Besoknya, satu sekolah gempar akan berita Geo dan Sendu jadian. Siapa yang tidak tau? jika Geo adalah Pangeran Es di SMA Antariksa, dan Sendu si cewe model, dengan badan tinggi semampai itu.
Semua murid ramai membicarakannya, ada yang mendukung, dan menghina hubungan mereka.
Suasana di sekolah yang ramai tidak mendukung perasaan Glesyer yang terasa hampa dan sepi. Dia melangkahkan kakinya menuju kelas XI MIPA 1, tanpa sengaja pandangannya mengarah pada Planet yang berjalan bersama geng nya dengan mengenakan jaket kulit di tengah lapangan basket.
Perasaan campur aduk menghantam hatinya yang memang rapuh. Glesyer menundukan kepalanya hingga rambut hitam panjang lurusnya menutupi sebagian wajahnya.
Berjalan cepat menyebrang lapangan, dan dengan sengaja melewati Planet begitu saja.
Planet yang memang sudah melihat pacarnya sedari tadi, mengernyitkan dahinya bingung. Kenapa Glesyer hanya melewatinya begitu saja? tidak ada sapaan? tidak ada senyuman?
Di dalam hati, Planet merasakan panas di hatinya. Dengan tenang dia berbicara kepada temannya, "Bro, gue cabut dulu, nyusul doi, kayanya lagi PMS."
Neptunus, Leksi, dan teman lainnya mengangguk santai, ketika Planet mulai berlari kecil menyusul Glesyer.
"Eh Net! bilangin cewe lo, temennya yang namanya Insang dapet salam dari Neptunus!" teriak Neptunus tiba-tiba.
Hal itu membuat beberapa murid yang memang berada di sekitar menggelengkan kepalanya.
Neptunus, cowo yang tergila-gila dengan Insang, merupakan sudah menjadi rahasia umum.
"Untung dari Neptunus, coba dikasih salam dari Pluto, mampus tuh Insang." cibir Petro.
Tanpa diketahui mereka, Leksi menatap pada gadis yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia menatapnya dengan datar dan dingin.
Planet yang memang sudah cukup jauh dari mereka hanya memberikan kedua jari tengahnya pada Neptunus.
***
Planet mencekal pergelangan Glesyer, dengan sekali tarikan, Glesyer sudah berbalik menghadap Planet.
"Lo kenapa sih? kok ngindarin gue?" tanya Planet bingung.
Glesyer menatap tajam Planet, "lo pikir aja sendiri."
Glesyer hendak melepas cekalan tangan Planet, ketika perkataan Planet memberhentikannya dari kegiatan itu.
"Gue males mikir hal sepele, to the point aja deh Gles," Planet menyentak tangan Glesyer dengan kesal.
Tiba-tiba, ada orang yang mendorong punggunya dari belakang, sehingga secara reflek Glesyer terdorong ke dalam pelukan Planet.
Glesyer menatap marah pelaku, itu adalah Sendu yang mendorongnya. Sendu dengan pede nya berjalan santai meninggalkan mereka, hingga suara Insang, "Cut! Sip, jadi Ndu." terdengar.
Sendu berlari kecil menuju Insang, "Gimana-gimana? Tik Tok gue jadi kan?"
"Jadi dong, siapa dulu kameramen nya." ujar Insang bangga.
Deheman Planet mengganggu kegiatan mereka berdua, Insang melirik terpana pada Glesyer dan Planet, "Loh Gles,Net, thanks btw ya jadi peran pembantu di Tik Tok nya Sendu."
Planet menatap Insang dengan tidak paham, "Maksud lo?"
"Ya itu, lo jadi kaya mereka," tunjuk Insang pada Ombak dan Pena yang memiliki peran berbeda, yang satu adalah pengemis, dan yang lain orang yang kehilangan ATM.
Melihat Planet yang akan marah, Pena yang sedang jongkok setelah menjadi pengemis bohongan pun berdiri. "Sante aja kali, kita kira lo berdua mau jadi relawan, salah lo berdua ribut disini."
"Sorry ya Gles, Net, emang mereka rada-rada, rada sengklek." Ombak menggelengkan kepalanya terlihat lelah.
"Heleh, kalo kita sengklek, yang mau ikutan bikin ginian berati lebih sengklek." kata Insang sinis.
"Udahan woi, video nya udah jadi, cabut ke kelas aja kita, Bye Glesyer, urusan rumah tangga buruan di kelarin deh," setelah Pena mengatakan hal itu, Sendu, Insang, dan Ombak memasuki kelas.
"Anjing ya lo pada emang." ujar Glesyer terkekeh pelan. Mood nya naik lagi karena omongan absurd ketiga temannya, itung-itung sudah mendapat pelukan gratis dari pacar sendiri.
Hening, sebelum Glesyer memgingat perkataan Planet.
Glesyer menatap tak percaya pada Planet, "Oh, jadi hubungan kita itu menurut lo sepele Net? udah cukup, gue males bahas ini, gue mau ke kelas."
Glesyer kembali berjalan menuju kelasnya. Sedangkan Planet hanya menghela nafasnya lelah, dia selalu salah di mata Glesyer.
***
Planet berjalan menyusul teman-temannya yang berada di kantin.
Melihat mereka sedang sarapan, Planet ikut memesan. Dia duduk di sebelah kanan Geo dan kiri Astro.
"Ge, gue denger denger, lo jadian sama temennya Glesyer? si Sendu?" ucap Planet dengan memainkan ponselnya.
"Sumpah?! Sialan lo Ge, tungguin gue dapetin Laut dulu lah, baru lo boleh nyari pacar," ujar Saturnus dengan mulut penuh makanan alhasil Leksi yang berada di sebelahnya terkena cipratan ajaib.
Diantara mereka semua, Saturnuslah yang paling percaya jika Geo yang akan memiliki pacar terakhir melihat dari kepribadian Geo yang dingin.
"Bukan gue yang nembak," jawab Geo acuh.
Astro melempar tulang ayam pada Geo, "Iri gue sama lo, andai aja Ombak kaya Sendu, yang berani nembak cowo duluan,"
"Gentlemen lah, cowo yang harusnya nembak duluan geblek." Leksi mendengus kesal.
"Kenapa lo pada ngomongin tembak menembak? kalo cewe ditembak ya mati, kalo pake pistol beneran, tapi kalo ditembak pake kenikmatan, sama sama dapet enaknya." Petro menyeringai mesum, membuat Neptunus menampar kepala belakangnya.
"Lo ngga ngapa-ngapain Pena kan?" tanya Neptunus curiga.
"Belum." jawab Petro.
"Jaga woi, dia cewe lo," Bumi yang baru datang langsung duduk di kursi kosong.
"Wih, Calon Ketos roman-romannya mulai sibuk." gurau Vulkano yang sedari tadi diam.
Bumi mengangguk, "Bakalan ada pendaftaran OSIS, jadi gue ikut bantu-bantu dikit."
"Kalo si Glesyer sampe daftar, ga gue restuin. Bum, kalo Glesyer daftar laporan ke gue dulu." Planet menunjuk sendoknya ke arah Bumi.
"Siap lah," jawab Bumi.
"Kalian kaga ada yang niatan ikut OSIS emang?" tanya Vulkano tiba-tiba.
"Mager, cogan sibuk." ujar Neptunus.
"Dua," Leksi mengangkat jari kanannya dan membentuk peace.
"Tiga," Planet mengikuti.
"Empat," Petro mengangkat jari tengahnya.
"Lima," Geo masih terfokus pada ponsel di depannya.
"Enam," Astro dan Saturnus berseru kompak.
"Lo nikung gue!" Saturnus menggebrak meja dengan kesal.
"Lo kali, gue duluan tadi!" Astro mendelik menatap Saturnus.
Tiba-tiba, suara seseorang terdengar menghentikan Astro dan Saturnus, "Woi diem, jangan apatis, disini ngga cuma kalian, ada orang lain." Jagad si Selebgram famous di sekolah dan sekolah lain. Menatap kesal kearah meja Planet cs.
"Emang kita ada bilang cuma kita doang yang disini, ya?" bisik Astro pada Leksi.
"Yang gue denger dia bilang, autis." Geo berkata dengan wajah datar.
"Udah lah Ja, mending kamu sarapan dulu, biar aku pesenin makanan." Paru, pacar Jagad yang berada di sebelahnya segera mengambil perhatian Jagad.
Jagad tersenyum manis, lalu mengusap pucuk kepala Paru.
"Apa cuma gue yang pengen muntah?" celetuk Neptunus mengernyit jijik ke arah Jagad dan Paru.
09:17/19/1/20
KAMU SEDANG MEMBACA
PLANET [1]
Teen FictionBukankah kita bisa saling menguatkan? Gimana mau move on, kalau Planet sering membuatnya terbang dan menjatuhkannya kembali dengan rasa sakit. ______________ Follow dulu sebelum baca! :)