Jam sudah menunjukkan pukul hampir satu dini hari dan Natasya masih belum tidur. Dia terlihat sibuk di meja belajarnya sambil menatap sebuah lembar kertas yang ada di hadapannya. Natasya begitu senang sekali ketika dia baru saja menyelesaikan sebuah surat yang akan diberikan kepada seseorang yang spesial baginya. Tentu saja kalian sudah pasti tahu siapa yang dimaksudkan. Setelah menulis bagian penutup kata, Natasya mengeluarkan sebuah amplop biru laut dari dalam laci. Dilipatnya kertas surat tersebut, lalu memasukkannya ke dalam amplop tadi. Setelah selesai, Natasya menempelkan sebuah stiker bintang di depan amplop. Dan akhirnya, surat tersebut selesai sudah dan siap untuk diberikan kepada orang spesial itu esok hari.
"Kira-kira bakalan dibaca enggak ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Natasya merasa sudah pesimis terlebih dahulu sebelum surat itu dia kirimkan. Natasya selalu merasa bahwa nanti suratnya akan bernasib sama dengan surat-surat yang pernah dia kirim. Surat manis nan cantik itu selalu berakhir di tong sampah.
Menyedihkan sekali!
Meskipun begitu, Natasya tidak pernah kapok ataupun menyerah. Dia malah makin semangat, bahkan kata lelah mungkin sudah menguar mengudara entah ke mana.
Natasya berdiri dari meja belajarnya dan mengambil tas ransel berwarna soft blue di samping meja belajarnya, lalu Ia membuka resleting dan memasukkan surat tersebut. Dirasa sudah kelar, Natasya mendesah lega.
"Udah jam satu, harusnya aku tidur sih. Cuman belum ngantuk masa." Natasya mengerucutkan bibir manyun sehabis melihat jam dinding, jika biasanya di jam segini Ia merasa mengantuk tapi sekarang tidak.
Natasya merasa insomnia-nya akan kembali kambuh. Terkadang juga dia tidak bisa tidur karena merasa kepalanya sering pusing, bukan pusing migrain tapi Natasya merasa lebih sakit dari sekadar migrain. Natasya tidak pernah berpikir yang aneh-aneh saat merasakan pusing, dia hanya berpikir bahwa itu hanyalah sekadar rasa pusing biasa.
Namun akhir-akhir rasa pusing itu tatkala membuatnya sangat kesakitan. Ingin berobat, tetapi uang yang Natasya miliki cukup untuk dirinya makan dan pergi ke sekolah. Akhirnya ia cuman mengobatinya dengan minum obatan yang beli di warung.
"Kira-kira di dapur ada susu nggak ya?"
"Kalau ada mending aku minum susu, habis itu pasti ngantuk."
Susu, adalah cara terbaik yang Natasya pilih dikala Ia merasa sulit untuk tidur. Dengan minum segelas susu hangat, akan membuatnya rileks dan merasa kantuknya akan tiba lebih cepat.
Akhirnya Natasya berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur. Dengan langkah yang mengendap-endap, Natasya sesekali menoleh ke belakang. Karena dia takut jika Papanya akan memergoki dan memarahinya, sebab di jam segini dia masih belum tidur.
Sesampainya di dapur. Natasya menghela napas panjang, dia segera mengambil panci untuk mendidihkan air panas, serta menyiapkan susu kaleng, dan gelas di atas meja.
Perlahan-lahan Natasya menyalakan kompor dan membuka pintu lemari atas yang menyimpan susu kaleng kesukaannya. Sehabis mengambil susu kaleng tersebut, dia menuangkannya ke dalam gelas lalu menunggu air sampai mendidih.
Lima menitan kemudian, air tersebut sudah mendidih dan Natasya langsung mematikan kompornya. Kemudian, dia menuangkan air panas itu dengan hati-hati. Setelah selesai, Natasya membawa segelas susu hangat itu ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar. Natasya mengambil ponsel di atas meja belajar, dan membuka sosial medianya. Di sosial medianya, Natasya mencari sebuah username seseorang.
Mata Natasya berbinar saat dia berhasil menemukan akun tersebut.
@sabianaksa
Ingin sekali mengirimkan sebuah pesan kepada pemilik akun Sabian, tetapi dia takut. Akhirnya, Natasya menahan diri untuk tidak mengirim pesan chat dengan stalker foto-foto Sabian yang rata-rata cuman skate, motor, kedai kopi, dan sepatu yang memakai efek vintage atau enggak dark.