Empat

30 4 0
                                    

Planet menunggu Glesyer di parkiran sekolah bersama Neptunus disebelah motornya. setelah kejadian tadi siang di kantin, Neptunus lebih diam dadi biasanya.

Planet melihat sekeliling parkiran, mencari sosok Glesyer yang sepertinya terlambat keluar kelas.

Ketika matanya sudah melihat Glesyer yang bersama dengan Ombak, Planet menyalakan motornya.

"Hati-hati ya pulangnya, awas ketabrak angin." ucap Ombak sambil berjalan menuju motornya sendiri.

Glesyer merotasikan matanya, jengah dengan ucapan melantur sahabatnya. Merasa tatapan dingin dari samping, Glesyer segera menyadari, dia sedang di tunggu Planet.

"Maap by, lupa ada kamu." kekeh Glesyer.

"Ck, pake nih helm nya." sodor Planet menyerahkan helm Glesyer.

"Siap kapten." Setelah memakai helm yang diberikan Planet, Glesyer langsung menaiki motor.

"Gue duluan bro," salam Planet pada Neptunus.

"Yo gan." balas Neptunus.

Ketika Planet sudah menjalankan motornya, Glesyer menepuk pundak Planet.

"Net, tadi katanya Neptunus sama Leksi berantem?"

"Hm"

"Menurut lo salah Neptunus atau Leksi?"

"Dibahas nanti lagi, ini mau makan dulu?"

"Oke iya."

Mereka berdua berhenti di depan Caffe langganan anak-anak Smanrik. Setelah melepas helm nya, Glesyer langsung berlari memasuki caffe, diikuti Planet.

Melihat tempat kosong di pojok caffe, Glesyer dan Planet segera menempatinya. Seorang pelayan, yang merupakan kakak kelas mereka, menghampiri.

"Pesen apa dek?" tanyanya.

"Em, gue pesen nasi goreng seafood minumnya teh tarik." jawab Glesyer.

"Gue samain aja." jawab Planet.

"Baik, 2 nasi goreng seafood, 2 teh tarik. Di tunggu ya, Dek."

Setelah pelayan pergi, Glesyer segera menanyakan hal yang terputus pada saat dijalan tadi.

"Menurut lo salah Neptunus atau Leksi?" tanya Glesyer pada Planet dengan tatapan penasaran.

"Kalo menurur gua, salah Leksi."

"Kenapa?"

"Ck, udah jelas dia pengecut, kalo suka ya bilang langsung, jangan main tikung-tikungan begini, kan jadi kaku suasananya."

"Tapi kan dia juga gitu karna si Neputunus temennya." jengah Glesyer.

"Gausah bahas itu, gue mau tanya, lo beneran mau masuk OSIS?" Planet melipat kedua tangannya di depan dada.

Glesyer segera mengangguk, "Pengen aja, biar nambah pengalaman juga,"

"Gak gue izinin." tegas Planet menatap tajam Glesyer.

"Net, kita udah pernah bahas ini kayanya,"

"Lo tau sendiri kalo jadi OSIS gimana capenya."

"Gua bisa atasin itu, Net."

"Lo tau sendiri waktu yang harusnya buat gue bakalan ilang,"

"Udah jadi resiko,"

"Bakalan banyak yang merhatiin lo, apalagi waktu MPLS,"

"Bilang aja lo minder, Net." kekeh Glesyer sembari menaik turunkan kedua alisnya, "secara gue emang cantik."

"Najis, kaga ya, gue kaga minder." Planet segera mengalihkan pandangannya dari Glesyer.

Glesyer terbahak, "Malu ya mas, cie malu cie."

Planet menyugar rambutnya, "Bacot, kalo lo tetep pengen join OSIS, gue juga harus join."

"Lah, kok gitu sih Net! Entar kalo lo ketrima yang bakalan jadi pusat perhatian kan lo! Gak! Gak bisa! Gak boleh!" Giliran Glesyer yang melipat kedua tangannya di depan dada.

Planet menyeringai, "Kan udah jadi resiko."

Glesyer menghela nafas jengah, "Serah,"

Ketika pesanan mereka datang, Glesyer dan Planet segera menghabiskan makananya. Dan pulang mengantar Glesyer.

***
Tbc
Maap pendek lagi ges, belum ada pencerahan:*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PLANET [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang