disclaimer: tidak ada keuntungan finansial yang diambil dari pembuatan karya ini, yang dibuat untuk kepentingan hiburan semata.
.
.
.
.
.
1.
Chanyeol jadi teringat pagi Toronto di musim semi beberapa waktu lalu. Saat itu Wendy sedang berlibur di sana, dan dirinya menyusul tiga hari kemudian, tanpa Wendy tahu. Ia menelepon saat sudah berada di sebuah kafe, dan Wendy hampir copot jantungnya waktu Chanyeol bilang tempat dirinya menunggu Wendy.
Ketika Chanyeol membuka mata kembali, yang ia dapati adalah jalanan lengang Seoul pada pagi hari, di antara apartemennya dan tempat tinggal Wendy.
"Aku sedang menyiapkan sarapan," Wendy akhirnya bersuara lagi setelah keheningan yang cukup lama. "Dan memanggang kue. Di Paris sekarang masih malam, ya?"
Chanyeol tersenyum tipis. Memberi kejutan pada Wendy sekarang seolah-olah sudah menjadi sebuah kebiasaan.
"Sayang, kau masih di sana?"
Senyuman Chanyeol terkembang. "Sayang, aku mau bilang sesuatu."
"Oh, ya, silakan."
"Aku pulang."
2.
Langit dari halaman rumah Wendy di Toronto ini seperti gula-gula kapas.
Ketika ia mengarahkan kameranya, lalu mencoba-coba filter, warnanya semakin seperti permen saja.
"Sadar, tidak ...."
Chanyeol menurunkan ponselnya, menoleh pada Wendy, yang dengan santainya menggoyangkan kakinya yang terjuntai dari bangku halaman itu.
"Bahwa orang-orang yang jatuh cinta itu tidak semenyedihkan yang dianggap orang-orang lain?" Senyumannya begitu ramah, seakan-akan dia punya semua kebahagiaan di semesta.
"Orang-orang bilang, orang yang jatuh cinta itu mabuk. Buta. Lupa dunia. Cuma ingin yang senang-senangnya saja."
Chanyeol mengamati gerak bibir Wendy saat bicara. Juga binar matanya.
"Kita cuma orang-orang yang melihat dengan cara yang berbeda dari mereka. Sudut pandang yang berbeda. Apa susahnya memahami itu?"
3.
Sejak dahulu, sudah jadi cita-cita Chanyeol untuk mengajak serta Wendy untuk liburan ke Jepang. Jepang selalu jadi destinasi favoritnya. Ia mengajak Wendy menginap di dekat danau yang berada di sekitar gunung tersebut.
Wendy keluar pagi-pagi sekali. Chanyeol baru menyadari kepergiannya setelah hari cukup terang untuk membuatnya terbangun, dan ia menemukan perempuan itu sedang memotret di dekat danau.
"Hei."
"Hei."
Chanyeol tersenyum mendapati Wendy yang nyengir ke arahnya. "Bagaimana?"
"Sempurna," bisik Wendy, masih mengagumi danau dan gunungnya. "Thanks."
"Apapun untukmu, kan? Sudah pernah kubilang begitu."
"Oh, Sayang, kau tidak perlu menaklukkan atau mempersembahkan dunia untukku."
"Tapi kaulah tuan putrinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
dear, embrace
FanfictionSenyuman Chanyeol terkembang. "Sayang, aku mau bilang sesuatu." "Oh, ya, silakan." "Aku pulang." (Chanyeol tersenyum tipis. Memberi kejutan pada Wendy sekarang seolah-olah sudah menjadi sebuah kebiasaan.)