa lupa dengan Chika

Ken : "Itu chika bu, Ibu lupa?"

Ibu : "Chika? Yang dulu sering belajar bareng kamu bukan?"

Ken : "iya yang itu bu"

Setelah mengingat Chika, Ibu langsung kebawah dan meminta maaf karena tadi sempat lupa dengannya, dia pun memaklumi Ibuku, lalu aku pamit untuk berangkat ke toko buku.

Chika sempat menanyakan rumah Alisa di jalan, aku pun memberitahu rumahnya, setelah mengetahui rumahnya, dia berencana untuk mengajak Alisa juga, aku menahannya, dan memberitahunya kalau Alisa dan keluarganya sedang tidak dirumah, aku mengganti topik pembicaraan dan menanyakan darimana dia tahu rumahku.

Chika : "Aku tahu dari Helmi"

Ken : "Kamu kenal dia? Dari kapan?"

Chika : "ya kenal lah, dia itu sepupuku"

Aku terkejut mendengarnya, aku tak menyangka ternyata sahabat baruku itu memiliki hubungan keluarga dengan sahabat lamaku, kami melanjutkan berbincang mengenai banyak hal, tanpa kami sadari kami sudah sampai di halte bus, tak lama kami menunggu busnya pun datang, di dalam bus Chika bercerita soal sekolah kami yang lama, dia bilang setelah aku pindah ke Jakarta banyak anak perempuan di kelasku dan bahkan kakak kelas yang menanyakan kabarku ke Chika, mereka semua bilang ke Chika kalau mereka Naksir denganku.

Ken : "Aku ga nyangka chik, kan aku biasa aja. Kok bisa ya banyak yang naksir begitu"

Chika : "Kamu tuh spesial tau! Karena itu aku suka sama kamu"

Ken : "Iya iya, makasih ya udah suka sama aku" jawabku sambil tersenyum

Mukanya memerah, dan dia memalingkan wajahnya dari hadapanku.

Ken : "Chik?"

Chika : "Eh iya"

Ken : "kok jadi merah begitu mukanya?"

Apa kau mau denganku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang