Prolog

28.1K 2.3K 758
                                    

String of Soul
Jadi, kau ingin tahu bagaimana cara malaikat mencabut nyawamu?





D I S C L A I M E R
Copyright © Hyonashi | 2020

Ini hanyalah cerita fiktif, adegan dan karakter dalam cerita ini murni imajinasi penulis yang ditujukan hanya untuk hiburan dan kepentingan penulisan fiksi
Penulis tidak berhubungan dengan karakter visual dunia nyata, dan tidak mengklaim kepemilikan karater yang ada.

Notes: Seandainya tidak menyukai penggambaran visual yang disediakan, silahkan membayangkan karakter yang kalian inginkan, aku membebaskan. Untuk pemberian nama juga aku rubah sudah tidak mengggunakan Park Jimin lagi yaaa. Karena ini juga untuk kepentingan setting cerita.
Tolong, untuk mengurangi komentar seperti kenapa visualnya bukan ini dan ini. Kalau tidak suka tidak usah dibaca, atau kembali pada kalimat permata. Sesederhana itu.

















Perapian yang menyala di dalam tungku bergemeretak lirih oleh kayu dilahap bara. Mendidihkan kuah di dalam kuali hingga aroma jahe menyerbak memenuhi ruang dapur sederhana. Tidak banyak yang bisa dilihat. Dinding rumahnya terbuat dari batu dan kayu-kayu yang ditata sedemikian rupa, beratap segitiga menjulang searah pohon cemara. Memiliki satu cerobong asap yang digunakan sebagai pertanda jika ada dua manusia yang hidup di dalamnya. Tetapi, Evanna selalu menganggap bahwa rumahnya senyaman istana. Karpetnya hangat terbuat dari bulu hewan, lentera di gantung pada beberapa sudut dinding. Menyebarkan cahaya kuning lembut yang menempa perabotan kayu yang dipoles mengkilat menggunakan getah pohon Niox.

"Aku dengar, Lisele akan menikah," kata Mera—nenek Evanna saat menangkup teh hangatnya di atas meja. Melihat sang cucu yang menghentikan kegiatan memotong sayur sebelum mengangguk dan menyahut lembut.

"Kata Bibi Anelia, dia akan menikah minggu depan," jawab Evanna. Dia selalu tahu kemana arah pembicaraan ini. Mengelap kedua tangan pada celemek, Evanna lanjut mengaduk supnya, "Victor memang lelaki yang cocok untuknya, dia pemberani. Aku dengar, Victor juga berhasil membunuh rusa raksasa sebagai hadiah untuk keluarga Lisele."

"Bagaimana denganmu?" tanya Mera dengan tatapan mata senja, "Apa tidak ada satu orang pun yang cocok denganmu, Eva?"

Kali ini, Evanna menatap sang nenek dengan tatapan sulit. Pertanyaannya terlalu sulit. Hatinya merasa ganjal serasa ingin terhisap lubang hitam dan menghilang. Evanna sendiri tidak mengerti apa yang ia rasakan dan apa yang terjadi padanya. Hati Evanna selalu merasakan kehampaan dan kekosongan. Di usianya yang menginjak dua puluh empat tahun, seharusnya ia sudah menikah dengan seorang pria. Nyaris semua gadis penduduk Ellesmere menikah pada usia yang lebih belia. Menyadari ia masih sendiri, pastilah sang nenek merasa khawatir.

"Aku cocok dengan nenek," kata Evanna dengan senyuman semanis madu, hingga tawa kecilnya mengudara begitu saja saat sang nenek menggeleng dengan datar, "Aku hidup bersama nenek saja sudah senang," imbuhnya.

Bukan berarti Evanna dikucilkan atau dibenci oleh penduduk Ellesmere. Tetapi, memang cukup aneh saat tidak ada seorang pria pun yang menghampiri Evanna guna menawarkan ciuman dan dekapan hangat—teman terakhirnya adalah Hanse saat usianya masih empat belas tahun. Dan Evanna tidak memiliki teman pria lagi setelah itu.

Sejujurnya, Evanna termasuk gadis berparas rupawan. Rambutnya selembut helai sutra, menjuntai turun sejauh pinggang dengan warna karamel mengkilat. Matanya bulat sempurna, hidungnya kecil dengan bibir semerah ceri. Kulitnya seputih pualam dan bersinergi cantik dengan gaun beludru berwarna merah tua kesayangan Evanna.

String of SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang