Baru up. Typo abaikan. Tq sudah menunggu cerita ini.
Crazy 1 sudah tersedia pdf bisa beli di wa +62 822-1377-8824
Ebook di playstore buku https://play.google.com/store/books/details?id=cmLHDwAAQBAJ
Happy reading.
Setiap hari di habiskan hanya berdiam diri memandangi bayangannya sendiri yang memantul di dinding putih kamar berukuran 4x4 yang tak terlalu luas.
Sudah setahun berlalu ia terkurung di dalam sini, terbelenggu sepi dan kehampaan. Dulu ia pernah di rawat di tempat yang sama namun dokter memastikannya sudah sembuh tapi kenapa ia harus di masukan lagi. Padahal ia tidaklah sakit.
Klek!
Suara pintu terbuka tidak mengalihkan lamunannya. Seorang wanita masuk membawa napan makanan, ia melangkah berhenti di samping pria itu.
"Sudah malam, waktunya kau makan tuan Valentin." Ucap Ressa meletakan napan makanan di atas meja.
Tidak mendapatkan respon, Ressa menghela nafasnya. Ia tak mau peduli setahun mengurus Valentin membuatnya jenuh, kadang pria ini terlihat lebih kalem, kadang menyebalkan dan kadang dingin seperti kutub utara.
"Habiskan makanannya." Kata Ressa melangkah berlalu, di depan pintu langkahnya terhenti, ia menoleh kembali pada Valentin yang bergeming di tempat duduk. Sudah di pastikan Valentin tak akan menghabiskan makanannya. Ressa berdecak. Mendekat lagi dan mengambil napan makanan. Di ambilnya salah satu kursi kosong dan duduk berhadapan dengan Valentin.
Ressa membuka tutup makanan dan menyendok bubur mengarahkannya ke mulut Valentin.
"Makanlah." Pinta Ressa.
Diam, tatapan Valentin kosong. Mulut Valentin pun mengantup erat enggan membuka mulutnya.
"Kau menyusahkanku." Gerutu Ressa meletakan sendok dan mengembalikan napan makanan ke atas meja.
"Apa kau tidak ingin sembuh, kau ingin selamanya di cap pria gila." Kata Ressa meluapkan kekesalannya.
Kalimat Ressa berhasil merespon Valentin, ekor mata pria itu mendelik tajam ke arah Ressa.
Meneguk salivanya Ressa mundur. Ia berusaha mencermati apa barusan ia katakan. Bodoh, ia telah berbuat kesalahan. Valentin tak suka di katakan gila.
"Aku pergi," Ucap Ressa buru buru berbalik. Namun langkahnya terhenti di tahan Valentin. Ressa meringis saat pergelangan tangannya di remas kuat seakan di remukan.
"Lepas!" Berontak Ressa berusaha menepis tangan Valentin. Namun nihil genggaman tangan pria itu sangat kuat sekali.
"Aku bukan pria gila." Kata Valentin berdiri menatap nyalang pada Ressa yang menegang.
Ressa tertawa hambar berusaha mencairkan suasana." Oke. Aku minta maaf. Kau memang tidak gila, tapi sayangnya kau di tempat orang orang gila. Kau bisa memikirkannya sendiri kenapa kau berakhir di sini...hufftt." Kedua mata Ressa membulat saat bibirnya di cium Valentin.
Ciuman begitu menuntut dengan lidah yang menyeruak memasuki celah bibirnya. Ressa baru menyadari di tengah rasa syoknya. Ia mendorong dada bidang Valentin kuat. Entah dari kekuatan mana akhirnya Valentin mundur, memberi jarak yang cukup jauh.
"Brengsek. Kau pikir aku psk, aku di sini adalah perawat. Jangan pernah menciumku lagi." Kata Ressa, pandangannya berkaca kaca menahan air matanya yang hampir tumpah.
Ini pelecehan, pria gila ini berani sekali menciumnya. Tanpa bersalah Valentin menyeringai menatap lekat pada bibir Ressa yang membengkak.
"Aku akan menciummu lagi sampai kau lemas hingga tak bertenaga bila kau menyebutku gila lagi."kekeh Valentin mendekat pada Ressa yang lebih wasapada. Ia mundur menatap Valentin penuh kebencian.
Tanpa berkata Ressa berbalik, keluar dari kamar itu terdengar pintu di kunci dari luar. Valentin hanya tertawa kecil ia melangkah ke ranjang membaringkan tubuhnya di sana. Memejamkan mata yang terlintas wajah Ressa yang ketakutan tapi wanita itu pandai menyembunyikannya. Valentin tak habis pikir kenapa Ressa bertahan menjadi perawat pribadinya karena selama ini tak ada satu pun yang tahan melayani Valentin.
Mungkin wanita itu wonder women. Ah...mungkin sedikit bermain dengan wanita itu menarik. Pikir nakal Valentin.
***
Ressa kembali ke rumah kontrakannya setelah pekerjaannya selesai. Duduk lelah di kursi kayu Ressa memijat lehernya yang terasa kaku. Sudah lima tahun ia bekerja di rumah sakit jiwa yang letaknya tak jauh dari rumah ini. Berawal dari tawaran temannya yang seorang dokter di tugaskan di rumah sakit jiwa tersebut. Tanpa ragu Ressa menerimanya. Ressa tak berpendidikan tinggi. Ia hanya lulusan sma, setelah lulus ia menikah dengan kekasihnya yang di kenalnya tidak sengaja di media sosial. Malang bagi Ressa kebodohannya menyeretnya dalam pernikahan paling sulit. Suaminya tak memiliki pekerjaan tetap, pulang mabuk dan suka main judi, tiga bulan pernikahan mereka karam Ressa menjanda. Ia memilih melanjutkan hidup tanpa membebani keluarga. Orang tuanya pun sudah meninggal setelah ia menjanda. Beruntunglah Ressa mengenal teman yang baik. Bukan di jadikan perawat sesungguhnya. Ressa hanya di tugaskan membersihkan kamar di huni pasien sakit jiwa dan memberikan mereka makan setiap harinya.
Lelah kadang membelenggu Ressa karena pekerjaannya ternyata beresiko. Ressa sudah banyak menghadapi banyak pasien yang jiwanya terganggu dengan mental yang rusak bahkan nyawa Ressa pernah menjadi taruhan saat ia memberikan makan mereka, tiba tiba pasien mengamuk dan mencoba mencelakainya.
Sekarang Ressa harus di hadapi pasien aneh lagi. Valentin Nikolaus. Pria muda dan tampan sangat di sayangkan kejiwaan pria itu terganggu. Entah apa sebabnya. Ressa tak perlu peduli tapi kadang pikirannya tanpa bisa di cegah tertuju pada Valentin.
Dan pria gila itu menciumnya.
Ressa meringis menghapus bayangan Valentin. Tak lucu rasanya ia memikirkan pria lebih muda darinya. Umurnya sudah 24 tahun. Meski berumur demikian banyak orang tak menyangka karena wajah Ressa terlihat berusia 18 tahun.
Ressa bangkit dari tempat duduknya melangkah ke kamar mandi, setelah membersihkan diri ia akan makan malam dan tidur karena besok pekerjaan berat akan menantinya, mengurus pasien sakit jiwa.
Tbc