V

1.5K 140 38
                                    

Krist melemparkan dirinya di atas ranjang.

Jujur.

Sejak kejadian tadi pagi, ia tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya hanya berputar tentang apa yang sudah ia lakukan bersama suaminya.

Saat ia mendengar namanya dalam suara berat Singto.

Saat ia merasa aliran darah dan nafasnya yang tak beraturan, berlomba untuk saling mendominasi.

Saat ia pertama kali melihat tubuh telanjang Singto.

Saat ia berani menggenggam kejantanan milik Singto.

Dan juga saat-

"Aaaaargghhh!!!!"

Semua kegiatan yang ia lakukan bersama Singto di kamar mandi saling berebut menarik perhatiannya. Berputar di otaknya, layaknya sebuah film.

"HUFT!!!"

Krist mendengus kesal.

Ia menikmatinya. Ia menginginkan lagi. Namun ia tak memiliki ide sama sekali. Menyebalkan, batin Krist.

Krist menenggelamkan wajahnya diatas bantal, ia bahkan tak sadar jika posisinya sudah berubah tengkurap.

Berkali-kali ia membuang nafasnya kasar. Meski pada akhirnya nafas itu kembali menerpa kulit halusnya. Ia juga meremas rambutnya kesal.

Krist harus melakukan sesuatu. Jika tidak, namanya bisa berada di daftar pasien rumah sakit jiwa. Tapi dia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Ia lalu kembali membalikkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamarnya seraya berpikir- meski ia juga tidak tahu apa yang harus ia pikirkan. Satu-satunya hal yang ia yakini, ia harus segera membuang pikiran kotornya itu.

Tangannya terhempas kesamping. Berusaha mencari benda persegi yang menjadi satu-satunya alat komunikasi untuknya.

"Dimana handphoneku?"

Ia segera beranjak saat menyadari jika telepon genggamnya tak berada disekitarnya. Ia juga tak menemukan benda itu di sakunya. Ia terdiam sejenak. Lalu menyadari jika ia meninggalkan handphonenya di dapur.

Krist segera mengambil langkah untuk bergegas ke dapur. Dan mendapati benda itu tergeletak diatas meja makan mereka.

Sedikit bernafas lega, Krist kembali ke kamarnya. Pikiran kotor itu kembali menyapanya kala manik hitam miliknya menatap pintu kamar mandi. Padahal baru beberapa menit yang lalu ia bisa melupakan kejadian tadi pagi berkat handphonenya yang tertinggal di dapur.

"Shit!! Ku rasa aku benar-benar gila sekarang!!"

Krist berjalan ke meja yang berada disisi kanan ranjangnya. Menarik kursi, lalu mendaratkan pantatnya dengan nyaman. Secepat kilat ia membuka laptop miliknya lalu berselancar ria di internet.

Jemari gembulnya bergerak perlahan, berbanding terbalik dengan irama detak jantungnya- cepat dan terdengar menggema.

Nafasnya sedikit memburu, entah karena degupan jantungnya atau karena takut. Takut melihat sesuatu yang sedang ia cari.

Perlahan, jemarinya mengetik beberapa huruf di mesin pencarian google tentang hubungan badan sesama jenis.

.
.
.

5 menit berlalu. Ia tak menemukan apapun. Hanya beberapa berita yang berhubungan dengan keywords yang sedang ia cari. Bukan video, atau sekedar foto yang mungkin bisa membantu masalahnya.

Sedikit mendengus- hanya bener-bener sedikit-, karena detik berikutnya ia menemukan sesuatu. Matanya menyipit, nyaris segaris, saat menangkap gambar yang sedang ia perlukan.

Partner in Life [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang