chapter 2

16 3 0
                                    

Hari ini Kara sangat bersemangat, ia sangat antusias karena sepulang sekolah nanti ia akan pergi bersama Sella untuk nonton bioskop, mereka berdua ingin menonton film horror terbaru yang sudah ditunggu tunggu jadwal tayangnya itu. Catat hanya mereka berdua.

Kara sengaja tidak mengajak Arik, karena ia tau cowok itu anti dengan film bergenre horror. Katanya film horror itu sudah telalu mainstream, tapi kenyataannya Kara tau bahwa Arik tidak suka horror karena takut dan karena ia pernah mengalami kejadian mistis tersebut saat masih kecil. Pernah sekali Kara memaksa Arik untuk menonton film horror berdua di rumah Kara, alhasil malamnya Arik tiba tiba saja datang ke rumah Kara dengan wajah pucat pasi karena ketakutan tinggal dirumah sendirian.

”Arik, ntar pulang  bilangin bunda ya, aku pergi sama Sella.”

“Lo bilang aja sendiri, Handphone dibeliin buat apa?, Lo tinggal nelfon bunda aja kok, malah nyusahin gue.” Ketus Arik.

Sejak mengetahui Kara akan pergi dengan Sella, Arik tiba tiba saja sensi dengan hal tersebut. Ia menjawab ketus setiap perkataan yang dilontarkan padanya.

“Kalau aja bunda ngangkat telfon, nggak bakal aku minta tolong kamu, tau nggak?.”

Kara jadi kesal sendiri dengan sifat Arik yang mulai seperti ini.

“Kalau kamu nggak mau nolongin yaudah, nggak usah.”

Arik memilih diam kemudian memainkan memainkan Handphone nya, tak lama setelah itu tiba-tiba Arik memencet hidung Kara yang sedang serius mengerjakan tugasnya.

“Nanti pulangnya sama siapa?” tanya Arik.

“Harus banget ya mencet hidung aku dulu baru ngomong.”

“Nggak, nanti pulang dari sananya gimana? Gue ikut deh, lagi pengen nonton juga gue.”
Mendengar hal itu sontak saja Kara melarang niatan Arik tersebut, ia tau Arik tak mungkin mau nonton film itu, hal tersebut hanya akal akalannya saja.

“ Nggak, kamu jangan sok berani deh , Rik, lagian ini tu girls time, aku nanti pulang bareng Sella kalau itu yang kamu khawatirin.”

“idih siapa yang khawatir coba? Gausah gr, jelek gitu juga,” ucap Arik sambil mencubit hidung Kara lagi.

Sebenarnya Arik memang khawatir dengan Kara, pasalnya ia jarang sekali melepas Kara untuk pergi tanpa pengawasannya, Kara pergi tanpa Arik hanya jika ada acara keluarga yang benar benar mengharuskan Arik untuk tidak ikut. Catat itu jarang sekali terjadi.

“Nanti kalau ada apa apa langsung telfon gue, lo punya hp tolong di fungsiin gue benci pas gue telfon lo gak aktif. Habis nonton langsung pulang.” Tambah Arik panjang lebar, kentara sekali kalau dia sedang khawatir.

“Iya iyaa… kamu emang cocok jadi bapak, Rik.”

*

“Lo kenapa nggak biarin Arik ikut aja sih , Ra, kan enak kita bisa dibayarin.” Ucap Sella saat mereka berdua memasuki bioskop untuk memesan tiket.

“Hah, nggak deh Sel, kita tuh mau horror, Arik mana bisa nonton begituan, dia walaupun serem begitu tapi mentalnya hello Kitty.” Kara terkik saat memikir kan ucapannya sendiri.

“Hahaha…eh iya, Ra, lo kan deket banget tu sama si Arik, lo nggak ada ngerasa apa gitu sama dia?”

“Haduh Sel ini tuh udah kesekian kalinya aku denger pertanyaan gitu dan aku bakalan tetep ngasi jawaban yang sama, lagian aku udah bosen juga sih ditanya itu melulu.”

“Emang lo jawab apa? Gue baru sekali ini lho nanya sama lo.”

“Gini ya Sel, aku tu udah sahabatan sama dia dari kecil, Arik tuh udah segalanya bagi aku, mungkin kalo nggak ada Arik aku nggak bakalan bisa apa apa, jadi aku nggak mau ngerusak persahabatan kami hanya karena perasaan yang nggak jelas gitu, sahabatan sama dia tu udah lebih dari cukup bagi aku.” Ia berusaha menjelaskan panjang lebar agar tidak ada lagi kesalah pahaman pada teman temannya.

ELSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang