Jika di luar sana menjadi anak perempuan satu-satunya di keluarga sama dengan menjadi puteri mahkota. Namun berbeda dengan gadis bernama Paradista Calandra. Dia lahir dari ketidak sengajaan. Ibunya hanyalah seorang simpanan pengusaha kaya raya Haris bramantyo yang meninggal saat melahirkanya.
Ara, tak pernah sekalipun diakui oleh sang Ayah. Beliau menerimanya hanya karena paksaan neneknya yang menginginkan seorang cucu perempuan. Selebihnya Ara sangat di benci di keluarga itu.
Jika para kakaknya bisa menikmati fasilitas yang mewah, Ara harus bersyukur di besarkan di sekolah asrama. Jika semua kakaknya di berikan kesempatan memilih jalan hidupnya sendiri, Ara harus mau menuruti semua keinginan sang ayah. Saat kecil ketika semua kakaknya di belikan mainan oleh sang ayah, dia harus bersyukur dengan mainan bekas sang kakak.
Ara di besarkan dengan ketidakadilan. Itu yang membuatnya memiliki kesabaran di luar batas. Dia menyayangi sang ayah, sangat. Di dunia ini hanya ayahnya yang Ara miliki setelah neneknya juga meninggal.
Ara selalu mendatangi perusahaan sang ayah sepulang sekolah. Dia selalu berdiri di luar gedung perusahaan sang ayah hanya untuk melihat sang ayah baik-baik saja. Ara tak pernah punya nyali menemui sang ayah jika ia tak membawa nilai yang di inginkan sang ayah.
"Ngelamun aja kamu" Ara tersentak dari lamunanya mendengar suara seseorang di sebelahnya. Dia Sean satu-satunya teman yang Ara punya. Sejak dulu Ara tidak pernah mau berteman dengan siapapun. Dia selalu menutup diri. Menghabiskan masa sekolahnya hanya untuk belajar dan belajar.
"Kamu liburkan ? Mau nemenin aku ke toko buku ?" Tanya Sean.
"Ke tempat ayah dulu ya"
"Ok"
Selain belajar, Ara juga di haruskan bekerja untuk menambah biaya lesnya. Dia bekerja paruh waktu di sebuah cafe yang tidak terlalu besar di dekat asramanya. Tentu saja sang ayah tak tahu. Jika ayahnya tahu maka Ara akan di marahi habis-habisan. Namun Ara membutuhkan uang untuk membeli buku penunjang belajarnya dan sang ayah tidak mau tahu soal itu.
••
Seperti biasa Ara berdiri di luar gedung menunggu sang ayah keluar dari kantornya. Sean sedang pergi membeli minuman di minimarket terdekat. Saat melihat sang ayah, Ara mengeluarkan ponselnya. Memotret ayahnya yang sedang berjalan dengan kakak tertuanya - Barra.
Setelahnya Ara pergi menuju minimarket yang di kunjungi Sean. Ara hanya ingin melihat jika sang ayah baik-baik saja. Itu sudah cukup bagi Ara.
Di tempatnya Sean sudah menunggu Ara mendekatinya.
"Udah ?" Tanyanya saat Ara sudah di depannya. Ia memberikan Ara botol minuman yang tadi sempat ia beli.
"Udah, yuk"
Ara lalu mengajak Sean untuk pergi dari sana. Meskipun ia tidak bekerja, ia di haruskan sampai di asrama sebelum pukul 9 malam. Itu artinya mereka harus cepat sampai di toko buku karna ini sudah pukul 5 sore.
'ayah, Ara rindu ayah'
To be continued ..
Paradista Calandra
Sean Durant Gabriel