•SATU•

5.5K 480 150
                                    

Motor ninja hitam itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan area Jakarta Selatan yang masih lenggang oleh kendaraan lain. Tatapannya fokus pada jalan, namun pikirannya lari ke mana-mana. Napasnya memburu, beradu dengan embusan angin malam yang terasa dingin di kulit.

Emosinya kian memuncak ketika mengingat kejadian di rumah sewaktu pulang sekolah. Sial. Niatnya untuk bersantai di rumah, malah terganggu oleh suara gaduh dari kamar kedua orangtuanya. Lama-lama dia muak. Muak akan segala masalah yang terus menumpuk di rumah. Tidak bisakah sehari saja dia merasa tenang? Mengapa keluarganya begitu hancur?

Sesampainya di sebuah kelab malam. Dia memarkirkan motor terlebih dahulu dan meletakkan helmnya di atas jok. Setelah itu, dia melangkahkan kaki masuk ke dalam tempat itu. Detox club, salah satu tempat kelab malam yang berada di daerah Jakarta Selatan menjadi pilihan dia untuk melampiaskan kekesalannya. Dengan sedikit merapatkan jaket jeans hitamnya dia mulai melangkah masuk ke dalam.

Dentuman musik juga gemerlapan lampu disko yang beradu dengan aroma alkohol, rokok dan yang lainnya-menyambut kedatangan dirinya. Dengan langkah yang tegap, dia berjalan menuju meja bartender dan mendaratkan bokongnya di salah satu kursi.

"Woy, Ki! Kayak biasanya ya."

Sang bartender menoleh dan membulatkan mata ketika melihat seseorang yang sudah duduk di hadapannya sekarang.

"Wah, ada angin apa nih yang tiba-tiba membawa seorang Sabian datang ke klub? Perasaan hari ini bukan hari Selasa, kok lo udah mampir ke sini?"

Ya, lelaki yang mengenakan jaket jeans berwarna hitam tadi tidak lain adalah Sabian Aksarion. Cowok jakung yang mempunyai warna kulit kuning langsat dan juga berwajah tampan. Memiliki tatapan mata yang datar, namun dingin dan tajam. Rambutnya hitam legam, dan juga dipangkas rapi. Semua orang mengenalnya, tentu. Karena Sabian sendiri anak dari seorang pemilik perusahaan yang terkenal di sana. Namun, Sabian sendiri tidak peduli dengan reputasi Papanya. Masa bodoh jika nanti Papanya itu tahu dia pergi ke klub, yang penting Sabian bisa menenangkan pikirannya.

Sabian mendengkus pelan ketika Riski-sang bartender melontarkan pertanyaan padanya. Hari ini rasanya dia cukup sensitif, dan enggan sekali mengeluarkan banyak kata. "Satu botol, gue butuh vodka untuk hari ini."

"Lo yakin?"

"Hm."

"Tapi biasanya lo cuma tiga gelas doang, tiba-tiba banget sekarang minta sebotol. Emangnya kuat lo?"

Sabian mendecak pelan. "Gue lagi butuh pelampiasan hari ini, dan daripada lo banyak omong. Mending siapin."

Riski mengangguk saja, dan mulai mengambilkan botol vodka untuk Sabian. Jika dilihat-lihat memang nampaknya Sabian sedang kacau, dan memang tidak ingin diganggu. Jadi, cari aman saja. Layani dengan sesuai permintaan, pikir Riski.

Sabian mengeluarkan sebuah kotak rokok berwarna hitam dari saku celana, dan mengeluarkan satu batangnya dari dalam sana. Kemudian diselipkannya di bibir, lalu menyalakan api koreknya dan mendekatkan batang rokok itu pada api tadi. Setelah ujungnya terbakar, barulah Sabian menyesapnya hingga mulutnya mengepulkan asap rokok ke udara.

Sebenarnya ini pertama kalinya lagi untuk Sabian menginjakkan kakinya di Detox. Karena sebelumnya Sabian mempunyai masalah dengan Fiola mantan pacarnya sebab Sabian tidak tahan dengan sikap Fiola yang tiba-tiba berubah semenjak pertengkarannya dengan Irgi waktu di Detox, kelab yang sekarang dia datangi. Hingga membuatnya malas sekali untuk datang ke sini.

Dan usai kejadian tersebut, hubungan Sabian dan Fiola makin tidak jelas. Sampai akhirnya Sabian memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Fiola. Sejak dirinya putus, Sabian merasa bebas. Tapi, kebebasan-nya tidak sampai di situ sebab dia harus berurusan lebih rumit dengan adik kelasnya yang bernama Natasya.

Dia, SabianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang